2- DOS

4 0 0
                                    

Fifteen years ago

Flashback on

BRUKKK

Memalukan!

Itulah kata yang pertama kali muncul di fikiranku. Tidak masalah jika tidak ada yang melihat adegan mengenaskan berujung komedi ini, tapi- HEII!! Ini jam istirahat sekolah!

Tentu saja sangat ramai!.
Dengan mata berkaca-kaca kuusahakan berdiri sendiri, diatas tanah pasir bangunan yang- holly shit banyak sekali batu batu kecilnya pantas sakit sekali saat aku terjatuh tadi.

“HAHAHAHA SUKURINNN!! HAHAHA”

HEH! siapa yang dengan beraninya tertawa begitu renyah dibelakangku!.

Kutolehkan kepala kebelakang demi melihat setan kecil yang masih tertawa begitu renyahnya sampai ku lihat badanya terbungkuk-bungkuk dengan salah satu tangan memegang perutnya dan satunya lagi menunjuk-nunjuk ku- ingin sekali ku patahkan telunjuk setan kecil itu!.

PANTAS SAJA!

Bocah lelaki yang tengilnya minta ampun itu!, dia bocah lelaki hitam manis dengan model rambut yang menjadi kebanggaannya tapi selalu mendapat teguran dari guru-guru karena sangat tidak mencerminkan tatanan rambut untuk siswa sekolah dasar.

IYA! KITA MASIH SD! Sudah masuk semester ke-dua.

Dan tingkahnya dari awal masuk sampai saat ini masih sama saja-  seperti anak sma yang akan lulus keesokan harinya.

Mentang-mentang salah satu anggota keluarganya guru di sekolah ini, dia sangat bossy itu sekali!.

Kulangkah kan kakiku dengan lutut yang sakit ini dan berusaha menormalkan raut muka ku agar terlihat biasa-biasa saja kearahnya- padahal beberapa menit yang lalu mataku sudah berkaca-kaca dan hampir meloloskan tangis jika saja tak terdengar tawa renyah serta seruan ejekan yang memalukan itu.

“Gausah ketawa ya KAMU, GAK SAKIT!" bentak ku padanya karena sudah kadung jengkel dan menahan malu sejak tadi.

“Nye-nye-nye, sukurin makannya gausah sok!”

Eh dia bilang apa tadi? Apa dirumanya tidak ada kaca atau setidaknya jendela untuk dia berkaca.

Tak ku gubris dia yang terus mengejek di belakangku. Aku terus melangkah menuju ke dalam kelas dengan menghentak-hentakan kaki ku walaupun lututku mulai terasa perih-perih- aku tidak peduli, karena yang ku inginkan adalah segera sampai duduk di bangku kelasku dan menetralkan deru nafasku yang sedikit terengah karena menahan tangis dan jengkel sejak tadi.

“Gimana? Uangnya dapet dari Mas Bagas?”

Dia Winona sabahatku dan teman sebangku ku yang memang sudah akrab dari sejak taman kanak-kanak kami berkenalan.

Aku sampai lupa tujuan ku berlari sampai terjatuh di pasir tadi karena apa. Awas saja! Mas Bagas kakak sepupuku yang kurangajar itu- akan kuadukan dia pada Mamaku yang galak itu biar tau rasa dia! 

“Gataulah ak-"

Belum selesai ucapanku terpotong oleh seruan bocah tengil yang sungguh minim adab itu memasuki pintu kelas dan berhenti, berdiri disana, dia kembali menunjuk ku, masih dengan sisa tawanya, dia menyengir dan berseru.

“HAHAHA MEI- MEICCA NYUNGSEP DI DEPAN KELAS HAHA”

Diikuti tawa renyah teman-teman ku yang beberapa masih berada di dalam kelas belum pergi ke kantin- mereka serentak menoleh padaku dengan tawanya.

Muka ku mulai memerah menahan malu dan mataku berkaca-kaca lagi.

Winona langsung menoleh padaku.

“Eh? Meicca kamu habis jatuh? Mana mana yang sakit? Aku ambil obat merah dulu ya?”

In A Good WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang