LIMA

2K 116 3
                                    

5.1. PERSIAPAN MENJELANG HARI-H


Biarpun Sonny sehari-harinya terbilang harmless, selama masa training pacar ini, serius, aku menganggap dia sebelas dua belas dengan kuda liar. Seganteng apa pun cowokku itu, aku tetap harus waspada. Salah langkah sedikiiiit saja, ke laut semua deh semua jerih payahku selama ini.


"Sayang, aku cuma mau mastiin, kamu inget kan tanggal sebelas itu hari apa?" tanyaku dengan suara semanis mungkin.


Ketika itu, aku dan Sonny sedang makan siang berdua di restoran junkfood. Di hari biasa, aku selalu memastikan junkfood ada di daftar terakhir makanan pilihanku. Udah lah masalah di minyaknya, lemak di kulit ayamnya, belum lagi video seram-seram tentang junkfood yang bergantian di-share teman-teman Facebook. Intinya: OGAH!


Jadi, gimana ceritanya aku bisa setuju diajak Sonny ke tempat makan sumber kanker ini?


Sederhana saja sih jawabannya: aku butuh bikin Sonny senang. Karena orang yang bahagia biasanya punya daya ingat yang lebih baik. Mengingat Sonny pada dasarnya pelupa berat, aku butuh bekerja ekstra keras untuk yang satu ini.


"Hmmm...."


Mulutnya yang berlepotan sambal dan saus tomat itu tentu saja terlihat konyol. Tapi mengkritik cara makan pacarku itu JELAS berefek negatif pada derajat kebahagiaannya.


"Hari Minggu?"


BAH!


"Memang sih. Tapi maksudku bukan itu, Sayaaaang...." Aku mencoba terdengar sabar dan tenang. Sabar dan tenang. SABAR. DAN. TENANG. "Masa sih kamu lupa, ada yang spesial banget di tanggal itu?"


Sonny dan otak mungilnya berpikir sejenak. "Hmm..., untung kamu ingetin. Makasih ya, Sayang! Hampir aja aku lupa."FIUH.

BEGO IS STUPIDTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon