Seorang gadis cantik dengan sweater rajut bercorak pink white dan celana jeans putih yang melekat di tubuh rampingnya terlihat keluar dari salah satu kamar kos sambil mengapit sebuah helm putih di dadanya.
Tak lupa gadis cantik bernama lengkap Camelia Anjani itu juga memakai sebuah ransel putih dipunggungnya yang berisikan laptop, proposal serta berkas-berkas penting lainnya yang menyangkut tugas akhirnya sebagai seorang mahasiswi semester akhir dari fakultas psikologi.
Saat ini Camelia hendak pergi ke perpustakaan kota guna menyelesaikan skripsinya bersama para teman seperjuangannya di kampus.
Drrtt!
Sebuah getaran kecil berulang-ulang yang berasal dari saku celananya membuat Camelia segera merogoh dan mengambil sebuah ponsel lipat bermerk s*ms*ng yang ada disana.
"Hallo, Kay?"
"Hallo, Ya? Lo dimana sih? Gue sama yang lain udah dari pagi ngumpul di perpustakaan kota nih." Omel gadis dari seberang teleponnya. Gadis itu adalah Kayla, salah seorang teman dekat Camelia selama berkuliah.
Camelia meringis pelan mendengar ucapan Kayla yang Camelia yakini gadis itu atau bahkan teman-temannya yang lain juga sudah sangat kesal kepadanya karena dia belum juga hadir ditempat janjian mereka dan mangkir selama 2 jam.
"Sorry, tadi gue ketiduran lagi, jadi agak telat datengnya. Tapi sekarang gue udah siap-siap mau berangkat kok." Balas Camelia yang mendapat jawaban berupa helaan napas berat dari Kayla dari sambung telepon mereka.
"Ck, kebiasaan banget deh lo, Ya. Yaudah deh kita tungguin. Awas aja lo ngaret lagi!" Ucap Kayla yang membuat Camelia terkekeh pelan.
"Iya iya gue gak bakalan ngaret lagi. Bye~" Camelia segera mematikan sambungan telepon mereka dan memasukan ponsel lipat itu kedalam saku celananya.
Lantas gadis itu segera melangkah kearah parkiran motor kosnya setelah memastikan pintu kamar telah terkunci dengan baik.
"Eh, Dek Lia. Mau ngampus yah? Skripsian lagi?" Tanya seorang pria paruh baya yang merupakan Bapak kos dari kos-kosan yang Camelia tempati. Pria itu terlihat sedang menyiram burung peliharaannya yang ada di dalam sangkar yang bertengger diteras rumahnya.
"Eh, Pak Heru. Nggak Pak, Lia mau ke perpustakaan kota aja. Bosen skripsian di kampus mulu, jadi Lia dan temen-temen nyari suasana baru di perpustakaan kota." Balas Lia sambil memakai helm dan duduk di atas jok motor yamaha fino miliknya.
"Oh gitu..." Pak Heru mengangguk paham sambil meletakan selang kecil yang ia gunakan untuk memandikan burung peliharaannya.
"Dek Lia udah makan belum? Kalo belum, biar Bapak bilangin ke Ibu buat siapin bekel untuk Dek Lia. Kebetulan Ibu hari ini lagi masak banyak makanan tuh didalem. Tadi juga udah dibagiin ke beberapa anak-anak kosan." Tawar Pak Heru dengan senyuman ramah.
Camelia tersenyum canggung. Gadis itu merasa sungkan untuk mengiyakan. Namun jujur saja Camelia memang belum sempat sarapan, apalagi sekarang hampir memasuki waktu makan siang dan perutnya sedikit bergemuruh saat mendengar tawaran Pak Heru.
"Gak usah Pak. Camelia bisa makan diluar aja bareng temen-temen. Tapi terimakasih untuk tawarannya yah Pak." Balas Camelia menolak tawaran Pak Heru dengan sopan. Ia benar-benar merasa sungkan jika harus menerima kebaikan dari Bapak dan Ibu kosannya lagi. Sebab, bisa dikatakan hampir setiap hari Camelia telah menerima kebaikan dari orang-orang baik itu.
"Beneran Dek? Gak usah sungkan sama Bapak dan Ibu. Kalo Dek Lia mau, sekarang Bapak ke dalem buat ambilin bekel untuk Dek Lia." Tawar Pak Heru lagi setelah dapat membaca gelagat gadis dihadapannya itu yang jelas terlihat sungkan padanya.
Camelia menggeleng pelan, "Gak pa-pa, Pak. Gak usah repot-repot. Lagian Lia juga buru-buru nih soalnya udah ditungguin temen-temen Lia." Tolaknya sekali lagi.
"Oalah, yasudah." Balas Pak Heru.
"Yaudah kalo gitu Lia pamit berangkat ya, Pak." Pamit Camelia sebelum berjalan mendekati motornya diparkiran yang berukuran minimalis itu dan mengeluarkannya dari jajaran motor lainnya.
"Hati-hati dijalan ya Dek. Berdoa dulu sebelum berangkat biar selamat sampai tujuan." Ucap Pak Heru mengingatkan Camelia yang segera diangguki oleh gadis itu.
"Iya Pak." Camelia segera berdoa sejenak menuruti ucapan Pak Heru. Setelahnya Camelia kembali menatap Pak Heru dan tersenyum kepadanya untuk berpamitan.
Pak Heru membalas salam Camelia, lalu menatap kepergian gadis itu yang menghilang dibalik gerbang utama kos-kosan miliknya.
***
Camelia mengemudikan motor kesayangannya dengan kecepatan diatas rata-rata untuk membelah jalanan yang terlihat cukup ramai oleh kendaraan lain mengingat saat itu telah memasuki waktu makan siang.
Karena jarak dari kosannya dan perpustakaan kota yang terbilang cukup jauh, apalagi teman-temannya telah menunggunya cukup lama disana, Camelia tak punya pilihan lain selain membawa motornya secara ugal-ugalan demi secepat mungkin sampai di perpustakaan kota.
Tiinn!
Suara klakson mobil terdengar ketika dengan tak sabarannya Camelia menyalip dua buah mobil yang ada dihadapannya. Dan dengan tak berdosanya gadis itu hanya menyengir lebar saat mendengar umpatan dari para pengendara mobil itu.
Jujur saja saat ini Camelia merasa cukup ketar ketir membawa motornya dengan kecepatan diatas rata-rata. Dia bukan pembalap profesional ataupun seseorang yang suka membawa kendaraan secara ugal-ugalan ketika berpergian. Camelia sebenarnya tipe orang yang selalu mencari aman demi keselamatan dirinya sendiri. Namun mau bagaimana lagi, Camelia tak mau membuat teman-temannya menunggunya lebih lama lagi di perpustakaan kota dan membuat mereka semua marah padanya. Jadi untuk kali ini saja Camelia membawa motor kesayangannya dengan kecepatan diatas rata-rata demi sampai ke tempat tujuannya secepat mungkin. Dan semoga saja Camelia tak mengalami hal buruk karena kenekatannya itu.
Sisa satu belokan lagi didepan sana dan Camelia bisa menemukan keberadaan perpustakaan kota yang ia tuju.
Namun hal yang tak terduga terjadi ketika Camelia mencoba membelokkan motornya kearah kiri. Camelia yang ceroboh tak melihat keberadaan sebuah batu sebesar dua genggaman telapak tangan orang dewasa yang tergeletakkan di jalan dan membuat motor gadis itu oleng dengan gerakan tak beraturan dan membuat Camelia secara refleks menarik hand grip motornya karena rasa terkejut sehingga gerakan motor itu membawanya pada malapetaka.
Braakk!
Bunyi debuman keras terdengar disekitaran jalanan itu ketika motor Camelia akhirnya terjatuh dan membawa tubuh Camelia terseret cukup jauh diatas jalan yang kasar.
Para warga yang berada disekitaran tempat itu berlari tergopoh-gopoh mendekati tubuh Camelia yang telah tergeletak tak berdaya dengan kepala yang telah bercucuran darah segar akibat helmnya yang terlepas ketika ia terjatuh dan kepala gadis itu yang menghantam batu besar saat ia terseret bersama motornya.
"Ya ampun anak gadis orang! Neng sadar neng!" Ucap seorang wanita yang kemudian disahuti oleh beberapa warga lainnya yang mencoba menyadarkan Camelia.
Camelia hanya bisa mendengar samar-samar suara-suara itu dan suara sebuah peluitan dari seorang satpam yang mencoba menertibkan jalanan agar tetap kondusif setelah laka lantas yang Camelia alami.
"S-sakit.... To-long.." Gumam Camelia menahan sakit saat suara dengingan terdengar pada kedua telingannya yang mengeluarkan darah segar. Dengan lemah tangan gadis itu menarik pelan daster seorang wanita yang bersimpuh disebelahnya.
"Iya Neng, sabar yah. Bakal Ibu tolongin. Tolong cepat panggilkan ambulance!"
Teriakan Ibu itu menjadi suara terakhir yang masuk ke indera pendengaran Camelia sebelum pandangannya mulai menggelap dan dengingan kuat yang terdengar semakin memenuhi rongga telinganya sehingga membuat kepala Camelia seolah ingin pecah saat itu juga.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
CAMELIA [END]
Teen Fiction[REVISI] Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka, gadis cantik dengan hati lembut itu harus berakhir tragis dalam sebuah insiden kecelakaan...