#4

125 4 0
                                    

Kenzo sudah sejak lama menyuka-- menyayangi Diandra. Entah sejak kapan, bibit itu tertanam. Bahkan dirinya tak menyadari ada yang menyiraminya hingga tumbuh cepat dan besar seperti sekarang. Kenzo hanya bisa menunggu sejak Diandra menjadi kekasih Arvin. Ketika itu, Kenzo tak mengerti apa lagi yang harus dirinya lakukan. Marah? Siapa dirinya untuk marah.

Sudah enam bulan ini Kenzo tetap menunggu Diandra.

"Dirumah".

"Gue kerumah ya". Ucap Alice.

Selang beberapa menit Alice sudah sampai dirumah Kenzo yang letaknya jarak lima rumah dari miliknya.

"Ken kennnn, lo mau tau hot news nggakkkk?!".

"Apa?".

"Gue bikin Diandra galau, gue pura-pura ngasih tau Patricia kalo gue itu dideketin sama Arvin. Trus sekarang mereka putus keennnn putus".

"Lo bikin Diandra galau? Siapa yang ngizinin lo untuk ngelakuin itu Al?!".

"Eh? Kok lo marah sih ken".

Katakan saja, Kenzo memang menunggu keadaan ini. Keadaan dimana Diandra putus. Tapi disisi lain, Kenzo tak tega melihat diandra sedih. Entahlah, ini hanya posisi yang sulit untuk Kenzo. Alice masih terdiam memandang wajah Kenzo. Tak biasanya temannya yang satu itu Marah karna hal yang tidak penting. Bahkan, ini karna Diandra. Kenapa? Gumam Alice.

"Oh um maaf".

"Lo kenapa sih?". Tanya Alice.

"Trus menurut lo, gue harus apa Al?".

"Deketin Diandra laaahhh. Jadiin pacar, lagian Diandra emang nggak suka cowo nakal kan? Dia jadian sama Arvin juga karna gatau sisi buruknya Arvin. Sedangkan elo? Pinter dan jago sport juga".

"Jangan dilebih-lebihin gitu. Bikin gue lupa daratan".

"Tuhhh liat aja dari cara ngomong lo".

Kenzo terkekeh.

Keesokan harinya disekolah

Alice dan Kenzo saling memandang ketika Diandra melewati keduanya. Sepertinya kini jantung Kenzo berdetak lebih kencang. Ini akan terjadi lebih serius, tidak seperti biasa yang ia lakukan.

Kelakuannya tempo hari kepada Diandra yang modus dan suka menebarkan kalimat 'sayang' itu memang tidak bercanda. Tapi entah mengapa, hal ini menjadi sesuatu yang memusingkan bagi Kenzo.

"Diandra". Panggil Kenzo.

"Tumben lo manggil nama gue".

"Apa gue keliatan gugup?". Gumam Kenzo dalam hati.

Belum berkata apapun Kenzo bangkit dari posisinya dan meninggalkan Diandra yang masih bingung dengan sikapnya. Sementara, Kenzo masih membenarkan detak jantungnya yang mulai tak wajar.

"Baru sehari ndra, masa galau akut". Ucap Willy tiba-tiba.

"Biasa aja".

"Biasa aja dari mana, tu liat mata udah gede begitu".

"Asal Patricia nggak liat aja".

"Dia udah liat ndra asal lo tau, dan dia lagi nyamperin Arvin".

Mendengar ucapan Willy. Diandra terbelalak dan segera mengambil langkah seribu untuk sampai pada Patricia.

"PATRICIAAAAAA!". Teriak Diandra.

"Tega banget lo bikin cewe nangis. Kalo nyokap lo dibikin nangis sama bokap lo, emang lo tega? HAH? JAWAB!".

Sudah makian ke-lima yang di lontarkan dari mulut Patricia kepada Arvin. Ucapaannya yang kali ini membuat Arvin mematung dan tidak bisa berkata apapun.

The Lucky BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang