Five

408 50 9
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seulgi's PoV

Sentuhan demi sentuhan terasa di wajah. Mengerang pelan dengan dahi mengernyit membuat mata terbuka perlahan. Pemandangan pertama kali terlihat merupakan wajah seorang wanita cantik, bibirnya tergurat senyuman hangat. Layaknya sebuah virus, begitu menular membuatku ikut tersenyum. Wanita berambut hitam legam itu menghujami wajahku dengan kecupan singkat.

"Good morning mama bear," bisiknya.

Mataku terpejam sesaat ketika Jennie membelai wajahku. "Morning too mommy bear," mulut dan tenggorokanku terasa kering membuat suaraku terdengar parau.

"Ayo bangun sayang," ucapnya. Kedua pipiku menjadi sasaran empuknya untuk dimainkan.

"Pukul berapa sekarang?" aku menghela napas dan membuka mata, tanganku mencari keberadaan ponselku di meja nakas.

"Pukul lima kurang," jawabnya.

Aku menggapai ponsel, melihat waktu pada layar ponsel. Menunjukkan waktu pukul 4 pagi lewat 43 menit. Kutaruh kembali ponsel di atas nakas. Jennie sedari tadi maish sibuk memainkan wajahku. Aku berpaling memutar tubuh, memeluk tubuhnya, dan membenamkan wajah di dadanya. "Mengapa kau wangi sekali? Kau ingin pergi ke mana?"

"Kau lupa? Sebentar lagi Alison datang menjemputku, jadwal penerbanganku jam delapan sayang," jelasnya. Dia membelai kepalaku, membuat rasa kantukku bertambah.

"Jangan pergi," gumamku, aku semakin mempererat pelukan.

"Kenapa kau sangat manja sekali setiap aku akan pergi jauh?" dia menarik diri dan menatap wajahku penasaran.

Aku mendongak, menatapnya dengan raut sedih. Bibirku menekuk. "Aku tidak akan mendapat morning kiss sangat lama."

"Ya Tuhan, kau sangat menggemaskan sekali!" Dia menggigit pipiku gemas.

"Aaaa sakit!" Aku meringis kesakitan sampai dia melepas gigitannya.

"Rasanya ingin sekali mengajakmu," gumamnya.

"Apa aku boleh ikut?" tanyaku dengan mata berbinar.

"Tentu tidak, siapa yang akan menjaga anak-anak?"

Aku medengkus kesal. "Mereka sudah dewasa, bisa mengurus diri mereka sendiri," ucapku.

"Tetap mereka harus diawasi oleh kita sayang," imbuhnya. Dia beranjak dari tempat tidur, mendekati meja rias, dan memeriksa riasan wajahnya pada pantulan cermin.

"Ah," seketika aku teringat sesuatu. Kuraih ponsel, melihat kalender untuk memeriksa jadwalku. "senin aku akan berangkat ke New York, sepertinya anak-anak tinggal sementara di rumah mommy, dan aku lupa memberitahu Ahyeon kemarin," lanjutku.

Jennie menoleh menatapku. "Tunggu sebentar, ini hanya perasaanku saja atau memang aku belum melihat Ahyeon pulang semalam?"

"Apa kau lupa?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ONE KISS (PENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang