Epilog
"Buuuuuuu, dimana sihhh?".
"Dilaci kamar kamu kan".
"Ngga adaaaa".
"Adaaaa".
Diandra benar-benar pusing dengan sikap putranya yang satu itu. Adrian, anak pertama. Diandra kini sudah hampir kepala empat. Putranya sudah hampir menginjak kelas satu SMA. Diandra benar-benar tak habis fikir dengan takdir. Semuanya berlalu begitu saja. Meski mengelak seperti apapun. Dirinya tetap tidak bisa lari ataupun menghindar.
"Ayah berangkat kerja dulu ya".
"Ayaahhhhh barengggg. Aku males naik angkotnyaaa".
"Ayah tunggu dimobil". Ucap Sang Ayah. "Aku berangkat dulu ya". Lanjutnya kepada Diandra.
"Iyaaa". Diandra tersenyum.
"Kalo diliat-liat Adrian Mirip ayahnya ya?".
"Ya. Meskipun kamu nggak begitu pinter bikin sesuatu yang romantis. Tapi kamu good boy. Know why? Karna emang bad boy yang punya sikap itu. Sikap romantis". Ucap Diandra.
"tapi nyatanya kamu beneran sayang sama aku sampe sekian lamanya, takdir hm?".
"my own destiny". Diandra terkekeh.
"Ya kan aku pinter dalam pelajaran, suka banget sport dan ngga pinter ngeluluhin hati perempuan. Jadi inget jaman SMA. Dan sikap aku yang itu, kayak Adrian banget".
THANK YOU SO MUCH! Mungkin ceritanya agak abal ya. He-he. Makasih atas waktu luangnya buat baca! Xoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lucky Bastard
Teen Fiction"akhirnya lo jadian sama diaaaa!". "yaaaa, kaya mimpi banget kan?". Diandra mulai jatuh cinta. Semua berubah seketika itu. Diandra jatuh cinta pada seseorang yang tidak pernah dirinya duga sebelumnya. Banyak keadaan yang aneh dan diluar akal. Tapi c...