JANGAN LUPA VOTE, FOLLOW, KRITIK DAN SARANNYA!
Typo, koreksi📌●○●○●○
Seorang gadis menatap pantulan dirinya di cermin. Ia telah mengenakan seragam lengkap, tas tergantung di punggung, dan riasan tipis mempercantik wajahnya.
Nara merupakan gadis yang memiliki wajah tidak cantik dan juga tidak jelek. Tinggi badannya sekitar seratus enam puluh senti dan sedikit berisi, bisa dibilang standar perempuan pada umumnya.
Pagi ini adalah hari pertama Nara bersekolah setelah libur semester ganjil.
"Ayo, Nara, semangat! Lo pasti bisa lewatin hari ini dengan senyuman lo yang manisnya ngalahin pare," ucap Nara pada dirinya sendiri.
Nara pun beranjak dari kamarnya dan melangkah menuju ruang makan untuk sarapan.
"Wah, aroma masakan Bunda memang nggak kaleng-kaleng," ujar Nara sambil menuruni anak tangga.
Di atas meja makan sudah tersedia satu piring nasi goreng dan segelas air putih.
"CEPAT! SARAPAN! UANG SAKUNYA BUNDA TARUH DI ATAS MEJA!" teriak Bunda dari arah dapur.
"IYA, BUNDA, GAK USAH TERIAK TERIAK!"
Di rumah ini, Nara tinggal bersama kedua orang tuanya dan kedua kakaknya. Bundanya bernama Anita Ivana, sementara ayahnya bernama Irfan Haidar Abraham. Kakak pertama Nara, Arsenio Galen Arfathan dan kakak keduanya, Harsya Bachtiar Arsalan.
Kedua kakak Nara sudah enam bulan berada di luar negeri. Mereka sedang menempuh pendidikan sekaligus mengelola usaha milik kakek mereka.
•
•
•Tiga puluh menit kemudian, Nara sudah sampai di depan gerbang SMA JAYA NEGARA. Di halaman sekolah, sudah tampak ramai. Banyak siswa-siswi yang juga baru tiba, mereka semua asyik berbincang dengan teman-temannya.
"Nara!" Refleks, Nara menoleh ketika ada seseorang yang memanggil namanya.
"Tumben lo nggak bareng Dhara?" tanya orang itu setelah berada di samping Nara.
"Dia masih di kampung, di rumah neneknya," jawab Nara.
Orang itu pun menganggukkan kepalanya, memberi tanda bahwa ia mengerti.
Ngomong-ngomong soal Dhara, Dhara Anika Putri adalah sahabat satu-satunya Nara. Mereka sudah bersahabat sejak kecil, berkat rumah mereka yang bertetanggaan.
Nara dan Dhara telah bersekolah di tempat yang sama sejak TK hingga SMA. Tak heran jika teman-teman mereka menganggap keduanya seperti perangko, selalu menempel dan tak terpisahkan.
Nara mulai berjalan menuju kelas bersama orang itu. Namanya Afra Sela Gentari, yang akrab disapa Sela. kebetulan, dia adalah teman sekelas Nara.
"Assalamu'alaikum, ya ahlal qubur," sapa Nara kepada teman-temannya di dalam kelas, dengan nada bercanda.
Mendadak, semua teman-temannya menatap Nara dengan wajah jengkel, seolah tak asing lagi dengan sapaan nyelenehnya yang selalu datang di waktu tak terduga. Beberapa bahkan hanya bisa menggeleng pelan, menahan tawa dan rasa kesal sekaligus.
"Heh! Mulut lo itu ya, baru juga masuk udah minta diruqyah aja," cibir Davin dengan nada songongnya, sambil memonyongkan bibir yang sudah maju lima senti.
Marcel Davinsyah adalah salah satu cowok yang banyak diidamkan para cewek. Bagaimana tidak? Ia punya paras yang cukup tampan dan merupakan anak tunggal. Ditambah lagi, Davin menjabat sebagai ketua organisasi pramuka di SMA Jaya Negara, yang membuatnya semakin dikenal di kalangan siswi. Namun sayangnya, Davin punya satu kekurangan, mood-nya bisa berubah dalam hitungan detik.

KAMU SEDANG MEMBACA
Detik dan Detaknya (REVISI)
Roman pour Adolescents⚠️WARNING⚠️ JANGAN MENJIPLAK! ITU PERBUATAN RENDAH DAN TIDAK BERADAB. .・✫・゜・。. .・。.・゜✭・ Nara menyukai Razka sejak masa SMP. Setiap hari, rasa suka itu semakin bertambah, hingga kini dia duduk di bangku SMA. Seiring berjalannya waktu, rasa itu sema...