Two

361 46 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seulgi's PoV

Aku tidak mengerti, mengapa akhir-akhir ini sering memimpikan Irene. Dia terlihat marah dan kecewa karena aku sudah menikahi sahabatnya, Kim Jennie. Perasaanku pada Irene sudah menghilang lama, tidak mungkin aku memimpikannya karena rindu, tidak mungkin. Aku sudah memiliki Jennie, dan dua gadis cantik yang menjadi penyemangatku―Ruka dan Ahyeon.

Meski keduanya lahir dari rahim Jennie, namun Ruka berasal dari sel telurku. Awalnya aku ragu saat Jennie ingin memiliki anak pertama mirip denganku, bukan karena aku tidak ingin hamil atau tidak ingin memiliki anak, tapi aku hanya ingin anakku pintar dan cantik seperti Jennie, tidak sepertiku yang selalu ceroboh dalam segala hal―semua orang sudah mengakuinya termasuk orang tuaku. Kami selalu berdebat tentang hal ini, sampai akhirnya aku mengalah dan memutuskan untuk menaruh sel telurku di dalam rahim Jennie.

"Apa mama bermimpi wanita lain lagi?" suara si bungsu Ahyeon mengembalikan kesadaranku.

Aku menoleh, melihat dia sedang menatap tajam ke arahku dengan kedua tangan terlipat di dadanya. "Tidak, mengapa kau bertanya seperti itu?"

"Lalu mengapa mommy mengejar mama tadi pagi?" dia kembali bertanya dengan memincingkan mata menatapku curiga.

"Entahlah, sepertinya mommy sedang datang bulan. Kita sudah sampai," alihku saat selesai memarkirkan mobil di parkiran gedung agensi YG―tempat Ruka dan Ahyeon berlatih menjadi idol.

"Setelah latihan aku dan Asa akan pergi keluar, mungkin aku pulang menggunakan taksi," celetuk si sulung Ruka, dia muncul dari sisi bahu kananku. Dia menatapku dengan senyuman merekah sampai kedua matanya tergurat lengkungan garis.

"Pergi ke mana?" tanyaku penasaran.

"Pergi berkencan tentunya," celetuk Ahyeon.

"Jangan menyebar berita yang tidak benar!" Ruka mendorong bahu si bungsu.

"Nyenyenye," ledek Ahyeon.

"Berhentilah, lebih baik kalian latihan yang benar, ingat evaluasi kalian minggu ini dengan mommy, jangan buat dia marah," ucapku.

"Tapi aku lebih suka evaluasi dengan mommy, daripada dengan mama." Ruka menjulurkan lidah padaku, dia menarik diri, menyambar tas, dan keluar dari mobil lebih dulu meninggalkanku bersama adiknya yang masih menatap tajam ke arahku.

"Apa lagi?"

Dia diam tidak menjawab.

Aku menghela napas. Perlahan kuusap kepalanya, menariknya agar memudahkanku memberi kecupan tepat di keningnya. "Tidak sayang, cepat masuklah, sebentar lagi latihanmu akan dimulai," ucapku.

"Awas saja jika mama bermimpi wanita lain selain mommy, aku gigit nanti!" ancamnya.

Aku terkekeh dan mengacak rambutnya. "Siap bos!"

ONE KISS (PENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang