○○○○○○
Hingar-bingar keributan medan perang terdengar ramai dan jelas. Bilah senjata saling beradu. Peluru-peluru dimuntahkan. Ledakan bom di setiap titik. Ditambah dengan serangan- serangan dari para pengguna Athrisha. Perang antara Raetha dengan Arcsadia yang telah dikuasai oleh kelompok jahat sedang berlangsung untuk merestorasi Endora Gliesè kembali."Mereka tidak ada habisnya," ucap seorang gadis remaja yang mengikuti perang dalam melawan Arcsadia. Tangannya dengan luwes memainkan pedangnya yang diselubungi kobaran api hitam. Menebas setiap musuh yang ada di hadapannya.
"Dimana yang lain?" seru seorang lelaki remaja yang berada cukup jauh darinya. Cahaya oranye pekat melapisi tubuhnya. Tangannya menghantam seorang musuh yang sedang melawannya.
"Kita sudah terpencar jauh," salah satu temannya menyahut kepada mereka berdua.
Tanpa ia sadari, sebuah serangan menuju ke arahnya dan hendak membunuhnya. Sang gadis berpedang menyadarinya dan langsung berlari menuju temannya, menerobos semua orang di medan perang ini tanpa berpikir dua kali. Ia tidak ingin kehilangan seseorang yang ia sayangi untuk kedua kalinya.
"Awas!!" Gadis itu mendorong temannya dari lajur serangan. Membiarkan serangan itu mengenainya, tepat menembus dadanya. Semburat merah keluar dari mulut dan lukanya. Tubuhnya perlahan tumbang ke tanah.
"ASHE!!!"
○○○○○○"Asheray!"
Deg. Sang pemilik nama seketika membuka matanya. Manik merah crimson melirik sekeliling kelasnya dan mendapati gurunya yang sedang berdiri di depan kelas, menatapnya tajam. Sang murid menggerutu dalam hati karena sudah tertangkap basah oleh gurunya sendiri.
"Sudah berapa kali kamu tidur di jam pelajaran bapak, hah?" Sang guru bertanya dengan tegas.
"Maaf, pak. Semalam habis begadang." Ia membuat alasan dengan nada tak bersalah. Menatap gurunya dengan bosan.
Sang guru hanya bisa menghela napas mendengar jawaban darinya. Entah sudah berapa kali muridnya yang satu ini tertidur di kelas tanpa sepengetahuan dari guru-guru lain, kecuali dirinya.
"Kali ini bapak maafkan. Tapi, jangan diulangi lagi. Sana cuci muka dulu."
Sang murid beranjak dari tempat duduknya, melangkahkan kakinya keluar tanpa berkata apa-apa. Ia memasuki toilet perempuan, menyalakan keran wastafel, dan membasuh wajahnya. Tangannya mengeluarkan sehelai tisu dari saku jaketnya dan mengeringkan wajhnya dengan itu. Ia pun menatap pantulan dirinya pada cermin di hadapannya.
Akhir-akhir ini, ia selalu dihantui oleh mimpi-mimpi aneh yang selalu berlanjut setiap kali dirinya memasuki alam mimpi. Bagaikan potongan episode pada sebuah film serial. Terkadang juga tidak berurutan. Mimpi dimana dirinya berperan menjadi orang lain, seorang pembunuh bayaran yang memiliki kekuatan berbahaya dan langka. Dan ia baru saja bermimpi terbunuh di medan perang. Ia tidak mengerti apa maksud dari semua mimpi itu. Yang pasti, itu selalu meninggalkan tanda tanya pada benaknya.
"Mimpi-mimpi ini menyebalkan..." gerutunya seraya menyisir surai hitam-kemerehannya ke belakang. Beberapa helai merahnya terlihat mencolok diantara warna hitam legam.
Kriing!
Bel istirahat sudah berbunyi. Semua murid SMA Veliha berhamburan keluar kelas menuju kantin untuk mengisi perut mereka. Murid bernama Ashe ini tidak terlalu suka ke kantin dengan alasan terlalu ramai. Tapi kali ini, ia terpaksa untuk pergi ke sana karena seseorang telah menunggunya di salah satu meja kantin dengan tujuan untuk mentraktirnya. Beruntungnya, ia tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun untuk membayar makan siangnya. Walaupun ujungnya harus berhadapan dengan keadaan ramai para murid yang sedang jajan dan ocehan-ocehan para kelompok siswi penggosip.
KAMU SEDANG MEMBACA
●Uncharted 1●
FantasyKetika dunia berada di ambang kehancuran, para petinggi Arcsadia mengutus 10 orang untuk menyelamatkan dunia. Diantaranya adalah: Sang pembunuh bayaran misterius Lelaki yang dijuluki Raja Kehancuran yang bekerja di dunia kegelapan ...