Nut menjilatnya, merasakan manis dinginnya melelah dalam mulut.
Bukan, bukan Nut sedang menjilat Ping. Manis dingin juga bukan rasanya Ping. Kalau bagian itu, Nut sudah ingin mencobanya jauh-jauh hari, hanya saja lelaki itu belum mengizinkan. Saat ini Nut sedang menjilat es krim chocomint yang jadi vaforitnya selama ini.
Nut menyukai dessert, tapi dia tidak punya banyak kesempatan untuk makan yang manis-manis. Kali ini dia ada kesempatan. Kesempatan langka, karena makannya dengan Ping, dibelikan Ping, dan di momen yang melibatkan keromatisan dengan Ping.
Sehari setelah dirawat, Nut mengaku sudah sehat betul. Memaksa meninggalkan klinik karena sebelumnya Ping menjanjikan sebuah cincin padanya. Nut berkemas, lalu menyeret Ping kembali ke Bangkok. Mampir di salah satu Mall dalam perjalan pulang itu, dan masuk ke toko perhiasan. Ada sepasang cincin yang sangat bagus yang sebenarnya diinginkan Nut. Tapi cincin yang dibelikan Ping padanya hanya cincin biasa. Tidak ada aksen, tidak ada inisial. Tidak sepasang, juga tidak sendirian. Ada banyak jumlahnya dan Nut dibelikan satu.
Ini bukan soal kualitas juga bukan soal harga, tapi sebuah makna. Sayangnya, Nut tidak menangkap makna apa pun dari pemberian Ping itu. Nut agak kecewa meski kekecewaan tidak pernah ditampilkannya di hadapan Ping.
"Apa lagi yang kau inginkan?"
Bahkan tas yang diinginkannya kemarin juga sudah ada di tangan. Mobil yang diinginkannya sedang dinegosiasikan oleh agennya Ping. Apalagi yang Nut butuhkan?
Kecuali Ping itu sendiri, tidak ada lagi yang Nut butuhkan.
"Apa kita perlu nonton sebelum pulang?"
Nut menggeleng. "Ke basecamp saja. Aku mau menemui teman-temanku." Mau pamer kalau ada cincin baru di jarinya.
Ping mengangguk. "Habiskan es krimmu dulu."
Setibanya di basecamp, pandangan yang diterima Nut dari setiap orang begitu tajam. Seperti ingin menusuk-nusuknya, ingin mencincangnya, ingin mengulitinya, dan ingin membunuhnya. Sebab Nut sudah membuat kegaduhan. Dia hilang dengan meninggalkan banyak pekerjaan, lalu muncul lagi dengan senyum tanpa rasa bersalah.
Sailub sudah mengumpat berkali-kali. Pavel melengos dan hendak meninggalkan tempat kalau saja Pooh tidak menyuruhnya untuk tetap di tempat. Dan anggota lainnya menggerutu karena tidak bisa menyalurkan kekesalan. Hanya seorang mekanik baru yang terlihat sedikit bingung dengan keadaan.
"Aku bukan sengaja menghilang," dalih Nut. "Ada keadaan yang ...,"
Sailub memotongnya dengan mengatakan, "Berkemah, main motor trail, menjelajah hutan, kemudian tersesat, keadaan yang membuatmu menghilang begitu saja seolah ditelan bumi."
Nut merengut. Siapa yang membocorkan soal dia tersesat dalam hutan? Selain dirinya, hanya dua orang yang tahu dia tersesat. Bocah pemandu itu dan juga Ping. Bocah pemandu itu jelas tidak mungkin, karena dia tidak kenal Sailub dan yang lainnya. Ping juga tidak mungkin, karena dalam kamus Nut, Ping tidak bisa dipersalahkan.
Setidaknya soal tersesat di kebun belakang rumah salah satu penduduk desa tidak disebutkan dalam hal ini. Jadi, Nut mengabaikan bocornya informasi soal dia tersesat di hutan.
"Itu adalah salah satu konten yang akan kumasukan dalam chanelku." Kebohongannya benar-benar mulus. Toh, kalaupun ketahuan masih tidak ada yang akan mendebatnya. "Makin banyak konten, makin banyak juga pendapatanku. Lagi pula tim ini adalah sponsor terbesarku, kalau dapat banyak untung, akan masuk ke rekening tim juga, kan?"
Sailub mendengus, lalu membatin, 'alasan saja!'
"Yang penting aku sudah di sini. Pekerjaan akan kuurus kembali dan ... aku akan mentraktir kalian makan siang."