2. SI PERINGKAT SATU

70 12 0
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

KLIK VOTE, KOMENTAR, DAN SHARE KE TEMAN-TEMAN KAMU SEBANYAK MUNGKIN

SELAMAT MEMBACA ❤

TERIMA KASIH 🥰

* * *

* * *

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

* * *

Benar saja, pendaftaran ujian masuk perguruan tinggi sebentar lagi dibuka. Khafee melihat secara langsung banyak sekali poster dari berbagai universitas tertempel di mading sekolah. Namun, satu universitas paling bergengsi juga ada di sana. Kampus yang menjadi incaran para murid Indonesia History School.

Revelation University, kampus yang tidak asing lagi untuk murid IHS. Setiap tahun Revelation selalu mengadakan ujian masuk dengan menawarkan beasiswa kuliah gratis hingga lulus. Sebuah tawaran yang menggiurkan dari kampus terbaik yang ada di Indonesia, yang menghasilkan banyak sekali lulusan berpengaruh.

Penawaran besar itu membuat Revelation terkenal sebagai kampus dengan persaingan ketat. Ratusan ribu murid sekolah menengah atas yang mengikuti ujian itu berjuang hanya untuk memperebutkan dua kursi saja. Ya, hanya dua orang yang akan mendapatkan beasiswa itu. Sialnya, Khafee mengincar beasiswa itu jadi ia bukan hanya bersaing dengan teman sekolahnya saja, namun juga dengan banyak sekolah di luar sana.

Khafee sebenarnya menerima dan mampu berkuliah di kampus mana pun. Semahal apa pun biaya kuliahnya. Namun, selama ini Khafee hidup dengan memenuhi seluruh ekspektasi papanya. Semuanya seakan berjalan sesuai dengan keputusan pria itu saja.

Khafee menghela napas. Ia sadar saingannya semakin bertambah. Ia cukup lelah untuk menambah jam belajar lagi.

"Harusnya bilang ke bokap lo, Gwen. Lo perlu cerita kalau guru-guru rendahin lo."

Perhatian Khafee teralihkan pada ucapan dari dua orang yang saling berbicara tepat di sebelahnya sekarang. Mereka tidak sedang melihat ke mading. Tetapi Khafee mengenal salah satu dari mereka.

"Gue gak mau buat ayah gue marah dan sakit hati, Ca. Cukup dia tau kalau gue peringkat terakhir. Cukup beban yang gue kasih ke bokap gue," balas Gwenya. Cewek itu tetap mempertahankan keputusannya.

"Tapi bokap lo lebih sedih kalau tau lo diam aja dipandang rendah sama guru. Miss Anggi malah makin senang mempermalukan lo, Gwen."

Khafee melihat Gwenya menggeleng. "Sebentar lagi kita semua lulus. Alasan utama gue sekolah di IHS karena sekolah ini punya kelas akselerasi yang bagus dibandingkan sekolah lain. Jadi penderitaan gue di sekolah bakal berakhir dan gue gak perlu lama-lama ada di sini, Caca."

"Gwen, sekolah bagus kalau gurunya gak menghargai murid sama aja bohong. Gak semua orang punya kapasitas otak yang sama. Selama ini kita dituntut belajar lebih cepat dari sekolah biasa, tapi harusnya guru juga hargai murid yang belum bisa kejar materi."

Benar. Khafee menyetujui apa yang teman Gwenya ucapkan. Entah siapa namanya, Khafee tidak mengenal karena mereka tidak sekelas, namun cewek bernama Caca itu berpikir sesuai dengan keadaan di lapangan.

"Cuma gue gak bisa berbuat apa-apa. Semua guru pasti melihat hasil, Ca. Murid lain bisa tapi kenapa ada murid bodoh yang gak paham-paham materi kayak gue?"

Khafee terus memperhatikan Gwenya dari samping. Ia tahu apa yang terjadi tadi di kelas dan juga mendengar dengan jelas apa yang diucapkan Miss Anggi ke Gwenya. Cewek itu tetap diam meskipun ditertawakan di depan teman sekelas mereka. Khafee bahkan sempat melihat siapa yang tertawa.

Tetapi satu hal yang Khafee dapat lihat, cewek itu tampak kuat. Dia bahkan tidak ingin menyakiti ayahnya yang baik hati itu. Khafee masih ingat bagaimana ayah cewek itu yang tampak bahagia meskipun dia tahu peringkat Gwenya.

Caca berdecak. "Kalau sampai Miss Anggi atau guru lain rendahin lo lagi, gue gak akan diam ya."

"Ca, cukup gue yang gak suka."

"Nggak. Pokoknya gue bakal bela lo, Gwen." Caca juga tetap pada pendiriannya. "Gue balik kelas dulu ya, dah."

Gwenya terdiam di tempatnya, memperhatikan Caca yang meninggalkan cewek itu. Ia lalu melihat ke mading dan memperhatikan poster ujian masuk perguruan tinggi yang sama seperti yang Khafee lihat tadi. Tetapi pikiran antara murid peringkat pertama dan peringkat terakhir berbeda. Gwenya hanya ingin ia diterima di kampus mana pun yang terpenting dapat keluar dengan cepat dari IHS.

Helaan napas berat terdengar, Gwenya sangat lelah untuk hidupnya sendiri. Ia pun memutuskan untuk kembali ke kelas, namun ia terkejut melihat seseorang yang baru Gwenya sadari berdiri di dekatnya.

Khafee prava. Teman sekelasnya. Si peringkat satu sekolah.

Gwenya harusnya biasa saja, mereka sudah mengenal sejak lama walaupun tidak pernah berbicara. Tetapi ia sangat tidak percaya kalau cowok itu detik ini sedang menatapnya.

Dan Gwenya juga tidak tahu, sejak kapan Khafee berdiri di sana?

* * *

Gimana chapter ini menurut kamu?

NEXT?

VOTE!

KOMEN!

SHARE ke teman-teman kamu!

TERIMA KASIH

FOLLOW MEDIA SOSIALKU

FOLLOW MEDIA SOSIALKU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Khafee dan Juta PikiranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang