Bab 2 - Terlahir Sial

36 6 0
                                    

Esok paginya setelah rapat kemarin, Kiran merasa pekerjaannya tak pernah habis, dan  kesialan pun ikut menyertai.

Brukk

Seperti pagi ini, ketika baru saja hendak berjalan memasuki kantornya. Kiran justru ditabrak bahu seseorang yang membuatnya oleng dan terjatuh.

Shit! Maki Kiran dalam hati.

Bokongnya mendarat mulus dilantai, dokumen yang ia bawa jatuh berserakan, dan jangan lupa cup coffee yang ia beli pun ikut terjatuh juga. Ah tidak, bahkan ia belum sempat mencoba nikmatnya kopi itu.

Kepalanya terangkat siap memarahi siapapun yang menabraknya pagi ini. Tetapi belum sempat ia memaki, kedua tangan telah membantunya berdiri.

"Maaf, saya tidak sengaja. Kamu baik-baik saja?"

Are you kidding me? -ya, kira-kira seperti itu makna dari tatapan Kiran kepada sosok pria di depannya.

Kiran memerhatikan perlahan, lelaki berpenampilan casual ini tengah menatapnya dengan tatapan bersalah.

"Saya memang baik-baik aja, tapi semua dokumen penting, dan kopi yang belum saya minum jatuh berserakan." Jawab Kiran dengan nada ketus.

Kiran kembali membungkuk, sedikit terasa nyeri pada bagian tumitnya. Ia sedikit terkejut ketika memerhatikan si pria yang juga ikut membungkuk dan membantunya merapikan dokumen tersebut.

Setelah selesai merapikan, si pria langsung memberikan dokumen tersebut kepada Kiran. "Sekali lagi saya mohon maaf. Saya tadi sedang mencari seseorang, dan justru berakhir menabrak kamu."

Kiran menyipitkan mata kala melihat ekspresi yang di tunjukkan si pria. Terlihat jelas rasa bersalah di raut wajahnya, yang membuat Kiran hanya bisa menghela napasnya kasar.

"Saya baik-baik aja. Ah ya, saya nggak mau kejadian tabrak-menabrak ini terjadi dengan yang lain. Kalau saya boleh tau, Mas-nya mencari siapa? Kebetulan saya karyawan di perusahaan ini."

Kiran melihat senyum terbit di wajah si pria. Sebelum itu, Kiran sudah meminta tolong kepada cleaning service untuk membersihkan jejak kopinya di lantai.

"Saya mencari seseorang bernama Kiran? Kalau tidak salah Kirana Dafhina."

Kiran lantas melotot. Loh, dari mana Kiran bisa berurusan dengan pria seperti dihadapannya ini? Di kepalanya, Kiran coba memutar memori mungkin saja ada kenalannya yang terlewat, tetapi wajah pria ini begitu asing baginya.

"Ada urusan apa ya, Mas?" Tanya Kiran bingung.

"Kemarin saya dihubungi untuk pengecekan barang dari orderan atas nama Bapak Herman. Kemudian, saya dihubungi kembali oleh tim pengecekkan dan diminta untuk mendatangi kantor mengisi form pergantian barang. Tetapi, sebelum itu ada yang ingin saya sampaikan. Jadi, apakah bisa tunjukkan kepada saya dimana saya bisa menemui mba Kiran?"

Kiran semakin melotot. Pantas saja suara ini terdengar tidak asing. Kiran lantas memperbaiki penampilannya, dan memasang senyum sempurna.

"Ah, Bapak Herman, ya? Perkenalkan pak saya Kirana Dafhina selaku admin yang menghubungi bapak kemarin." Nada bicaranya lantas berubah, senyumnya tak surut. Kiran bernapas lega karena tidak bertindak brutal akan kesialannya di pagi ini.

Si pria nampak terkejut, kemudian ikut menjabat tangan Kiran dan tersenyum canggung, "Saya Arsa Diraya. Beruntung sekali saya langsung bertemu dengan seseorang yang saya cari, meskipun ada tragedi." Ujarnya canggung.

Kiran berusaha untuk mempertahankan senyumnya, sementara dalam hati tak henti mengutuk nama pria di depannya.

"Baik, jadi bapak mewakilkan Bapak Herman untuk pergantian barang, ya? Mohon maaf pak untuk pengisian form tidak bisa diwakilkan selain dengan pihak yang bersangkutan."

Match! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang