Beberapa jam berlalu, Ice yang sudah sedari tadi melayang-layang di dalam pesawat luar angkasanya itu mulai merasakan sakit dan mual pada dirinya setelah berulang kali mencoba memahami isi dari diari misterius yang ia temukan
Sudah berulang kali ia mengernyitkan dahinya sambil meremas-remas kepalanya, "Kenapa diari ini lebih sulit dipahami daripada materi astronomi" Dengus Ice yang mulai kesal karena belum menemukan titik terang
Sorot pandang Ice berpindah ke arah kalender yang tertempel di dinding pesawat luar angkasa tersebut, "Kurasa sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengemasi barang-barang yang penting" Ucapnya yang kemudian mendekat ke arah berkas-berkas dengan cara tangan yang satu persatu meraih dinding disekitarnya dan mengeluarkan gaya dorong untuk menggerakkan tubuhnya
Sesampainya Ice di loker tempatnya menaruh berkas-berkas, ia pun dengan teliti menyusun dan meletakkannya kedalam koper khusus yang telah disediakan di dalam pesawat luar angkasa tersebut
Ia juga turut membawa diari yang ia temukan karena Ice merasa kalau diari tersebut menyimpan sebuah rahasia yang cukup besar dan akan menghasilkan pengaruh yang besar jika ia dapat mengetahui maksud dari diari tersebut
.
..Jam kepulangan Ice ke bumi telah tiba, dengan pakaian lengkap Ice beranjak pergi ke dalam kapsul yang diletakkan di bagian paling depan di pesawat luar angkasa tersebut
Semua perangkat di dalam kapsul tersebut telah Ice aktifkan, setelah semua yang ia perlukan telah tercapai. Ice menekan tombol berwarna merah yang terbungkus oleh kaca pelindung disampingnya
Getaran pun mulai terasa sesaat setelah ia menekan tombol merah tersebut, tak lama sebuah suara sistem mulai menyala dan mengingatkan akan keamanan dan hitungan mundur pun terdengar setelah pengingat tersebut mencapai akhir kalimatnya
"In Three.. Two.. One.. Zero.."
Energi yang sangat besar pun dilepaskan, membuat kapsul yang cukup besar itu melaju dengan cepat ke arah bumi. Setelah cukup lama kapsul tersebut bergerak Ice merasakan sebuah goncangan hebat ia pun menduga jika kapsul sudah mulai memasuki lapisan atmosfer bumi, mengetahui hal tersebut Ice menghentikan pelepasan energi kapsul tersebut untuk mengurangi kecepatannya menembus atmosfer
Tak lama ia merasakan suhu kapsul tersebut mulai memanas yang membuatnya semakin yakin jika kapsul tersebut sedang menembus lapisan atmosfer, dengan cepat Ice menekan tombol pendingin yang disediakan untuk mencegah pemanasan material dan juga mesin di kapsul tersebut agar tidak terjadi hal yang tak diinginkan
Sesuai dengan prosedur yang telah ia pelajari, setelah suhu kapsul tersebut menurun Ice diharuskan menekan tombol parasut yang terletak tak jauh dari tombol pendingin yang sebelumnya ia tekan
Disaat itulah Ice mulai merasakan seperti ada yang janggal dengan kepulangannya ke bumi, karena ia tak merasakan gaya tolakan dari parasut yang telah ia keluarkan
Dengan pemikiran yang kacau Ice menerka jika tombol parasut yang ia tekan tidak berfungsi dengan baik, sehingga parasut yang seharusnya telah keluar sesaat yang lalu kini masih menetap di dalam bagian belakang kapsul
"Apakah ini akan menjadi.. hal terakhir ku?" Ucapnya dalam hati dengan cemas dan pikiran yang kalang kabut, Ice pun menutup matanya dengan erat seakan siap menerima apa yang akan ia alami walaupun dengan perasaan yang terpaksa untuk mengalami hal yang akan menimpanya
.
..Hening, kata tersebut menjadi alasan Ice membuka matanya dengan heran setelah beberapa saat ia tak kunjung merasakan adanya ledakan yang hebat dari kapsul yang ia naiki
Ia pun melihat ke sekeliling nya dengan pikiran yang sama sekali tidak dapat mencerna apa yang sebenarnya sedang ia alami di dalam kapsul tersebut, "Apa sebenernya aku telah.." Ice mencoba meraih bagian tubuhnya untuk menyakiti dirinya sendiri

KAMU SEDANG MEMBACA
Red Thread Destiny
Fiksi Penggemar"Heyyaa Icyy..!!" Kata-kata itu menjadi sebuah ucapan monoton yang kerap ku dengar dari mulut seseorang yang ku jumpai di tempat yang aku sendiri tidak tahu Disini sedikit cukup berbeda dari bumi yang diriku kenal, dan beberapa momentum ingatan yang...