1. PERINGKAT TERAKHIR TERUS

120 20 5
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

KLIK VOTE, KOMENTAR, DAN SHARE KE TEMAN-TEMAN KAMU SEBANYAK MUNGKIN

SELAMAT MEMBACA ❤

TERIMA KASIH 🥰

* * *

* * *

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

* * *

Aku lelah untuk mengatakan aku baik-baik saja.

* * *

Arti mimpi bagi setiap orang itu berbeda.

Seperti menurut drama Korea Twenty Five Twenty One yang pernah Gwenya tonton, kita belum pernah melihat dunia tempat kita boleh payah dan gagal. Sayangnya, dunia yang Gwenya tempati sekarang tidak menerima orang-orang bodoh, payah, dan gagal.

Di antara banyak manusia yang ada di bumi ini, hanya ayahnya yang merasa kebodohannya adalah kepintaran. Sampai Gwenya tidak bisa menjelaskan apa pun lagi kepada ayahnya bahwa putrinya sendiri tidak pintar.

Bagi manusia pintar, mimpi mereka mungkin mendapatkan kesuksesan, piala, medali, uang, dan pengakuan dari banyak orang. Tetapi mereka masih mampu mewujudkannya. Mereka bisa mendapatkan ratusan penghargaan karena kepintaran dan kegeniusan otak mereka.

Bagi manusia bodoh, mereka hanya ingin diakui, dihargai, dan bermanfaat. Bukan karena malas, tetapi kemampuan setiap manusia itu berbeda. Dan dalam drama Hometown Cha Cha Cha juga mengatakan hidup tidak selalu adil bagi semua orang. Ada yang jalannya penuh dengan lubang dan tidak mulus. Ada juga yang berlari sekuat tenaga, namun menemui jurang di ujung jalan. Hanya saja manusia bodoh tidak bisa selalu mampu mewujudkan mimpi mereka, karena mereka tahu selalu ada jurang yang menanti mereka datang.

"Tarraine Gwenya. Kamu gak capek peringkat terakhir terus?"

Ketika Gwenya duduk dengan semangat pada hari pertama masuk sekolah semester baru, dia malah melihat ke depan untuk mendapati wajah Miss Anggi, guru matematika di kelasnya itu berbicara. Meskipun tahu ini salah, tetapi Gwenya tidak bisa menutupi bahwa ia membenci gurunya sendiri. Ia telah benci guru-guru yang selalu merendahkannya walaupun tidak mengakui itu secara langsung.

Lagi dan lagi, murid bodoh di kelas tidak akan pernah menjadi kebanggaan guru. Masih ada guru yang membeda-bedakan setiap muridnya. Salah satunya Miss Anggi yang baru saja mengatakan peringkat Gwenya dengan suara keras seakan teman sekelasnya perlu tahu itu.

Gwenya bahkan merahasiakan peringkatnya dari teman-temannya sendiri selama liburan semester. Namun, detik ini, semua orang malah jadi tahu siapa pemilik peringkat terakhir di kelas. Atau mungkin, mereka sudah tidak akan terkejut lagi siapa yang mendapatkannya.

"Heran ya saya, kamu itu bukan murid bermasalah. Nggak pernah pakai narkoba, rajin mengerjakan tugas, selalu masuk, dan bahkan izin sakit aja gak pernah. Tapi sayangnya, kamu itu bodoh makanya peringkat kamu terakhir terus."

Tawa seketika terdengar muncul dari beberapa murid yang tidak bisa Gwenya tentukan jumlahnya. Gwenya tidak tahu lagi harus menunjukkan ekspresi seperti apa, selain wajahnya yang mencoba datar. Ia sadar sekarang semua tatapan teman sekelas mengarah kepadanya. Biasanya yang berada pada posisi ini lebih banyak laki-laki, tetapi mungkin mereka masih kuat mendapatkan kata-kata merendahkan seperti itu. Namun, sebagai perempuan membuat Gwenya cukup lelah atau mungkin sudah sangat lelah mendengarnya keluar dari mulut gurunya sendiri.

Perhatian Gwenya masih tertuju dan menunjukkan seakan kuat pada Miss Anggi yang sekarang menatap ke arahnya. Ia mengatup bibirnya, menahan diri untuk tidak terlihat goyah dan kalah.

"Indonesia History School adalah sekolah yang menyediakan murid-muridnya bisa akselerasi. Apalagi ujian masuk perguruan tinggi sebentar lagi dibuka. Teman-teman kamu sudah siapkan diri buat ujian itu. Apa kamu juga, Gwenya?" lanjut Miss Anggi lagi. "Tapi Ibu gak yakin kamu mampu mengerjakan ujian. Di kelas saja kamu peringkat terakhir. Bersaing sama teman sekelas saja kamu gak bisa. Apalagi harus bersaing sama murid sekolah lain."

Gwenya mencoba mengatur napas. Ia hanya berharap ... ia harap tidak menangis detik ini setelah mendengar ucapan yang dikatakan oleh gurunya langsung.

Ia semakin tidak bisa berkata-kata. Ia sebisa mungkin terlihat menerima ucapan itu dengan sekuat yang dirinya bisa. Tangan Gwenya yang ada di atas meja langsung menurun ke bawah, mulai mengepal, mencoba menahan emosi tidak menentu yang tadinya tidak ada tapi sekarang terasa begitu menyakitkan.

Gwenya terus berharap semua orang tidak menyadari matanya mulai memerah.

"Kamu gak punya peluang di mana pun, Gwenya."

Ia tahu itu. Tanpa perlu Miss Anggi katakan dan memberi tahu Gwenya tentang kebodohannya. Gwenya sudah sadar diri untuk tidak berharap pada apa pun yang tidak bisa diraihnya.

* * *

Gimana chapter ini menurut kamu?

NEXT?

VOTE!

KOMEN!

SHARE ke teman-teman kamu!

TERIMA KASIH

FOLLOW MEDIA SOSIALKU

FOLLOW MEDIA SOSIALKU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Khafee dan Juta PikiranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang