special chapter

865 76 32
                                    


[ what if, Jepi Arba 20's.. ]

        Katanya, Jepi itu punyanya Arba. Keluar dari bibir anak kecil yang masih sekecil mengkudu itu.

Rasanya emang baru aja ngerayain ulang tahun Jepi yang ke empat, waktu Papi Ayis masih gemes gemesnya sama Jepi yang anteng kalau udah pegang jajan di kedua remasan tangannya.

Rasanya Papa Jun baru kemarin sibuk narik Ren yang gak bisa deket Jepi dikit bawaannya pengen caplok, cubit pipi yang hampir jatuh itu.

Gak heran pas masih kecil, pipi Jepi langganan merah merah karena jadi favorit warga semua kalangan.

Juga Ayah Epin yang rasanya baru kemarin sibuk nenangin Diaksa kecil, karena cemburu sama setiap orang yang dekat dekat Jean.

Satu kalimat yang masih terkenang di ingatan setiap orang saat itu, Arba kecil yang berteriak dalam isakannya “JEPI PUNA ABA!!!”

Mungkin Jepi emang selucu itu sampai si bocah Diaksa nekat meng-hak milikkan.

Sampai hari dimana tunggal Pahlevi itu berulang tahun. Menginjak angka 20, yang kini menjabat tangan Ren yang senantiasa menyodorkan kado ulang tahunnya, meski harus menerima balasan tatapan tajam dari pemuda lain yang berdiri bak malaikat pencabut nyawa disamping Jepi.

        “lepas udah tangannya jangan kelamaan”

Ren terkekeh, “dapet bulldog dari mana, Pi?”

Yang ditanya hanya tertawa kecil, dan mengucapkan terima kasih sudah datang. Sementara Arba yang sibuk memerangi siapapun yang menganggu Jepi.

         “sialan lu!”

Dadanya di tepuk, “Aba jangan marahin tamu Jepi!”

         “abis dia megang tangan kamunya lama”

         “kan saliman doang!”

         “nggak, itu namanya modus”

         “saliman, Aba!”

         “modus!”

Astaga naga.

       Arba itu menyebalkan, kalau bicara soal bagaimana posesifnya dia. Ngalahin yang punya anak, alias Dada Apis yang juga gak kalah posesifnya. Tapi bapak satu anak itu tau kalau Arba bisa dipercaya untuk menjaga sang anak. Jadi selama itu Arba, Travis gak pernah khawatir.

Acara inti ulang tahunnya dimulai pukul 8 malam, semacam tiup lilin, potong kue, games, dan lainnya.

Para orang tua menyerahkan kemeriahan acara pada anak anak, sedang mereka sibuk berbincang di satu ruangan yang normalnya adalah mini bioskop milik keluarga Pahlevi.

Paris yang paling tidak setuju dengan fakta kalau anak anak mereka sudah menginjak kepala dua. Menyender kan kepala didada sang suami, “kenapa anak anak cepet banget gedenya” ucapnya sambil cemberut.

         “bener, makin gede makin berasa kita tuanya”

         “itu mah lo doang kali, Vin” sahut Travis.

Double Trouble Couple [woohwan ft. dodam]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang