HAPPY READING
Ketiga gadis itu kini sudah berada di rumah Barsha. Alice langsung membawanya ke kamar sedangkan Irin menemui Bi Lin untuk meminta obat.
"Astagaa, non.. Kenapa kok bisa sampe kaya gini?" Tanya Bi Lin panik. Ia mengikuti Alice sebab gadis itu meminta kotak P3K serta air hangat. Jadi dia ingin tahu apa yang tengah terjadi.
"Gapapa, Bi. Acha tadi cuma jatuh, trus kepentok meja" bohong Barha.
"Bohong kan? Non Acha itu udah Bibi rawat dari orok. Ingat, kamu itu ga pinter bohong. Sekrang sok, cerita sebenarnya ada apa?" Ucap Bi Lin.
Irin kini sibuk mengobati luka di wajah Barsha. Sementara Alice meminta persetujuan Barsha untuk menceritakan kejadiannya. Barsha mengangguk lemah.
"Tapi Bibi janji yah, jangan cerita ke siapa-siapa dulu" pintar Barsha.
"Iya janji"jawabnya
"Beneran janji kan?" Tanya Barsha ragu.
"Iyaa" ucapnya meyakinkan gadis itu.
Akhirnya Alice pun menceritakan semua yang terjadi dari awal. Bi Lin yang mendengar itu benar-benar syok lalu langsung memeluk anak majikannya itu.
"Tapi Non bener ga diapa-apain kan? Bener kan? Ga di anuin kan? Apa itu lho anu" ujarnya.
Barsha tersenyum lemah "iya, Bi. Ngga kok. Cuma ditampar aja"
"Enteng banget lo bilang cuma. Ga liat itu pipi lo memar ampe berdarah gitu?" Ucap Alice emosi.
"Ah udah, ngapain jadi marah-marah sih. Biarin Acha istirahat dulu" tutur Irin.
"Bibi setuju. Non Acha istirahat, abis ini Bibi bikinin makanan kesukaan Non Acha" ucap Bi Lin tersenyum lalu pamit kembali ke dapur.
Meski begitu, dia tetap saja merasa sakit melihat gadis yang sudah dirawat nya dari kecil itu terluka. Tapi dia sudah terlanjur berjanji untuk tidak menceritakan hal ini pada siapapun.
Barsha melihat kedua sahabatnya itu dengan lemah.
"Peluuukk" pintanya manja sambil merentangkan tangan.
Kedua gadis itupun berhamburan ke pelukan Barsha.
"Lo beneran ga diapa-apain kan?" Tanya Alice lagi.
"Iyaaa" jawabnya.
"Sampe kebukti dia lecehin lo, gue bikin mati itu orang"ucap Alice.
"Ihh ngerinya"ucap Barsha pura-pura takut.
"Bisa-bisanya lo masih bercanda, Cha?" Ucap Irin yak percaya.
"Kita kasi tau orangtua lo yah? Gimanapun mereka harus tau yang terjadi sama lo" bujuk Irin, Barsha menggeleng.
"Minimal abang sama kakak lo deh. Ato Farran. Gimanapun nanti pasti bakal ketauan, cha. Apalagi liat luka di bibir lo. Itu si cowok brengsek juga mesti dapat ganjarannya. Enak aja anjir, gue yang temenan lama sama lo aja masih mikir untuk nyentil pala lo. Eh giliran itu si jerapah dengan gampangnya nampar lo. Untung temen gue ini masih cantik" ujar Alice panjang lebar.
Tentu dia kesal. Sangat kesal. Mengetahui bahwa teman baiknya hampir saja dilecehkan oleh orang yang tak dikenal. Lalu mendapatkan kekerasan. Ditambah lagi dirinya yang tidak mengijinkan mereka memberitahu tahu keluarga nya.
"Cocot lo kalo udah kesal ga bisa berenti. Udah biarin Tuan Putri kita ini istirahat dulu. Nanti kalo udah mendingan baru lo boleh ngomel-ngomel lagi"protes Irin.
Barsha tersenyum mendengar perdebatan kecil kedua sahabat nya ini.
"Makasih ya, udah ada buat gue. Nanti bakal cerita semua kok. Gue cuma ga mau kejadian ini sampe ke Farren dulu. Biar dia fokus untuk pertandingan kali ini. Setelah itu gue bakal cerita semua kok. Gue cuma ga mau bikin orang-orang khawatir. Gue baik-baik aja sekarang" tuturnya sambil mengeratkan pelukannya.
"Keluarga gue lagi perjalanan bisnis semua. Apalagi kakak, dia sekarang lagi ribet banget sama kerjaan nya. Kalo denger kabar ini bisa-bisa dia malah ninggalin kerjaannya untuk kesini" lanjutnya.
"Udah ah, gue mau tidur. Kalian hari ini nginep yah. Kan besok libur. Yah yah yah?" Bujuknya.
"Ga usah sok imut gitu. Geli gue" ucap Alice.
"Iya kita nginep" ujar Irin.
"Yeayy. Terimakasih monyet, kalian lah sahabat terbaikku" ucap Barsha yang dibalas sentilan di dahinya.
"Awhh, sakitt"
***
"Urusan lo sama gue belum selesai ya bangsat. Lo liat aja setelah ini apa yang bakal terjadi sama lo" ancam Gael pada Samuel.
Jika saja tidak ada Gani, mungkin bisa dipastikan Farren tidak akan bertemu Samuel di pertandingan. Alias laki-laki itu pasti sedang terbaring di rumah sakit.
Gani menarik Gael menjauh dari sana. Lalu menuju lapangan kembali.
"Rapiin baju lo. Keliatan banget abis berantem" titahnya dipatuhi Gael.
Sesampainya mereka di lapangan, keduanya berusaha tampak biasa saja. Berusaha menyembunyikan hal yang beru saja terjadi. Sebab mereka diminta Barsha untuk tidak bercerita pada yang lain terutama Farren.
***
Tak terasa hari cepat berlalu. Kini Farren tengah mempersiapkan diri untuk pertandingan terakhir, final. Yah, Farren berhasil menaklukkan lawannya sebelumnya. Hingga sampailah dia di posisi sekarang.
Game terakhir, percaya atau tidak kali ini ia sedang bertanding melawan Samuel. Benar, Samuel si lelaki brengsek itu.
Farren terlihat santai di permainan sebelumnya. Ia seperti sengaja kalah dipermainan pertama. Tapi, permainan kedua ia menang walaupun mesti kejar-kejaran poin. Dan sekarang, Farren seperti orang kesetanan.
Ia bermain dengan sangat tidak santai. Pukulannya yang keras, membuat Samuel kewalahan.
In!
15 poin untuk Farren. Kini ia harus mendapatkan poin terakhir agar bisa memenangkan kejuaraan ini.
Farren melakukan servis. Pukulan yang cukup keras, tapi masih bisa ditangkis Samuel. 3 menit mereka saling menyerang. Namun menit berikutnya..
Bruk
Bola yang dari pukuluan keras Farren mengenai tepat di mata kanan Samuel. Puas, sangat puas. Ia tidak peduli setelah ini ia akan didiskualifikasi atau tidak. Lagian ini pertandingan terakhir. Dia tidak peduli lagi tentang menang atau kalah. Dia senang karena dendam nya tersalurkan. Dendam pada orang yang sudah berani mengusik sahabat kecilnya. Barsha.
***
TBCSEE YOU DI CHAPTER BERIKUTNYA 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Tulip Untuk Barsha [HIATUS]
Teen FictionSesekali kau harus benar" Menikmati kopimu. Menghirup aromanya, menyesapnya perlahan, dan merasakan cairannya mengenai lidahmu. Hingga kau akan mengerti mengapa ia diciptakan dg rasa pahit. Tulip itu mulai layu. Aku yang salah sebab tidak melirikn...