ACDS 05

1.1K 176 12
                                    

Setelah kejadian hari itu, hidup Ara berubah 180°, dia dan mamanya pindah ke kota lain yang penduduknya tidak sebanyak kota yang sebelumnya dia tinggali.

Di sana, dia di sekolahkan di sekolah yang biasa saja.

Karena semua kekayaan orang tuanya di sita bank dia kesekolah tidak lagi menggunakan mobil atau di antar jemput. Ada bus dengan ongkos murah yang selalu menunggunya di halte tua.

Pakaian Ara bukan lagi barang-barang dengan merk ternama, itu adalah pakaian dengan merk biasa.

Dia juga tidak tinggal di rumah mewah yang besar tetapi hanya tinggal di rumah minimalis dengan hanya dua kamar dan satu kamar mandi.

Mamanya yang tidak terbiasa dengan hidup sederhana melampiaskan semuanya dengan mabuk.

Ini adalah bulan ketiga Ara pindah.

Pagi ini setelah mandi dan berpakaian dengan rapi dia berjalan keluar kamar dan menuju ke dapur.

"Ma gak ada sarapan?" Tanya Ara ketika melihat meja makannya kosong.

"Kalau kamu lihat ada sarapan berarti ada tapi kalau gak lihat berarti ga ada" Mama Ara yang baru saja bangun menjawab dengan wajah datar, kantong matanya menghitam.

"Kalau gitu Ara minta uang dong ma, hari ini pelajaran olahraga" Ara menengadahkan tangannya, tapi mamanya hanya menepuk tangan putihnya itu.

"Belajar hemat, kita gak akan ngeluarin duit secara cuma-cuma. Kamu butuh uang buat kuliah"

Ara diam, tidak ingin menambah kusut wajah mamanya dia akhirnya berpamitan.

Saat berjalan keluar dari rumah, seorang wanita dengan senyum lebar menyapa Ara.

"Selamat pagi Ilveara" Sapanya lembut, mata cokelatnya menyipit karena senyum.

Ara ikut tersenyum.

"Pagi tante..."

"Ara udah mau ke sekolah?"

"Iya tante"

"Bareng anak tante aja gimana? Naik mobil"

"Gak usah tante, Ara bisa naik bus kok"

"Padahal gakpapa kalau---"

"Ara berangkat sekarang!" Teriakan mama Ara yang berdiri sambil bersedekap dada menatap tajam pada Ara.

"Iya ma, tante duluan yah"

Wanita itu mengangguk. Melihat sosok tinggi Ara yang berjalan di jalanan menuju halte membuatnya sedih.

Sedangkan mama Ara, setelah Ara pergi dia kembali masuk dan tidak keluar lagi.

"Ma ngapain?" Suara lembut tapi menyenangkan terdengar, wanita yang tadi menawari Ara tumpangan menoleh ke belakang.

"Gak ada, mama cuma nawarin Ara buat berangkat bareng kamu. Kasian dia"

"Maa aku gak suka yah mama nawarin orang asing"

"Chikaaa"

Chika memutar matanya jengah. Sudah berkali-kali sang mama mengeluh tentang tetangga baru mereka yang judes dan anti sosial.

Dia bahkan tidak pernah tahu wajah tetangganya itu, tapi mendengar cerita dari mamanya dia tahu jika tetangganya bukanlah orang yang baik.

"Udah ahh, Chika mau berangkat"

"Yaudah...langsung pulang yah, jangan keluyuran lagi. Ingat! Kamu baru keluar dari penjara"

"MA!"

Ada Chika Di SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang