"Sir, sepertinya kau salah jalan. Kalau kau lupa, kita seharusnya belok kiri tadi." Tegur Allieona ketika Damien mengambil arah yang berlawanan dari jalan menuju apartemennya.
"Jangan memanggilku dengan embel-embel seperti itu. Damien saja." Damien menghiraukan inti dari kalimat Allieona yang mengingatkan jalan menuju tempatnya. Damien malah fokus mengenai bagaimana Allieona memanggilnya.
"DAMIEN MATTHIAS CONNOR mau kemana kau membawa ku?!" Allieona menekankan dengan jelas ketika dia menyebut nama lengkapnya. Allieona masih mencoba bersabar menghadapi pria disampingnya ini.
Tetapi lagi-lagi Damien hanya tersenyum lebar hingga matanya menyipit menampilkan garis-garis halus diwajahnya. Tampak menikmati kekesalan Allieona.
"Aku memang mengatakan akan mengantarmu pulang. Tetapi aku tidak berkata akan mengantarmu pulang ke apartemen mu, Ana." Jelas Damien tanpa menatap Allieona.
"Kau! Cepat putar balik atau aku akan -"
"Akan apa? Tolonglah, kali ini percaya saja padaku."
"Itulah yang persis kulakukan tadi. Dan sekarang aku menyesal melakukan nya. Atau jangan-jangan kau bohong juga tentang kau meminta ijin pada temanku!"
Inilah mengapa dia seharusnya menolak keras ajakan pria ini tadi. Selain pemaksa, dia juga termasuk sangat kurang ajar mengingat mereka adalah dua orang asing yang baru bertemu tiga kali 'tanpa sengaja'. Allieona masih mencoba berpikir kalau semua memang terjadi tanpa sengaja. Dan sekarang Allieona merasa dialah yang paling bodoh karena bisa-bisanya menurut pada Damien.
Nah lihatlah betapa santai nya dia bersikap, menyebalkan sekali rasanya melihat Damien masih fokus menyetir sementara Allieona disampingnya sudah menatap nyalang siap menerkam.
"Kau bisa bertanya langsung pada temanmu. Bahkan dia tadi tampak mendukung sekali ketika aku menyampaikan niatku untuk mengantar mu pulang."
Baru saja Allieona berniat menelpon Gigi untuk menanyakan langsung, bertepatan dengan itu sebuah pesan masuk dari Gigi. Allieona mengumpat pelan membaca pesan itu mendapati Damien memang tidak berbohong. Benar sekali. Damien memang benar jikalau Gigi sangatlah mendukung atas apa yang Allieona alami sekarang.
"Sebenarnya kau tidak perlu meminta ijin pada temanku hanya untuk mengajakku." Sekarang Allieona meragukan kalau Gigi memang sahabatnya. Sungguh tega dirinya ikut andil menjerumuskan Allieona dalam situasi ini.
"Tapi tadi kau datang hanya dengan dia. Kalau tadi orangtua mu ada disana, aku pasti sudah permisi langsung pada mereka."
Allieona mencegah dirinya untuk tidak terperangah. Setelah citranya yang sudah terkesan buruk di mata Allieona, sekarang pria itu mencoba menunjukkan citra yang baik sarat akan kesopanan dan tata krama. Sepertinya Damien lupa apa yang sejauh ini sudah dia perbuat.
"Kau akan menemani aku berlayar malam ini." Ujar Damien melarikan matanya ke Allieona sekilas.
Belum sempat Allieona memprotes lagi, kalimat nya tertahan di mulut ketika dia melihat kalau mobil mereka sudah tiba di sebuah dermaga. Ternyata Damien tidak main-main dengan ucapannya. Ketika mereka semakin dekat, Allieona melihat beberapa Yacht berbaris rapi dan ada seorang pria paruh baya yang sedang menunggu mereka.
"Ayo,"
Suara Damien terdengar dan menyadarkan Allieona. Ternyata pria itu sudah membuka pintu dan berdiri di samping Allieona, mengulurkan tangannya. Berniat membantu gadis itu untuk turun.
Allieona tersenyum miring menatap Damien bergantian dengan uluran tangannya, "Kau tidak serius." desisnya.
"Kau bisa lihat seberapa serius aku sekarang. C'mon.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Isn't Always Blooming
RomancePada awalnya ini hanyalah kisah tentang dua insan yang saling jatuh cinta. Di musim semi yang merupakan masa-masa yang menyakitkan bagi Allieona Latisha Frankie, tidak terduga dirinya justru dipertemukan dengan cinta nya. Bersama Damien Matthias Con...