16. Khawatir

18 3 0
                                    


HAPPY READING

AUTHOR POV

Barsha tak sadarkan diri di dekapan Irin. Irin awalnya diam saja, sebab ia mengira bahwa temannya itu tertidur akibat kelelahan menangis.

Namun, saat guru masuk beberapa saat kemudian, Irin mencoba untuk membangunkannya. Tapi nihil, Badan Barsha lemas seperti jelly. Akhirnya ia digotong ke UKS oleh beberapa siswi lainnya. Kenapa tidak siswa lelaki? Sebab Irin tidak mengijinkannya. Entahlah, sahabat Barsha yang satu ini benar-benar protektif dan posesif sesekali.

Bel istirahat kedua berbunyi, semuanya pergi menuju kantin. Namun tidak dengan teman-teman Barsha.

Alice tiba terlebih dahulu di UKS.

Brak

Pintu UKS terbuka dengan kasar. Irin dan anggota PMR yang piket di hari itu terperanjat kaget.

"Acha gue kenapa, woi?" tanyanya khawatir.

"Eh lo bisa santai aja ga sih? Orang dimana-mana masuk tuh permisi dulu. Main gebrak-gebrak aja, lo. Temen lo nih, lagi tidur"omel Irin.

"Sorry, bangke. Panik gue denger manusia satu ini pingsan" ucapnya mendekati brangkar Barsha. Alice meraih tangan kanan Barsha lalu mengusapnya pelan.

Tak lama, Farran, Farren dan yang lain masuk dengan wajah yang sama khawatirnya.

Irin yang notabenenya sekelas dengan Barsha pun dicecar banyak pertanyaan.

"Bangke lo pada. Bisa satu-satu ga sih nanyanya? Kecilin itu suara lo semua. Temen gue lagi sakit astaga" ucapnya semakin kesal. Irin paham semuanya khawatir, tapi jangan bikin dia pusing, please?.

Akhirnya Irin pun menceritakan kejadian di kelas tadi. Saat dimana Ia mendengar Barsha menggigau sebab tertidur di dalam kelas.

Irin sudah mencoba membangunkan Barsha dari awal gadis itu menggumam tidak jelas. Hingga akhirnya ia terbangun dalam keadaan berkeringat lalu menangis.

Sebelum mereka datang, Barsha sudah bangun dan sempat menceritakan tentang mimpi buruknya yang bertemu dengan Samuel. Lalu Irin menyuruh gadis itu untuk beristirahat.

Mereka merasa geram dan semakin khawatir. Pasalnya, gadis itu juga bercerita bahwa ia bermimpi hal yang sama beberapa hari terakhir. Adakalanya Barsha memilih untuk tidak tidur seharian sebab takut jika ia menutup matanya, bayangan mimpi itu kembali mengusiknya. Bisa dikatakan Barsha masih trauma dengan kejadian itu.

"Badannya panas. Mungkin karna hampir tiap hari dia nyoba untuk ga tidur" tutur Irin.

"Kita bawa pulang aja kali ya?" Usul Gael yang diangguki semuanya. Sebab jika dibawa ke klinik atau rumah sakit, gadis itu akan mengomel ketika bangun.

Mereka akhirnya mengantar Barsha pulang dengan menggunakan mobil Farran. Farren membopong tubuh Barsha menuju parkiran. Inginnya membangunkan gadis itu, tapi sepertinya tidurnya terlalu nyenyak. Jadi biarlah ia beristirahat sejenak.

Kenapa Irin tidak melarang Farren? Sebut saja karena teman-teman yang lelaki itu semua sudah dapat restu Irin. Sebab Irin percaya bahwa mereka akan melindungi sahabat nya itu.

Tulip Untuk Barsha [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang