Siang ini Alana disibukkan dengan kegiatan dapur yang tentu saja membuat atensi seluruh maid di rumah menjadi terpusat pada nyonya rumah itu. Alasannya adalah karena Erland akan pulang hari ini, terlebih lagi akan ada teman-teman Aiden yang akan berkunjung ke rumah. Aslan, putra sulungnya mengabari tadi pagi. Alana yang sebenarnya belum pernah kedatangan teman-teman putranya dalam sekala besar cukup kelimpungan mempersiapkan makanan demi makanan. Padahal, bisa saja dia menyuruh maid yang bertugas untuk mempersiapkan semuanya, tapi entah kenapa rasanya ia sendiri yang ingin bertanggung jawab dalam hal ini.
"Bi Eli, tolong selesaikan adonan ini ya, ini tinggal di cetak saja setelah itu di masukkan ke oven, saya mau cek ke belakang dulu" Perintah Alana.
Setelah memastikan Bi Eli mencetak dengan benar barulah Alana menyusul kebelakang, tempat para koki rumah memasak makan siang hari ini.
"Pak Doni, sudah selesai semua?" tanya Alana.
"sudah nyonya, selanjutnya hanya mempersiapkan minum dan cemilan saja" lapor kepala koki. Alana mengangguk puas, setelahnya ia pamit untuk mandi.
"hah, capek banget" lirihnya pelan. ia meraih telepon genggam yang berada di atas kasur dan mengecek apakah ada pesan masuk dari suaminya.
Erland tidak seharusnya pulang hari ini, tapi ketika mendengar tentang Aiden, sisa tugas di luar kota segera ia serahkan ke asisten nya. Entah bagaimana sekarang nasib Yudha dan Minne yang di limpahkan tugas oleh bos mereka itu.
setelah memastikan tidak ada pesan masuk, Alana segera bergegas membersihkan diri dan memilah baju yang sekiranya pantas untuk menyambut teman-teman putranya.
Tak butuh waktu lama Alana memilih kemeja satin lengan pendek dan rok panjang di atas mata kaki.
setelah menatap lamat ke arah cermin, ia puas dengan penampilan nya. Tapi ketika Alana berniat menyanggul rambut panjangnya, pintu kamarnya diketuk dari luar.
"ya?" Alana membuka pintu kamar dan melihat salah seorang maid berdiri di depan pintu kamarnya.
"maaf nyonya, teman-teman tuan muda Aiden telah datang, mereka sedang di ruang tamu" jelas maid itu.
"oh, Aiden sudah diberi tau?” Alana berucap sedikit teriak sembari berlari menuju meja rias dan meraih jepit rambutnya. tidak ada waktu untuk menyanggul rambut, batinnya.
"belum nyonya"
"Aslan?" tanya Alana lagi.
"Tuan muda Aslan akan sedikit telat pulang, beliau ada pertemuan basket terlebih dahulu nyonya, teman-teman nya mengatakan Tuan muda Aslan akan menyusul sebentar lagi" jelas maid lagi. ia masih setia berdiri di depan pintu menyaksikan nyonya nya heboh sendiri menjepit rambutnya.
"oke, kamu beri tahu Aiden, biar saya yang temui teman-teman nya dulu" ucap Alana kemudian. Ia segera menuruni tangga dan menyambut kedatangan anak SMA yang berjumlah kurang lebih 17 orang itu. Banyak sekali ternyata.
"selamat siang" sapa Alana ramah. sekelompok anak yang memakai seragam batik itu menoleh segera setelah mendengar suara perempuan menyapanya. Beberapa dari mereka memeng sudah mengenal Alana lebih dulu, sebab pernah bertemu ketika mereka mengunjungi rumah.
"selamat siang tante" ucap mereka kompak. Alana tersenyum mendengar nya, ia menatap meja yang sudah terisi penuh dengan cemilan. Tak lama setelah itu Aiden datang dengan memegang tiang infus di sebelahnya. Anak laki-laki itu masih menggunakan piama merah muda yang membuat Alana semakin gemas melihatnya. Namun perhatiannya teralihkan saat menyadari Aiden yang berjalan seorang diri.
"dimana Ira? bukannya tadi Mamah minta dia menemani kamu?" Alana bergegas menghampiri Aiden yang masih belum kokoh saat berjalan.
"ga perlu, Aiden ga lumpuh" ketusnya. Alana hanya menggelengkan kepalanya saat menyadari bahwa sifat keras kepalanya tidak menghilang meskipun sedang sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA : The Journey of a Stepmother
RandomAlana Refasya, perempuan berusia 32 tahun dengan karir sempurna sebagai seorang disainer gaun ternama. Butiknya seolah menjadi rujukan prioritas bagi mereka yang perhatian terhadap penampilan. Layar-layar lebar di tengah kota hampir setiap hari mema...