🤍

292 18 3
                                    

Keeho sebagai anak teruta dalam keluarga menuntut ia menjadi seorang abang yang bisa diandalkan. Walaupun ia dan Yechan hanya berbeda beberapa menit, sedikitnya perlakuan dan sikap orang-orang yang ada di sekitarnya berbeda antara ia dan Yechan. Dan hal itu membuat ia menjadi sosok yang dewasa dan tegas seperti Mingi.

"Dek, lo ngerti kan Buna sama Yayah lagi keluarin budget buat renov toko. Kurnag-kurangin minta ini itu ke mereka. Emang duit Yayah sama Buna bisa-bisa aja masih beliin kemauan lo, tapi lo kudu lihat mana yang emang beer-bener lo butuh atau yang cuma lo pingin."

"Kak, sekali-kali lo tegas sama Adek. Lo boleh jadi seseorang yang he relies on, tapi lo juga harus tegas biar Adek juga ngerti gak semua keinginan dia bisa diiyain segampang itu dan biar Adek belajar juga cara nyelesaiin masalahnya."

Karena sifat yang terbentuk itu Keeho mulai sedikit menutup perasaannya pada keluarganya. Ia tidak akan segamblang itu menceritakan perasaannya, baik bahagia atau sedih. Ia lebih memilih memendam apa yang ia rasakan.

"Kio, kalau kamu gak mau cerita sama keluarga kamu cerita sama aku aja. Jangan semua kamu pendam sendiri, gak sehat buat kamunya juga." saat itu Keeho sedang main ke apartemen Soul dengan keadaan mood yang buruk.

Keeho memandang Soul dan memutuskan untuk menceritakan perasaannya pada Soul hari itu. Soul mendengarkan semua apa yang dirasakan Keeho dan mencoba menenangkannya.

"Aku beneran gak tahu kalau aku gak ketemu kamu. Aku mungkin bener-bener bakal pendam semua perasaan aku."

Tapi Keeho tidak pernah keberatan dengan semua itu. Ia menyadari bahwa ia mampu melakukannya dengan dukungan orang-orang di sekitarnya. Perlahan ia menjadi sosok yang dibutuhkan keluarga dan orang sekitarnya jika mereka membutuhkan bantuan Keeho.

"Abang, itu Kakak tolong dinasihatin. Yayah bingung kok dia bisa-bisanya ikut tawura. Buna dari tadi nangis juga keinget pas jemput Kakak di kantor polisi luka-luka gitu."

Dan Keeho benar-benar menasihati Yechan.

"Lo sadar gak kalau lo ikut tawuran bisa bikin lo mati? Tahu kan banyak kasus tawuran makan nyawa?"

Yechan terdiam mendengarnya.

"Buna sampe sekarang masih nangisin lo. Yayah bingung lo kok tahu-tahu ikut tawuran."

Yechan masih terdiam. Ia sudah merasa bersalah sejak ia dijemput kedua orang tuanya di kantor polisi. Namun mendengar semua itu dari Keeho membuat ia semakin merasa bersalaha.

"Lo gak malu kalau lo bisa jadi contoh jelek buat Adek? Dia lagi di masa nyari role model dan lo salah satunya, kalau Adek ngikutin lo tawuran gini gimana?"

"Gua minta maaf."

"Gak usah minta maaf sama gua, gak guna juga. Minta maaf ke Yayah sama Buna, khususnya Buna, dia bener-bener khawatir lo kenapa-kenapa."

Dibalik sifat tegas dan dewasanya, Keeho juga memiliki rasa menyayangi yang begitu besar pada ornag-orang yang selalu ada di sisinya.

"Ini Abang baru dapet bayaran dari model kemarin. Abang udah beliin satu-satu, udah ada namanya." seraya meyodorkan beberapa tas belajnaan dari merek terkenal.

"Yayah ganti uang kamu, Bang. Uangnya ditabung aja."

"Gak usah Yayah. Udah ada yang Abang tabung, ini emang Abang khususin buat beliin semuanya."

Mingi tersenyum bangga pada Keeho.

"Ini buat kamu." Keeho memberikan sebuah gelang pada Soul keesokan harinya.

"Kio! Ini kan wishlist gelang aku. Mahal."

"Gak mahal. Udah coba dipake."

Keeho memasangkan gelang itu pada tangan Soul.

"Cantik banget. Makasih, Kio."

"Sama-sama."

Itulah sedikit cerita mengenai Keeho sebagai sosok abang dalam keluarganya.









Halo!

Gimana? Suka gak? Semoga pada suka ya.

Hope you enjoy this story!

Sorry for the typos.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Family . MinYunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang