Prolog

158K 4.6K 31
                                    

Seorang gadis cantik dengan sweater rajut bercorak pink white dan celana jeans putih yang melekat di tubuh rampingnya terlihat keluar dari salah satu kamar kos sambil mengapit sebuah helm putih di dadanya.

Tak lupa gadis cantik bernama lengkap Camelia Anjani itu juga memakai sebuah ransel putih dipunggungnya yang berisikan laptop, proposal serta berkas-berkas penting lainnya yang menyangkut tugas akhirnya sebagai seorang mahasiswi semester akhir dari fakultas psikologi.

Saat ini Camelia hendak pergi ke perpustakaan kota guna menyelesaikan skripsinya bersama para teman seperjuangannya di kampus.

Drrtt!

Sebuah getaran kecil berulang-ulang yang berasal dari saku celananya membuat Camelia segera merogoh dan mengambil sebuah ponsel lipat bermerk s*ms*ng yang ada disana.

"Hallo, Kay?"

"Hallo, Ya? Lo dimana? Gue sama yang lain udah dari tadi pagi ngumpul di perpustakaan kota nih."

Camelia meringis pelan mendengar ucapan temannya di sebrang sana.

"Sorry, tadi gue ketiduran lagi, jadi agak telat datengnya. Tapi sekarang gue udah siap-siap mau berangkat kok." Balas Camelia yang mendapat jawaban berupa helaan napas berat dari Kayla.

"Ck, kebiasaan banget deh lo, Ya. Yaudah deh kita tungguin. Awas aja lo ngaret lagi!" Ucap Kayla yang membuat Camelia terkekeh kecil.

"Iya iya gue gak bakalan ngaret lagi. Bye~" Camelia lalu mematikan sambungan teleponnya dan kembali memasukan ponsel lipat miliknya ke dalam saku celana.

Lalu gadis itu mulai melangkah kearah parkiran motor kos setelah memastikan pintu kamar kosnya telah terkunci dengan baik.

"Eh dek Lia. Mau ngampus?" Tanya seorang pria paruh baya yang merupakan Bapak kos dari kos-kosan yang Camelia tempati. Pria itu terlihat sedang menyiram burung peliharaannya yang ada di dalam kandang.

"Eh Pak Heru. Nggak Pak, Lia mau ke perpustakaan kota aja. Bosen skripsian di kampus mulu, jadi Lia dan temen-temen nyari suasana baru di perpustakaan kota." Balas Lia sambil memakai helm dan duduk di atas jok motor yamaha fino miliknya.

"Oalah, dek Lia udah makan belum? Kalo belum biar Bapak bilangin ke Ibu untuk siapin bekel buat dek Lia. Kebetulan Ibu hari ini lagi masak banyak makanan tuh. Tadi juga udah dibagiin ke beberapa anak-anak kosan." Tawar Pak Heru dengan ramah.

Camelia tersenyum canggung. Gadis itu merasa sungkan untuk mengiyakan. Namun jujur saja Camelia memang belum sempat sarapan, apalagi sekarang hampir memasuki waktu makan siang dan perutnya sedikit bergemuruh saat mendengar tawaran Pak Heru.

"Gak usah Pak. Camelia bisa makan diluar aja bareng temen-temen. Tapi terimakasih untuk tawarannya ya Pak." Balas Camelia menolak tawaran Pak Heru dengan sopan. Ia  benar-benar merasa sungkan jika harus menerima kebaikan dari Bapak dan Ibu kosannya lagi. Sebab, bisa dikatakan hampir setiap hari Camelia telah menerima kebaikan dari orang-orang baik itu.

"Beneran dek? Gak usah sungkan sama Bapak dan Ibu. Kalo dek Lia mau, sekarang Bapak ke dalem buat ambilin bekel untuk dek Lia." Tawar Pak Heru lagi setelah dapat membaca gelagat Camelia yang merasa sungkan padanya.

Camelia menggeleng pelan, "Gak pa-pa, Pak. Gak usah repot-repot. Lagian Lia juga buru-buru nih soalnya udah ditungguin temen-temen Lia."

"Oalah, yaudah. "

"Lia pamit ya, Pak." Pamit Camelia sambil mencoba mengeluarkan motornya dari parkiran motor yang sempit.

"Iya, hati-hati dijalan ya dek."

"Iya Pak." Camelia segera berlalu setelah memberikan salam.

Pak Heru membalas salam Camelia dan menatap kepergian Camelia dengan motor kesayangan gadis itu.

***

Camelia mengemudikan motor kesayangannya dengan kecepatan diatas rata-rata untuk membelah jalanan yang terlihat cukup ramai oleh kendaraan lain mengingat saat itu telah memasuki waktu makan siang.

Karena jarak dari kosannya dan perpustakaan kota yang terbilang cukup jauh, apalagi teman-temannya telah menunggunya cukup lama disana, Camelia tak punya pilihan lain selain membawa motornya secara ugal-ugalan demi sampai secepat mungkin di perpustakaan kota.

Tiinn!

Suara klakson mobil terdengar ketika dengan tak sabarannya Camelia menyalip dua buah mobil yang ada dihadapannya. Dan dengan tak berdosanya gadis itu hanya menyengir lebar saat mendengar umpatan dari para pengendara mobil itu.

Jujur saja saat ini Camelia merasa cukup ketar ketir membawa motornya dengan kecepatan diatas rata-rata. Namun mau bagaimana lagi, Camelia tak mau membuat teman-temannya menunggunya lebih lama lagi di perpustakaan kota dan membuat mereka semua marah padanya.

Sisa satu belokan lagi didepan sana dan Camelia bisa menemukan keberadaan perpustakaan kota yang ia tujui.

Namun hal yang tak terduga terjadi ketika Camelia mencoba membelokkan motornya kearah kiri. Camelia secara ceroboh tak melihat sebuah batu sebesar genggaman orang dewasa yang tergeletakkan di ujung jalan dan membuat motor gadis itu oleng dengan gerakan tak beraturan dan dengan kecepatan tinggi.

Braakk!

Bunyi debuman keras terdengar disekitaran jalanan itu ketika motor Camelia akhirnya terjatuh dan membawa tubuh Camelia terseret cukup jauh.

Para warga yang berada disekitaran tempat itu berlari tergopoh-gopoh mendekati tubuh Camelia yang telah tergeletak tak berdaya dengan kepala yang telah bercucuran darah segar akibat helmnya yang terlepas ketika ia terjatuh dan kepala gadis itu yang menghantam batu besar saat ia terseret bersama motornya.

"Astagfirullah! Neng sadar neng!" Ucap seorang warga yang kemudian disahuti oleh beberapa warga lainnya yang mencoba menyadarkan Camelia.

Camelia hanya bisa mendengar samar-samar suara-suara itu dan suara sebuah peluitan dari seorang satpam yang mencoba menertibkan jalanan agar tetap kondusif ditengah-tengah rasa sakitnya dan dengingan keras di telinganya.

"S—sakit.... To—long.." Gumam Camelia dengan suara lirih dan genggaman lemah pada daster seorang Ibu yang bersimpuh disebelah tubuhnya.

"Iya neng iya, Ibu tolongin. Tolong cepat panggilkan ambulance!"

Teriakan Ibu itu menjadi suara terakhir yang masuk ke indera pendengaran Camelia sebelum pandangannya mulai menggelap dan dengingan kuat semakin terdengar memenuhi rongga kepalanya hingga rasanya kepala Camelia ingin pecah saat itu juga.

*****

CAMELIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang