Era mengawasi para murid RMA yang sedang berlatih di arena. Mengambang di usara kosong dan tak kasat mata. Is menggunakan penglihatannya yang tajam untuk mengawasi murid-muridnya. Dirinya merupakan seorang Syrator Vision. Membuatnya mampu meningkatkan penglihatannya dan membuat dirinya tak kasat mata.
《Syrator. Kelompok Athrisha yang mampu mendeteksi suhu, suara, bahkan wujud seseorang dari balik tembok dengan penglihatan. Biasa digunakan untuk mengintai.》
Manik hitam charcoalnya mengawasi satu per satu murid yang sedsng berlomba mendapatkan bendera terbanyak. Senyum tipis terukir pada bibirnya.
'Kemampuan mereka meningkat pesat setelah lima tahun,' gumamnya. Pandangannya kemudian tertuju pada seseorang. 'Apalagi murid trial itu.'
♧---♧
"Ray, ada bendera di sekitar kalian. Lima belas meter, arah jam sembilan," ujar Kiev lewat intercom.
Ashe yang mendengarnya hanya membalas dengan dehaman pelan. Tangannya sudah penuh karena sedang mengurus tim lain yang menghalangi mereka. Ia menghunus katananya dan menangkis serangan dari tim lain. Katana pemberian mendiang ayahnya selalu bersamanya kapan pun, dimana pun. Membuatnya merasa aman.
Ashe menghentakkan kakinya ke tanah. Menimbulkan kobaran api hitam yang mengarah ke tim lain. Membuat sebuah jalan.
"Kyle, pergi duluan dan ambil benderanya!"
Kyle mengangguk pelan dan meninju salah satu anggota tim lain pada wajahnya. Membuatnya terjatuh ke aspal. Dirinya yang merupakan Vristo, menggunakan Athrisha Tumbuhannya untuk melindungi dirinya ketika melewati jalan yang dibuat Ashe dengan Black Firenya. Berhubung Black Fire adalah api terpanas di dunia, beberapa bagian tanamannya yang terkena kobaran api terbakar habis menjadi abu.
Jujur, ini sedikit menakutkan. Jarang sekali orang yang memiliki Athrisha untuk membuat api itu. Bahkan, hampir tidak ada. Tapi, Kyle baru saja menyaksikan penggunanya melepas serangan itu di depannya. Dengan mata kepala sendiri, ia melihat itu semua.
'Siapa dia sebenarnya?' gumamnya penasaran.
Kyle kemudian menggelengkan kepalanya. Memutuskan untuk mengesampingkan pikiran itu dan fokus untuk mendapatkan benderanya. Kakinya membawanya berlari menuju tempat yang Kiev maksud lewat intercom.
Setiap tim akan mendapatkan bendera utama yang akan dipegang oleh ketua tim. Setiap mendapatkan bendera, maka bendera utama akan berubah warna. Warna hijau adalah poin terendah dan warna hitam adalah poin tertinggi.
Saat ini, tim mereka sudah mendapatkan warna ungu pada bendera utama. Mereka hanya butuh satu bendera hitam untuk memenangkan latihan tanding ini sebelum waktunya habis.
Tak butuh waktu lama, Kyle sudah tiba di lokasi yang dimaksud Kiev. Ia menoleh kesana-kemari. Tidak ada siapa-siapa dan juga tidak ada bendera. Ia menekan intercomnya dan menghubungi Kiev. Memastikan apakah benar ini tempatnya atau bukan.
"Hei, Kiev. Kau yakin ini tempatnya?"
"Yakin. Coba kau cari gundukan reruntuhan yang besar dan menjulang. Seperti bangunan yang saling rubuh bersamaan. Tadi aku melihat bendera hitam diatasnya."
Kiev memutus koneksi. Kyle menggerutu mendengarnya dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Mana ada gundukan reruntuhan yang besar dan menjulang seperti itu di tempat sepi seperti ini.
Manik birunya kemudian tertuju pada bendera hitam yang berkibar. Dan benar kata Kiev. Bendera tersebut tertancap pada gundukan reruntuhan yang dimaksud olehnya barusan. Senyum lebar terukir pada wajahnya. Kyle langsung berlari menuju gundukan itu dan memanjatnya hingga puncak.
KAMU SEDANG MEMBACA
●Uncharted 1●
FantasíaKetika dunia berada di ambang kehancuran, para petinggi Arcsadia mengutus 10 orang untuk menyelamatkan dunia. Diantaranya adalah: Sang pembunuh bayaran misterius Lelaki yang dijuluki Raja Kehancuran yang bekerja di dunia kegelapan ...