Publik sungguh dihebohkan oleh munculnya empat postingan Instagram di akun sebuah perusahaan pengembang perumahan. Jika cuma ulah iseng hacker tak punya kerjaan, warga internet tidak akan mempedulikan. Masalahnya, postingan itu menyeret satu nama dan satu tragedi traumatis yang pernah menggemparkan negara pada lebih dari satu dasawarsa silam.
Opini beragam bermunculan. Ada yang percaya bahwa Bumi Wicaksono memiliki kaitan dengan pengeboman gedung KPK, namun ada juga sebagian yang membelanya secara mati-matian. Bagaimana pun juga, Bumi Wicaksono memiliki citra politikus baik yang jiwa nasionalisnya telah melekat erat di hati rakyat. Mantan menteri, ketua partai yang rajin membagi-bagikan bantuan, kurang apa lagi dia sebagai politikus yang menjual kemiskinan?
"Belum dipastikan tepatnya tapi sekitar 5,2 juta dollar uang di brankas digasab oleh mereka, Pak." Kepala Bumi kian nyeri. 5,2 juta dollar itu setara dengan 75 milyar rupiah lebih. "Uang di Rabobank sebanyak 10 milyar juga dipindahkan ke rekening crypto. Sedang coba dilacak meskipun hampir nihil untuk ditemukan siapa pemiliknya saat ini."
Sepersen kekayaannya baru saja lenyap. Siapa kiranya komplotan yang berani bermacam-macam kepada dirinya? "Modusnya sama kayak yang udah-udah?" tanyanya kepada pria berumur awal 30-an yang sudah tiga tahun ini menjadi sekretaris pribadinya.
"Ada dugaan kalau pelakunya bisa saja sama. Meskipun dalam kasus lain, modusnya lebih condong pada penipuan serta pembobolan. Hampir semua pengusaha di sirkel Bapak pernah terkena serangan yang sama. Bedanya kali ini, mereka mengambil sendiri uang-uang itu sambil menyandera dan menyabotase sosial media," jelasnya panjang lebar.
"Dinginkan publik dan media, turunkan semua konten yang membawa-bawa nama saya dan pengeboman KPK. Hubungi Kapolri, suruh dia bereskan sisanya. Tegaskan kembali kalau pengeboman itu dilakukan oleh sindikat teroris Sulaeman." Meledak marah pun tak akan ada gunanya. Hal itu sama sekali tidak akan menyelesaikan kekacauan yang ada makanya Bumi bersikap tenang.
Sekretarisnya mencatat seluruh perintah yang diturunkan. "Baik, Pak, akan segera kami selesaikan," katanya.
"Satu lagi, Yon. Periksa seluruh keluarga korban dan semua pihak yang berkemungkinan besar kalau mereka memiliki dendam kepada saya. Termasuk anak yang baru dibebaskan itu."
Dion sedikit membungkukkan tubuhnya sebagai bentuk hormat. "Siap, Pak, akan kami telusuri sekarang. Saya pamit keluar." Langkahnya berjalan mundur, dia benar-benar meninggalkan lelaki yang hari ini sedang bersantai di kediamannya setelah sepekan penuh cari muka di beberapa acara pemerintah.
Kepalanya terasa berat, pikirannya bercabang ke sana dan ke sini sehingga seluruh bagian di dalam otaknya menjadi penuh. Peristiwa ini tidak boleh dianggap remeh. Pelaku hampir mengetahui seluruh keterlibatan Bumi dalam tragedi berdarah yang dilatarbelakangi oleh konspirasi tersebut. Siapa kiranya yang memiliki ide dan rencana yang mantap sekali itu? Orang macam apa yang mampu membuat seorang Bumi Wicaksono kecolongan tanpa ada antisipasi sama sekali?
"Dan," ketika telepon tersambung, Bumi berbicara. "Selesaikan seperti biasa. Jangan ganggu kelancaran pencalonanku atau semua orang akan mengalami nasib yang lebih naas dari apa yang aku alami sekarang."
"Baik, Pak. Jangan terlalu khawatir, semuanya akan kembali aman terkendali."
***
"Kepolisian menjelaskan bahwa tidak ada korban jiwa maupun korban luka dalam kasus perampokan yang menimpa PT. Indah Karya Semesta. Sebuah benda yang diduga merupakan bom telah berhasil dijinakkan oleh Tim Jihandak Polda Metro Jaya. Seperti yang terlihat di layar televisi Anda, ledakan yang dihasilkan sangatlah rendah dan hanya berupa kepulan asap biasa. Bagian yang paling menarik perhatian adalah sebuah gulungan kertas yang terselip di dalamnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
NEGERI ANGKARA
FanfictionLaksana Sabda adalah mantan personil Densus 88 yang dipenjara karena dituduh membunuh rekan kerjanya. Tahun 2010 silam, sebuah bom membumihanguskan salah satu instansi independen yang ada di negeri ini. Hasil penyidikan Sabda menyatakan, ledakan ter...