1

1.6K 27 0
                                    

Hey there!

Don't forget to sprinkle some magic by voting and leaving a sweet comment! If you spot any little typos or delightful misunderstandings, feel free to share—I'm a newbie at this, and your feedback means the world to me!

Happy reading, lovely souls!

____________

"Di mana dia?"

"Nona Ara sedang dalam perjalanan menuju ke sini, Tuan,"

Tak perlu menunggu waktu lama, terdengar suara ketukan sepatu heels yang khas di lantai marmer. Suara itu menandakan kedatangan Arasya Sesha, seorang model yang sedang naik daun berkat keseksian dan kecantikannya yang memukau.

Pintu terbuka, dan Ara masuk dengan langkah anggun. "Hai, babe," sapa Ara dengan riang, menghampiri seorang pria yang duduk di kursi kebanggaannya. Di atas meja pria itu terdapat name tag bertuliskan "Kaizen Atharva C".

Ara langsung duduk di pangkuan Kaizen dengan ceria. "What's going on, Ara?" tanya Kaizen penasaran melihat Ara yang begitu bersemangat.

"Hehe, gue ditawarin jadi Brand Ambassador Calvin Klein, Kai! Seneng bangettt," kata Ara sambil memeluk Kaizen erat tanpa menyadari wajah Kaizen yang tampak menahan amarah.

"Kamu sudah teken kontrak?" tanya Kaizen dengan nada serius, matanya menelusuri wajah Ara yang berseri-seri.

"Yup, gue baru aja tanda tangan kontrak. Minggu depan pemotretannya," jawab Ara dengan senyum lebar, tidak menyadari perubahan suasana hati Kaizen.

Tatapan Kaizen langsung beralih ke Marco. Sekretaris sekaligus temannya itu mengerti maksud dari tatapan tersebut dan hanya mengangguk, kemudian keluar dari ruangan itu.

"Why? You look mad, Kai," tanya Ara, senyumnya perlahan menghilang melihat ekspresi Kaizen yang berubah.

"Nope, turun," perintah Kaizen singkat.

"Lo lagi nggak mood ya, Kai?" tanya Ara, masih mencoba mencari tahu.

"Turun, Ara," ulang Kaizen dengan nada yang lebih tegas, matanya menatap Ara tajam.

Ara segera turun dari pangkuan Kaizen dan memaksa meminta jawaban. "Kenapa, Kai? Ada apa?" tanyanya dengan nada yang sedikit cemas.

Kaizen mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. Tak lama kemudian, supir pribadi Kaizen datang. "Ambil tas kamu, langsung pulang," perintah Kaizen tanpa menoleh.

"Kai, lo tau gue nggak suka diperintah," kata Ara dengan nada protes.

"Saya tau sejak awal," jawab Kaizen datar, wajahnya tanpa ekspresi.

"Terus ini apa?"

"Konsekuensi menjadi pacar saya ya gini, Ara," jawab Kaizen tegas.

Ara terdiam, merenungi kata-kata Kaizen. Semua yang terjadi seakan berlalu begitu cepat tanpa dia benar-benar memahaminya.

"Saya sudah pernah bilang sebelumnya," lanjut Kaizen sambil menatap Ara tajam.

Ara tak mampu berkata-kata lagi. "Terserah, gue cabut. Pusing ngobrol nggak jelas sama lo."

Kai memutar malas matanya, yakin Ara tak akan lama marah dengannya.

Setelah Ara keluar, Kaizen berdiri dari kursinya, berjalan menuju jendela besar di kantornya yang memperlihatkan pemandangan kota.

Beberapa menit kemudian, Marco kembali masuk ke ruangan. "Semua sudah diatur, Tuan," lapornya.

"Baik, terima kasih, Marco. Pastikan tidak ada kesalahan," jawab Kaizen.

Entangled | HOLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang