5. MEMECAHKAN KACA

83 17 2
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

KLIK VOTE, KOMENTAR, DAN SHARE KE TEMAN-TEMAN KAMU SEBANYAK MUNGKIN

SELAMAT MEMBACA ❤

TERIMA KASIH 🥰

* * *

* * *

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

* * *

Aku memang bukan gadis tercantik di dunia ini yang harus kamu cintai.

* * *

Gwenya tahu selama ini kalau Khafee Prava adalah orang yang sulit untuk ia dekati. Ia dan Khafee terlalu banyak perbedaan yang menurutnya semuanya akan terlihat mustahil untuk membuat mereka berdua dekat.

Selain kepintaran yang Khafee punya, Gwenya selalu bepikir bahwa status sosial juga menjadi hal yang sulit baginya untuk mengenal dekat cowok itu. Kesempurnaan yang terpancar dari kehidupan seorang Khafee Prava berhasil membuat Gwenya merasa kecil. Itu menjadi alasan selama ini ia tidak pernah dekat dan berbicara dengan cowok itu.

Tetapi semuanya terasa berbeda untuk kali ini. Khafee yang tidak pernah melihat Gwenya tapi kini malah tertangkap memperhatikannya. Khafee yang selama ini tidak pernah menatapnya tapi kini malah menunjukkan dirinya lebih dulu.

Dan yang terakhir, masih sangat Gwenya ingat bahwa itu pertama kali Khafee tersenyum kepadanya. Pertama kali juga bahwa mereka bedua saling bebicara dan mencoba memecahkan kaca yang selama ini terasa seperti menghalangi kedekatan mereka.

Gwenya menatap dirinya sekali lagi di cermin. Ia merasakan pipinya memerah hanya karena membayangkan seorang Khafee Prava kemarin. Obrolan pertama mereka hanya berdua. Ia harap tidak ada yang menyadari warna pada pipinya, terutama Khafee sendiri.

"Gue baru beli lip tint ini kemarin," ucap Caca mengeluarkan pewarna bibir itu dari sakunya. "Katanya sih bagus, gue lihat review orang-orang bilangnya tahan lama, but I haven't used it yet. Coba juga ya, Gwen. Gue mau tau pendapat lo."

Gwenya ikut memperhatikan pewarna bibir itu dan menautkan alis melihat pilihan warnanya. Mereka berdua memang langsung pergi ke toilet saat jam istirahat, sebelum kemudian pergi ke kantin. Caca yang sejak tadi sibuk merapikan rambutnya. Sementara Gwenya hanya bercermin dan tersenyum karena memikirkan Khafee.

"Warnanya gak cocok buat gue," balas Gwenya memperhatikan Caca yang sedang memakai pewarna bibir sekarang. "Tapi buat lo bagus."

Benar, Caca terlihat cantik memakai itu. "Coba dulu!" pintanya tetap memaksa Gwenya memakai pewarna bibir itu.

"Tapi—"

Caca bersikeras dan dia tetap memakaikannya. Gwenya memperhatikan sahabatnya itu mengoleskan secara perlahan pewarna itu di bibirnya.

"See? Cocok juga kok buat lo." Caca tersenyum melihat hasilnya. "Nanti kasih tau gue ya pendapat lo. Ini tahan lama atau nggak. Tapi kalau buat warna udah bagus."

Gwenya melihat ke cermin dan meringis mendapati dirinya yang terlihat berbeda. Bukan membencinya tapi warna yang dipilih Caca terlalu terang sehingga ia merasa tidak cocok.

"So, if it's a good product, gue akan beli yang ini terus. Lo kalau mau titip juga boleh," kata Caca makin melebarkan senyumnya. "Kenapa sih? Lo takut kelihatan aneh?"

"Ya ... gue udah dikenal bodoh, Ca. Jangan sampai gue juga dikenal aneh." Gwenya menjawab dengan ragu.

"You're so beautiful, Gwen. Pakai itu tambah kelihatan cantiknya."

"Lo bisa bilang gitu karena lo sahabat gue, Ca."

"Justru karena gue sahabat lo jadi gue lebih tau apa kurang dan lebihnya lo, Gwen. Pokoknya lo cocok dan percaya sama penilaian gue."

Gwenya akhirnya menerima pendapat Caca dan mereka sama-sama pergi ke kantin. Meskipun sebenarnya Gwenya merasa masih ragu setiap dirinya melangkah dan berpapasan dengan murid lain. Ia melihat banyak sekali murid IHS yang sudah berkumpul di kantin untuk istirahat, beberapa teman sekelas Gwenya juga sudah ada.

Ia dan Caca berpisah ke kios makanan berbeda. Gwenya sendiri langsung berjalan ke kios makanan yang dirinya tuju. Namun langkah kakinya terhenti ketika melihat seseorang di depannya. Dia berjalan mendekati Gwenya hingga cewek itu dapat melihat wajahnya dengan jelas.

Dia—Khafee Prava berhasil membuat Gwenya sedikit mendongak untuk menatap matanya.

"Lo mau beli makanan?" Khafee bertanya dengan ramah sambil menatap mata Gwenya. Sebelum tatapannya berpindah dan melekat di bibir cewek itu.

"Iya!" balas Gwenya dengan suara keras, berharap Khafee beralih menatap matanya lagi. Ia terlalu gugup sekarang. "Gue beli makanan dulu. Permisi."

Gwenya langsung berbalik pergi. Ia benar-benar ingin menjauh dengan cepat dari cowok itu karena begitu canggung.

Sementara Khafee, di tempatnya berdiri dengan makanan di tangannya, tersenyum lagi memperhatikan kepergian cewek itu. Gwenya tidak sadar bahwa dia bertingkah lucu hingga membuat Khafee merasa ... bahagia.

"Cantik."

* * *

Gimana chapter ini menurut kamu?

NEXT?

VOTE!

KOMEN!

SHARE ke teman-teman kamu!

TERIMA KASIH

FOLLOW MEDIA SOSIALKU

FOLLOW MEDIA SOSIALKU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Khafee dan Juta PikiranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang