5

710 12 0
                                    

Hey there!

Don't forget to sprinkle some magic by voting and leaving a sweet comment! If you spot any little typos or delightful misunderstandings, feel free to share—I'm a newbie at this, and your feedback means the world to me!

Happy reading, lovely souls!

__________

Seperti yang dikatakan Kai, semua urusan Ara dengan agensinya dan kontraknya telah selesai. Tapi, penyelesaian itu bukan tanpa bayaran. 

Kai bagaikan binatang buas yang tak kenal lelah, terus menerus menuntut Ara hingga sang wanita kelelahan. Di atas ranjang Kai, Ara menemukan dirinya tak berdaya.

Meskipun begitu, Ara merasakan kenikmatan dalam setiap sentuhan Kai. Gairah kekasihnya - atau benarkah Kai adalah kekasihnya? Mungkin hanya Ara yang merasakannya demikian?

Di balik selimut tebal yang masih membungkus tubuh mereka, Ara menggeliat dalam pelukan Kai. Sesaat setelah bangun tidur, ia langsung berucap dengan nada kesal, "Lo bener-bener ya,".

Kai, yang masih mengantuk, hanya merespon dengan gumaman, "Sorry, hari ini saya full sama kamu."

"Halah, pret," balas Ara sambil memutar bola matanya.

Ara berusaha bangkit dari kasur, namun Kai justru mempererat pelukannya, membuat Ara tak bisa bergerak. "Kai,minggir! Gue mau mandi," protes Ara.

Kai menempelkan wajahnya di leher Ara dan berkata dengan suara serak, "Kamu yang mau mandi, kenapa saya yang harus minggir?".

Ara menghela nafas panjang. Ia tahu Kai takkan melepaskannya dengan mudah. Lagipula, ia juga tak ingin menolak sentuhan hangat Kai di pagi hari.

Ara dan Kai tengah bersantai di ruang tengah. Ara duduk di sofa, menyandarkan kepalanya di bahu Kai yang memeluknya. Kai, meskipun masih fokus pada iPad di tangannya, sesekali mencium puncak kepala Ara atau mengelus rambutnya dengan penuh kasih sayang.

"Tuh kan, tetep aja kerja. Emang cowok tuh ngomong doang bisanya," ujar Ara dengan nada kesal.

Kai terkekeh, "Saya kerja juga buat kamu, princess."

"Iya sih, kerjanya tapi jangan pas ada gue dong," balas Ara sambil mengerucutkan bibirnya.

Keesokan harinya, Ara memiliki janji dengan Maya dan Lisa. Mereka berencana untuk makan siang bersama dan membeli beberapa tas. Pagi harinya, Ara mengerjai Kai dengan meminta uang, namun ia tak menyangka Kai akan memberikan kartu kreditnya begitu saja.

Saat bertemu Maya dan Lisa, Ara langsung menceritakan tentang apa yang terjadi dengan Kai.

"Gila, gue kira Ara boong pas bilang jadian sama Kai," ujar Lisa dengan takjub.

"Yee, gue juga nggak tahu kalau gue mau dijodohin sama Kai. Kalo gue tahu, pasti gue nggak bakal sok-sokan kabur ke sini," balas Ara.

"Tapi kan lo kabur malah jadi model," timpal Lisa.

"Iya sih, ada untungnya. Tapi gue kangen nyokap bokap gue di Italia," kata Ara dengan nada sedih.

"Aunty Emma dan Uncle Carlo juga pasti ngawasin lo kali," ujar Maya.

"Iya, dia masih suka chat gue," timpal Ara.

Setelah makan siang, mereka bertiga menuju ke salah satu toko tas yang diinginkan Ara. Di sepanjang jalan, banyak orang yang mengenali Ara, namun Ara hanya tersenyum dan melambaikan tangan kepada mereka.

Lisa dan Maya, dua sahabat Ara, ingin membeli tas yang berbeda. Mereka sadar bahwa membeli tas yang sama dengan Ara akan menghabiskan banyak uang. Untuk menghemat waktu, Ara menyuruh mereka pergi ke toko yang mereka inginkan, sementara Ara memilih tas sendirian.

Entangled | HOLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang