#1

370 6 0
                                    

Baca teen-fiction gue yang lain ya! Gue saranin I Found U. It'll be good .x

Diandra

Gue baru aja mau pergi ke kelas. Tapi Arvin melangkah cepat kearah gue dengan senyum dibibirnya. Kelakuan dia yang beda kaya gini kadang bikin gue khawatir. Karna nggak biasanya dia mau nyamperin dan ngobrol sama gue.

"Diandraaaaaaa." Ucapnya.

"Kenapa?"

"Aku sayang sama kamu." Ucap dia singkat kemudian pergi lagi.

Nah, perlakuan nggak terduga kayak gini yang bikin gue kayak the-one buat dia. Dia emang nggak ganteng atau pinter, tapi entah kenapa dia bikin gue jatuh cinta sampe sedalam ini. Sebut aja takdir.

Arvin udah nggak keliatan sama sekali semenjak tadi dia kabur. Untung dilapangan basket tadi nggak ada siapa-siapa. Jadi gue bisa senyum bahagia sesuka gue. Sekarang udah waktunya balik ke kelas, kalo engga gue kayanya bakal di semprot abis-abisan sama Bu Irma. Nggak, itu bakal jadi mimpi buruk di siang hari.

ΞΞ Bad Boy, Goos Feels ΞΞ

"Udah malem, kamu nggak pulang?" Tanya gue.

"Masih betah disini. Bentar lagi deh." Ucapnya yang masih fokus sama ponselnya lagi dengan main games.

Ngapain kalo kerumah dan cuma main games. Kayanya ini bocah cuma minta makan sama minum. Untung mama ngga banyak ngoceh soal Arvin jadi santai ajalah. Tapi gue jadi dikacangin. Cuma nemenin gini, mama juga tiap malem nemenin. Dia mau berubah jadi nyokap gue atau gimana sih?

Sebentar-lagi-nya dia itu sekitar setengah jam. Gue udah ngantuk dan dia masih aja asik sama ponselnya. Tuhan, tolong usir dia. Selang beberapa menit dia udahan memainkan ponselnya dan natap gue sambil senyum.

"Dih kenapa? Gila lu ya."

"Engga." Senyuman itupun masih diwajahnya. Duh kenapa dia imut gini.

"Masih nggak mau pulang? Udah jam setengah sembilan loh. Nanti papa kamu khawatir."

"halah dia lagi khawatir sama aku."

"Gaboleh gitu, dia mungkin khawatir tapi nggak ditunjukin. Bisa aja kan?" Ucap gue sambil menaikkan bahu.

Dia mendekat ke arah gue sekarang. Dan entah kenapa jantung berasa detaknya lebih cepet dari biasanya.

"Yang khawatir berat sama aku itu kamu."

"Iyalah. Yaudah kamu pulang."

"Iya iya." Kemudian Arvin bangkit dari posisinya dan menyambar jaket yang berada disamping sofa. "Mama kamu mana, aku mau pamit nih." Lanjutnya.

"Maaaaa, mamaaaa, Arvin mau pulang nihhhh."

"PULANG AJA GAUSAH PAMIT, MAMA SIBUK SAMA CANDY CRUSH." Ucap Mama dan bikin gue memutarkan bola mata dan Arvin mukanya nahan ketawa.

"Ketawa aja. Gausah ditahan."

"Engga sayang." Tapi disela ucapannya dia masih ketawa kecil. "Yaudah ya, aku pulang."

Kemudian kami kedepan gerbang rumah gue. Arvin tanpa membuang waktu segera pergi, melesat cepat dengan sepeda motor kesayangannya itu. Punggungnya sudah tidak terlihat di ujung jalan.

Author

"Weh bro! Udah lama ya nunggunya?" Ucap Arvin setelah sampai ditempat Arvin biasa berkumpul dengan temannya.

"Lama banget! Ngapain aja lo disana. Gilak lumutan kita disini." Tanggap Rema.

"Makan doang bro, santai."

Arvin menyesap batang rokok yang terselip disela-sela jemarinya. Kelakuan buruk ini entah sudah berapa lama Arvin lakukan. Keberuntungan sepertinya selalu berpihak kepadanya, alih-alih Diandra tau dia pasti mati.

"Gimana lo sama Patricia? Masih?" Tanya Arvin.

"Masih bro, tapi gue gamau serius sama dia. Kan gue juga lagi modusin Rosa kelas bahasa. Cantik juga dia."

"Aishhhh, Azura Azuraaa dua lo embat gitu aja dasar sableng."

"Urusin tuh sama Willy. Udah bener lo sama dia? Ntar pergi sama cewe lain lagi lo." Azura tak mau kalah.

"Rema yang kali ini, nggak akan pergi sama cewe lain. Willy yang terakhi." Ucapnya sombong.

"Omongan yang dulu-dulu kayaknya gitu juga dah." Ucapan Azura yang kali ini mendapat pukulan pelan diatas kepalanya dari Rema.

Sementara Arvin masih asik dengan batang rokoknya. Membuatnya sedikit lebih tenang dari biasanya. Ada waktu dimana Arvin ingin berhenti dengan kelakuan buruknya. Diandra terkadang jadi alasan untuk dirinya tetap menjadi yang seperti ini-jadi dirinya sendiri meski buruk. Tapi kembali lagi pada kepribadiannya yang tak mau diatur, membuatnya pusing harus berlaku seperti apa. Di sisi pertama, Arvin harus bersikap seperti anak yang sewajarnya. Tapi keadaan keluarga yang berantakan membuatnya tak ingin menjadi anak yang sewajarnya. Di sisi kedua, sesuatu yang tidak pernah diharapan oleh semua orang bahkan untuk dirinya sendiri, menjadi cowo buruk. Merokok dan keluar malam setiap hari.

ΞΞ Bad Boy, Good Feels ΞΞ

Malam hari ternyata tidak terasa buruk untuk dinikmati. Diandra sesekali melihat layar ponselnya yang tidak ada pemberitahuan pesan masuk. Hal ini membuatnya kalang kabut karna khawatir pada Arvin. Apa dia sudah sampai rumah? Apa dia baik-baik saja? Apa dia benar-benar langsung pulang? Wajah khawatir tidak dapat dihindari.

Entah ada angin dari mana Patricia dan Willy datang kerumah Diandra hanya untuk bercerita. Walaupun ada orang lain. Tapi Diandra masih sibuk dengan fikirannya sendiri.

"Gue gatau lagi harus gimana ini." Ucap Diandra akhirnya setelah beberapa menit terdiam.

"Ya gimana? Kita kan cuma pacar, gabisa ngatur atau nyuruh dia sejauh itu. Lagipula dia temenan bukan kita yang nyuruh atau dia yang milih. Tapi semuanya berjalan gitu aja." Ucap Willy.

"Nih ya lo bayangin coba, gue pacaran sama dia. Tapi kadang gue mikir kalo dia itu gaserius sama gue. Ya gue bisa apa? Jalanin aja kayak gini, tapi sikapnya dia udah keluar dari wajar. Lo tau? Rasa khawatir perempuan," Ucap Diandra, yang membuat Willy mendelik geli. "Gue udah wanti-wanti sebenernya gamau percaya banget sama dia, tapi sikap dia malah bikin gue yakin. Kan bikin gue jadi serba salah." Lanjutnya

"Pokonya kalo dia berani bikin lu nangis. Gue yang pertama ninju dia." Ucap Patricia.

"Ahhh Patriciaaaaa." Keduanya berpelukan.

"Kayak teletubies ihhh."

"Guys guys guyssssssss." Patricia kini yang akan bercerita. Sepertinya.

"Azura. Kenapa lagi?"

"Enggak. Siapa yang mau cerita soal dia."

Diandra dan Willy saling memandang. Mengetahui sikap Patricia yang seperti ini mereka sudah mengerti.

"Laper?" Tanya Willy dan Patricia mengangguk sambil tersenyum.


Makasih atas waktu luangnya!

The Lucky BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang