Opening

709 50 6
                                    











MATURE CONTENT

[DRAMA, DARK ROMANCE, VIOLENCE]

Jangan lupa vote sama komennya.
Happy reading














Moscow—Russia🇷🇺

Helaan nafas panjang terdengar begitu pria bersurai hitam tersebut menyandarkan bahu kokohnya di kursi kulit kebesarannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Helaan nafas panjang terdengar begitu pria bersurai hitam tersebut menyandarkan bahu kokohnya di kursi kulit kebesarannya. Baru saja ia selesai menandatangi beberapa proposal yang harus mendapatkan persetujuannya. Hampir setengah jam pria itu terus fokus membaca proposal milik salah satu karyawannya di tim pemasaran.

Dia bisa saja abai, namun para karyawan adalah tanggung jawabnya. Perusahaan bisa saja terkena masalah jika mengabaikan satu hal saja.

"Ambillah cuti selama beberapa hari kedepan, Sir. Selama ini anda selalu bekerja seharian tanpa jeda. Setidaknya pergilah berlibur," suara berat itu berasal dari pria bersetelan formal berwarna hitam berdiri di samping boss-nya, memberikan saran.

Pria yang merupakan President of Soviech Group tersebut menoleh dan sedikit mendongak ke arah sekretarisnya. Lalu pandangannya kembali ke atas mejanya, yang berantakan telah sudah terisi proposal, beberapa map, Macbook serta barang penting lainnya.

"Carikan tempat liburan yang cocok untukku. Aku akan keluar sebentar."

Michael Oliver Soviech, pria tampan juga memiliki karisma yang tinggi, surai hitam segelap malam, tubuh kokoh tinggi, serta kencangnya otot pria itu semakin menambah kesan panas nan seksi selayaknya pria dewasa. Ia merupakan salah satu pria bergengsi dan terkenal dengan kekayaan serta kejeniusannya di negara Beruang Merah, Rusia.

Berjalan tegap pria itu menimbulkan suara hentakan ringan dari sepatu kulitnya berwarna coklat tua. Melewati ruangannya hingga kini sudah berada di lift. Meski hanya berdiam diri di tengah-tengah karyawannya, justru hal itu membuat beberapa wanita di dalam merasa gerah dan tak tahan untuk tidak melihat pesona pria matang itu. Tatapan teduh namun tajam, rahang kokoh nan tegas serta wangi khas maskulinnya dari parfum mahal. Semakin menambah kesan dirinya yang merupakan pria dewasa dan berkelas.

Begitu keluar dari lift, Michael melangkah cepat keluar dari gedung elit miliknya.

Segera ia memasuki mobil kebanggannya sendiri dan menyalakan mesin, tak lama setelah itu majulah mobil elit mahal itu keluar dari sana.

Siapa yang tak kenal dengan Soviech Family. Keluarga penghasil keturunan elit nan mahal di setiap keturunannya. Dengan Soviech Group Company yang sudah berdiri hampir 60 tahun lamanya. Alceric Gun Soviech, sang pendiri Soviech Group. Pria legendaris dengan sejuta kebaikan serta kedermawanannya di dunia bisnis, serta pendidikan. Soviech Group yang ia dirikan menampung banyak sekolah-sekolah, mengakusisi beberapa perusahaan, serta mendirikan dan juga menjadi penyumbang terbanyak di beberapa Universitas.

Dan kini, Soviech Group telah di pimpin oleh cucu pertamanya, Michael Oliver Soviech yang juga berjuang mati-matian serta penuh pengorbanan agar satu-satunya inti aset keluarganya tersebut tidak runtuh dan tetap berdiri. Dan kini, Soviech Group tak hanya menangkup perusahaan bisnis dan penddikan, Soviech Group juga sudah mendirikan beberapa hospital dan klinik yang tersebar di Rusia. Michael bahkan berhasil menyambung tali persahabatan dengan beberapa para elit serta konglo lainnya di beberapa negara. Membuat nama Soviech Group semakin di kenal dan di kagumi banyak pebisnis serta masyarakat.

Tak jarang wajah tampan nan tegasnya itu muncul di banyak siaran tv. Memberitakan segala macam pencapaian pria elit itu hingga banyak wanita-wanita juga kerap para lelakipun terkagum-kagum dan terpesona olehnya.

Meski memiliki riwayat kesempurnaan yang benar-benar sempurna di mata masyarakat, Michael juga tak akan jauh dari yang namanya kekurangan. Namun bukan Michael namanya jika tak pandai memakai topeng pria sempurna-nya di depan masyarakat dan menyembunyikan kebiasaan buruknya.

Dia seorang lelaki, memiliki insting layaknya lelaki dewasa pada umumnya. Hasrat dan nafsu. Setinggi apapun pendidikannya, pendiriannya serta keangkuhannya, dia tetaplah lelaki. Punya nafsu yang harus ia lepaskan di kala stress sedang melanda.

Melajukan Black Lexus-nya dengan kecepatan sedang, membelah ramainya kota Moscow di bawah langit biru yang merupakan mahakarya terindah Tuhan.

Pria itu kini menepikan mobil Lexus ES 250 tersebut di tepi jalan besar kota Moscow. Sembari ia keluarkan sebatang rokok di sakunya dan mengapit batang rokok itu di bibirnya. Ia turunkan kaca mobilnya sedikit guna membuang asap beracun itu dari mulutnya.

Usai mematikkan api di rokoknya, pria itu hisap rokoknya hingga semakin menampakkan rahang serta pipi tirus tegasnya. Lalu menghembuskan asap beracun itu melalui mulut dan hidungnya tanpa melepaskan rokok itu dari bibirnya.

Tring....tring...

Segera pria itu mengangkat ponselnya dan mendekatkan benda pipih itu di telinganya.

"Katakan," ucap Michael pada penelpon di sebrang sana sembari menghisap kembali rokoknya.

"Aku baru dapat informasi mengenai tempat yang akan kau sukai, Sir," ucap Harry, sekretaris pria itu.

"benarkah? Katakan."

"Rumah Bordil Hashi yang terletak di Tokyo. Satu-satunya Rumah Pelacuran yang hanya di kunjungi para pria kaya. Bagaimana menurut anda, Sir."

Jari telunjuk pria itu mengetuk-ngetuk di kemudi mobilnya, berfikir sejenak. Lalu seringai pelan nan berat dapat Harry dengar dari boss-nya tersebut.

"Ahh. Aku tahu itu. Siapkan penerbangan ke Jepang. Aku akan mengunjungi Rumah bordil itu."

"Alright, Sir."

Telpon tertutup, dan Michael kembali menghisap dan menghembuskan rokoknya, lalu membuang asap kepulannya ke luar jendela. Kemudian Michael mematikan rokoknya dengan jari telunjuk dan ibu jarinya lalu melempar putung rokok yang masih tersisa setengah itu keluar jendela.

Tatapan teduhnya kian menajam dan dingin. Menatap lurus pada ramainya jalanan besar di kota ini. Entah apa yang pria itu pikirkan, namun aura karismatiknya semakin memancar dari netra blue eyes-nya. Yang membuat siapapun yang memandang bisa saja terpesona dan bisa juga terintimidasi.

"Jepang ya..." gumam pria itu, rendah nan serak. Menantikan dirinya tiba di negara sakura yang terkenal dan banyak dijadikan tempat liburan ternyaman untuk menghilangkan stress dari pekerjaan.

"Tak apa. Membuang sperma di sana jauh lebih baik daripada memungut pelacur jalanan," tambahnya.

***








Kalau ada typo kasi tau yah😊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau ada typo kasi tau yah😊

Thank You for votmen

THE HASHI BROTHELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang