ACDS 10

699 122 41
                                    

Beberapa minggu berlalu dengan cepat.

Kehidupan Ara masih berjalan meski tidak semulus dulu. Orang-orang yang tahu siapa dirinya sering kali mengejek di belakang atau bahkan terang-terangan.

Tapi Ara yang sudah mulai terbiasa dengan itu semua memilih untuk diam dan tidak peduli, hidupnya dia habiskan hanya bersekolah dan menjadi pelayan di sebuah restoran kecil.

"Bi Yun! Aku pulang yah!"

Jam sudah menunjukkan angka 12 malam ketika Ara tiba-tiba berteriak.

Wanita yang di panggil Bi Yun menoleh ke arahnya, alis kanannya terangkat.

"Diluar hujan, tunggu reda dulu"

"Gakpapa kok bi, deket ini lagian besok ada ulangan jadi Ara mau belajar juga"

Bi Yun menghela nafas kasar, matanya menatap Ara kasihan. Dia lalu tersenyum dan menyodorkan uang dua lembat berwarna biru ke Ara.

"Buat jajan kamu"

Ara menggeleng cepat. Sudah di terima bekerja di sini saja dia sangat bersyukur, kebaikan Bibi Yun untuknya tidak akan dia manfaatkan.

"Aku masih punya pegangan kok Bi..."

"Kamu itu keras banget, yaudah kalo gitu ambil aja sisa makanan hari ini. Anak-anak bibi gak ada yang suka mie ayam, udah muak katanya"

Kali ini Ara menerimanya, senyumnya merekah memikirkan besok dia akan sarapan dengan mie ayam.

Ara membuka payung di tangannya dan berusaha melindungi tas juga dirinya sendiri dari rintik hujan.

Aroma aspal yang di guyur hujan memberi perasaan tenang padanya. Di tengah malam, sosok tinggi kurusnya berjalan membelah hujan.

Untuk sampai ke rumahnya dia harus berjalan setidaknya selama 30 menit. Pulang di jam seperti ini membuat seluruh indera Ara waspada.

Suara derap langkah Ara terdengar dari waktu ke waktu, ketika melihat pagar rumahnya di kejauhan langkahnya semakin cepat. Namun baru saja melangkah beberapa langkah, sebuah cahaya dari lampu sorot mobil meneranginya dari arah depan membuat mata cantik Ara menyipit.

Mobil yang sudah terpakir sejak tadi itu mematikan cahayanya saat Ara menghentikan langkahnya.

Dari dalam mobil seorang pria keluar, sama seperti Ara dia juga membawa payung agar tubuhnya tidak basah.

Pria tersebut bergerak kearah Ara dengan santai dan ringan, namun karena suasanya sunyi dan sedikit temaram Ara mundur ke belakang merasa takut.

"Kamu Ara?"

Ara mengangguk canggung.

"Hufftt, syukurlah. Kenalkan aku Tio sahabat papa kamu"

"Setahu aku papa gak punya sahabat yang namanya Tio" Ara memicing curiga.

Tio tersenyum tipis.

"Aku memang sahabat papa kamu, ini buktinya" Tio merogoh ponselnya lalu memperlihatkan foto dirinya dengan papa Ara.

"Saat kejadian itu aku ada di luar negeri. Huh...di sini dingin, kamu bakal masuk angin. Rumah kamu yang mana? Om mau cerita sesuatu"

"Om dateng besok aja, ini udah malem dan aku juga mau istirahat" Ara menolak dengan cepat, dia masih merasa waspada dengan pria di depannya.

Tio mengangguk.

"Kalau begitu om pergi, kamu kalau butuh sesuatu hubungi nomor om. Ini kartu nama om..."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ada Chika Di SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang