2

859 24 0
                                    

Hey there!

Don't forget to sprinkle some magic by voting and leaving a sweet comment! If you spot any little typos or delightful misunderstandings, feel free to share—I'm a newbie at this, and your feedback means the world to me!

Happy reading, lovely souls!

____________

Hari ini, Ara disibukkan oleh panggilan dari agensinya. Telepon itu terus berdering, memberikan tekanan mental yang luar biasa padanya.

Setiap kali Ara mengangkat telepon, suara tegas dari pihak agensi terdengar di telinganya, menuntut penjelasan mengenai hubungannya dengan Kaizen yang kini menjadi sorotan publik. Situasi ini membuat agensi berada di bawah tekanan besar dari berbagai pihak, mulai dari sponsor hingga penggemar.

Meskipun begitu, pihak agensi tidak dapat memaksa Ara untuk mengakhiri hubungannya dengan Kaizen. Hubungan mereka telah menjadi topik hangat di media sosial, menimbulkan berbagai spekulasi dan rumor. Setiap langkah Ara dan Kaizen selalu diawasi dan dibahas oleh publik. Agensi, yang biasanya bisa dengan mudah mengontrol kehidupan pribadi artisnya, kini menemui jalan buntu karena Ara menjalin hubungan dengan Kaizen.

"Duh, kok bisa Kai publish begitu saja tanpa pemberitahuan sih?" keluh Maya dengan nada frustasi.

"Gue nggak tahu, May. Gue pusing banget, apalagi duit gue bakal langsung habis buat bayar penalti," jawab Ara sambil terus menghitung denda yang harus dibayarnya.

Jumlah penalti yang harus dibayarnya lumayan besar, membuat Ara semakin panik dan tertekan. Setiap kali Ara melihat angka-angka yang tercantum dalam kontrak penalti tersebut, jantungnya berdegup kencang.

"Shit," gumam Ara kesal.

"Kenapa, Ra?"

"Gue otw jadi miskin, May," ucap Ara dengan histeris.

"Lah, gue gimana dong?"

"Gaji lo udah aman kali,"

"Cowo lo kaya raya, Ra. Minta tanggung jawab sana," canda Maya sambil tertawa.

Gotcha! Ara terdiam sejenak memikirkan apa yang dikatakan Maya. Pikiran Ara berputar-putar, mencoba mencerna semua kejadian yang baru saja menimpanya. Kai adalah orang yang menyebabkan semua kekacauan ini.

Meminta Kai untuk bertanggung jawab adalah hal yang masuk akal. Kai yang telah membuat semuanya berantakan, jadi dia juga harus ikut serta dalam memperbaikinya.

Sekarang, di sinilah Ara, duduk manis di depan Kaizen yang sedang menatapnya dengan intens. Suasana di ruangan itu terasa tegang, dengan keheningan yang hanya diisi oleh detak jantung Ara yang berdegup kencang.

Ara mencoba menenangkan diri, menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan pembicaraan. Mata Kai yang biasanya penuh kasih sayang kini terlihat serius, seolah-olah dia sedang mencoba memahami seluruh situasi yang ada di hadapannya.

"Gue minta pertanggungjawaban lo,"

Kai mengerutkan alisnya, tatapan bingung terpancar dari matanya. Dia meraih dokumen-dokumen yang dibawa Ara dan tanpa membukanya. Kai akhirnya mengangkat wajahnya dan dengan tenang bertanya, "Kamu hamil?"

Mata Ara membelalak sempurna mendengar pertanyaan yang sama sekali tidak dia duga. Bagaimana mungkin Kai bisa menyimpulkan sesuatu yang sejauh itu dari dokumen-dokumen yang berisi perhitungan penalti dan kerugian finansial?

Begitu pula dengan Marco, yang duduk tak jauh dari mereka, terkejut hingga tersedak ludahnya sendiri. Marco, yang biasanya tenang dan terkendali, kini terlihat panik, batuk-batuk kecil sambil berusaha mengembalikan ketenangannya.

Entangled | HOLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang