Gambar mengenakan jas yang bukan miliknya telah diposting. Tidak ada caption, tapi ada tagar 'milik si dia' di bawah foto ituKomentar berdatangan. Ada yang memberi selamat, tapi lebih banyak yang tidak mempercayainya. Nut hanya membaca beberapa. Dia lebih suka membiarkan teman sosial medianya berspekulasi tanpa mendapat jawaban pasti.
"Semuanya bagus. Kau hanya perlu memilih satu." Ping bukan tidak mau memilihkan. Dia sudah melakukannya, tapi Nut masih bingung mau mengambil yang mana. "Yang penting adalah fungsinya. Masalah model, itu nilai plus saja."
Nut menggigit ujung kuku telunjuknya. Bingung. Yang dia bingungkan adalah tiga jaket keren yang semuanya dipilihkan oleh Ping. Tugasnya adalah memilih satu, tapi dia masih mau mengambil semuanya. Beli satu tanggung, beli semua jelas kebanyakan pengeluaran.
Dia melirik Ping. Minta bantuan sekali lagi untuk dipilihkan. Nyatanya Ping diam saja seolah menyerahkan keputusan terakhir padanya.
Penjaga toko pun turun tangan.
"Apa warna yang paling Anda sukai?"
Nut suka warna apa saja. Tiga warna di depannya adalah yang paling dia suka. Jadi, dia tidak bisa menjawab pertanyaan itu dengan pasti.
"Suka yang ramai atau yang sederhana?" tanya penjaga itu sambil menunjukkan satu jaket dengan banyak saku, satu dengan asesoris, dan satu lagi yang polos.
Nut juga suka segala macam bentuk pakaian. Yang ramai atau yang polos, asal bukan pakaian wanita, dia akan memakainya. Jadi, dia masih bingung di sini.
"Ada dua yang fitbody dan satu oversize."
Sekali lagi Nut melirik Ping. Tidak mengatakan apa-apa karena dia tidak sanggup memilih. Sama tidak sanggupnya dengan ketika dia disuruh untuk memilih makan siang dengan Ping atau makan malam dengan Ping. Keduanya akan dia jalani asalkan memang makan dengan Ping.
"Pilih satu, Nut!" Ping pun bersuara.
Nut menunjuk asal, kemudian memindahkan telunjuknya ke jaket lainnya, sampai akhirnya menunjuk satu persatu dengan hati bimbang.
Ping tidak mengerti. Selera Nut jelas tidak sesulit ini. Tiba-tiba bimbang dengan jaket, itu jelas bukan dirinya.
"Katakan sesuatu!" pinta Ping yang dibalas Nut dengan tatapan bimbang. "Kau suka semuanya?"
"Ya, tapi ...."
"Kalau begitu ambil semuanya."
Nut masih menatapnya. Takut Ping kesal. Nyatanya Ping tidak bereaksi berlebihan.
"Tolong bungkus semuanya, Phi!"
Penjaga toko mengangguk, kemudian segera mengajak mereka ke kasir.
Ping menggiring Nut agar mengikuti penjaga toko ke meja kasir. Ping mengeluarkan dompet, menarik kartu kredit, kemudian menyerahkannya pada kasir.
"Terima kasih, Ping," ucap Nut setelah menerima tiga tas berisi tiga barang berbeda.
Terlalu senang, dia tersenyum sangat lebar. Hanya menenteng tas-tas belanjaan itu tanpa mau mengeluarkan isinya untuk dipakai. Bukan karena terlalu sayang pada baju baru, tapi karena dia sudah telanjur nyaman dengan jas milik Ping di tubuhnya.
Bagaimana ya menyebutnya ... Seperti dipeluk Ping kalau kata Nut.
Ping tersenyum balik. "Sekarang pergi makan."
Nut mengangguk. Menggamit lengan Ping tanpa persetujuan, lalu menarik lelaki itu ke tempat makan yang diinginkannya.
.
![](https://img.wattpad.com/cover/362139008-288-k61096.jpg)