Helaan napas panjang terdengar dari belah bibir mungil Camelia ketika mobil Ayahnya berhenti tepat di depan SMA BIMA JAYA.
Camelia mengigit bibir bawahnya dengan raut wajah gelisah saat menatap bangunan sekolah dihadapannya karena teringat akan kenangannya selama bersekolah di SMA tersebut sebelum ia mengalami transmigrasi pertama.
Bullying dan suka melakukan tindak kekerasan fisik bagi siswa dan siswi yang tidak ia sukai semasa hidupnya dulu sudah bagaikan makanan sehari-hari bagi Camelia. Dan itu adalah penyakit mengerikan yang tertanam di dalam diri Camelia.
Camelia menelan ludahnya dengan susah payah sambil bersender di sandaran kursi penumpang mobil Ayahnya.
Bukankah saat ini ia telah memasuki tahap akhir dalam menempuh pendidikan di SMA BIMA JAYA? Dan itu tandanya ia telah berada di tahap paling mengerikan dalam sejarah bullying Camelia yang nantinya akan menjadi boomerang bagi dirinya sendiri.
"....Lia?"
"Camelia?"
Suara Ayahnya membuat Camelia tersentak pelan dan menoleh dengan wajah terkejut.
"Kamu gak mau turun?" Bagas mengerutkan keningnya kebingungan saat melihat raut wajah aneh Camelia.
"E-eh... Eum i-ini Lia mau turun kok, Pa." Balas Camelia dengan tatapan gugup. Gadis itu lantas melepaskan seatbelt yang melingkari tubuhnya dan mengambil ranselnya yang ada dikursi penumpang belakang.
"Camelia sekolah dulu yah, Pa." Pamit Camelia setelah memakai ranselnya dan mencium punggung tangan sang Ayah.
"Hm. Belajar yang bener. Jangan nakal-nakal lagi disekolah. Jangan buat wali kelas dan kepala sekolah kamu kelimpungan karena kenakalan kamu, ngerti?" Ucap Bagas sambil menyentil ujung hidung Camelia.
Camelia meringis pelan. Walaupun ucapan Ayahnya itu hanya candaan belaka, namun bagi Camelia itu sudah seperti sindiran untuknya. Bayangkan saja, pada kehidupan pertamanya kedua orang tua Camelia hampir setiap bulan akan mendapat surat panggilan dari pihak sekolah karena kenakalannya. Ya, kenakalannya yang suka membullying teman-teman sekolahnya dan ketahuan oleh pihak sekolah.
Dan itu pun jika ketahuan oleh pihak sekolah. Berbeda halnya jika pihak sekolah tahu bagaimana kelakuan Camelia yang dulu dalam kesehariannya disekolah. Mungkin saja mereka akan membuat surat panggilan untuk kedua orang tuanya setiap hari, karena Camelia dan teman-temannya memang suka membuat kegaduhan dan pembullyan setiap hari.
Camelia memang seproblematik itu. Namun ia juga merupakan seorang anak yang sangat beruntung karena memiliki kedua orang tua angkat seperti Dahlia dan Bagas yang akan selalu menjadi benteng pertahanan Camelia setiap kali Camelia melakukan kesalahan sehingga Camelia tak akan mendapatkan hukuman berat dari pihak sekolah karena mereka semua yang takut kepada Ayahnya yang merupakan salah satu donatur terbesar di SMA BIMA JAYA.
Tapi sekarang Camelia justru menyayangkan hal tersebut. Sebab kasih sayang yang berlebihan dari kedua orang tua angkatnya itu justru membuat Camelia yang dulu semakin suka semena-mena pada orang-orang yang lemah dan membuat banyak orang tersakiti hingga membencinya. Termasuk ketiga saudara angkatnya. Mereka sangat membenci Camelia yang mendapatkan perhatian lebih dari Bagas dan Dahlia padahal ia hanyalah seorang anak angkat dalam keluarga mereka. Apalagi Camelia yang suka mencari masalah kepada ketiga saudara angkatnya, terutama kepada Kakak angkatnya yang bernama Regas. Pria muda itu menganggap Camelia sebagai musuh terbesar didalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAMELIA [END]
Teen Fiction[REVISI] Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka, gadis cantik dengan hati lembut itu harus berakhir tragis dalam sebuah insiden kecelakaan...