Bab 1 - Jiwa Merana

43 5 0
                                    

Demi Tuhan, Kirana masih perawan!

Muak, rasanya benar-benar muak akan semua ocehan dari mulut orang-orang yang terlalu sibuk mengomentari hidupnya.

Kiran akui, dia memang janda. Dirinya adalah perempuan yang ditinggal pergi sehari setelah ijab kabul terucap.

Sesak dan frustasi. Hatinya perih akan kepergian sang suami menghadap Illahi, tapi Kiran masih harus menerima semua ocehan penuh benci.

Bahkan tak ada rasa iba yang mereka tunjukkan mengingat bahagianya langsung terganti dengan  kesedihan.

Menghela napasnya kasar, Kiran mengepal jarinya kuat-kuat, menahan emosi yang hampir meledak. Sudah 3 tahun berlalu, namun masih terasa sulit untuk menghadapi situasi seperti ini.

Kiran melangkah, menghentikkan gelak tawa dari dua perempuan yang tengah membuat kopi, "Kalian kalau memang memiliki urusan dengan saya, langsung datangi ruangan saya. Rasanya sangat tidak etis mendengar hal buruk tentang saya dibicarakan di pagi hari seperti ini." Ujar Kiran tenang disertai lirikan tajam.

Keduanya nampak terkejut akan kehadiran Kiran di pantry, "M-maaf mba Kiran jangan salah paham dulu." Ucap Mira-perempuan berambut coklat sebahu itu menatap Kiran dengan takut.

Salah Paham?

Di bagian mana ia harus salah paham, ketika kalimat 'Padahal mba Kiran cantik, tapi sayangnya janda. Tau sendiri sekarang laki-laki maunya sama yang masih perawan.'

Lagi, Kiran menghela napasnya. Pada akhirnya, ia hanya bisa menerima semua hinaan itu tanpa membalas. Jujur ia letih, letih untuk membela diri.

Kiran tak sempat menjawab, Mira sudah menarik kemeja teman kerjanya-Dira. "Kalau gitu kita duluan ya, mba."

Setelahnya, keduanya pergi dari pandangan Kiran, bahkan kopi dan teh yang mereka buat tak di bawa demi secepatnya pergi dari hadapannya.

Kemudian, kedua tangan Kiran ia gunakan sebagai tumpuan, kepalanya menunduk, membuat rambutnya yang hitam legam jatuh menjuntai menutupi sisi wajahnya.

'Sampai kapan ia harus menghadapi situasi ini?'

Rasanya Kiran ingin sekali menutup telinga. Tapi, ia bukan tipe orang yang seperti itu. Perkataan orang lain selalu bisa memberikan efek traumatis untuknya. Kiran terus berusaha, dia sudah berkonsultasi dengan ahlinya, namun sampai detik ini tak ada kemajuan.

Sungguh, hatinya terluka, jiwanya merana. Selama 3 tahun ia berusaha untuk tetap hidup waras ditengah dunia yang membuatnya gila.

Menyisir rambutnya dengan jari, Kiran menatap langit-langit, kemudian memejamkan matanya sejenak. Setelah dirasa lebih tenang, Kiran mengambil secangkir kopi yang sudah ia buat lalu berjalan kembali ke ruangannya.

'Tolong beri aku bahagia, Tuhan..'  Doanya di setiap memulai hari.

Kiran tak letih meminta, tak letih berharap. Walau semua itu hanya angan-angan saja, setidaknya ia   masih harus menyemangati diri.

🌿🌿🌿

Kiran tak habis pikir, sudah berapa kali ia mengernyitkan dahinya heran akan penjelasan Mira-- mengenai kendala salah satu customer.

"Jadi, inti dari penjelasan kamu adalah ada salah satu customer yang salah dikirim produk dan marah-marah minta diganti kerugian? Terus kamu jadi takut gini karena customer-nya mengancam ingin memviralkan?"

Mira yang gelisah mengangguk-anggukan kepalanya.

Kiran memijat keningnya. Jaman sekarang apapun bisa menjadi viral, dan kebanyakan masyarakat Indonesia secepat itu mencerna informasi tanpa mencari tahu sumber dan kebenarannya.

Match! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang