Selamat Tidur,Diriku

110 18 8
                                    

Dirinya berada sangat jauh,menatapku dengan tatapan penuh rasa bersalah bersama dengan satu orang yang ada disampingnya,wajah mereka terlihat kunang kunang.

Seluruh tubuhku terasa sakit- Tidak... kepalaku,pandangan ku perlahan mulai memudar,perlahan mulai digantikan oleh kegelapan.Semuanya berlalu terlalu cepat... apa yang terjadi...?
.
.
.
.
.
.

Fuck you,Narendra...

Matanya yang berwarna merah ruby perlahan kembali terbuka,hanya dipenuhi oleh kegelapan disekitarnya tanpa ada cahaya,ataupun benda didalamnya.Tangan kanannya memegang kepalanya,rasanya seperti tertusuk besi tajam hingga melewati otaknya.

"Ini dimana lagi,sialan...!"

Seseorang bersurai hitam dengan mata merahnya yang bergerak kesana kemari,menganalisis tempat dirinya berada sekarang,yang hanya di isi kekosong tanpa akhir.

Perlahan,dirinya kembali berdiri.Satu persatu langkah yang dirinya lewati dibalik gelapnya void.Gelap,hening,sepi,dingin, dan kosong, hanya itu yang dirinya rasakan saat ini.

Tuk!Tuk!Tuk! Entah sudah berapa kali dirinya berjalan ditempat itu secara berulang ulang,rasanya seperti dirinya berada ditempat yang sama berkali kali tanpa berpindah tempat.

"Hey...!" Langkahnya seketika terhenti setelah mendengar suara samar-samar dari anak kecil dibalik gelap tempat itu.

Maji diam sejenak,berusaha menganalisa asal suara itu,lalu mulai berjalan mengikuti arahan itu.Suara yang muncul beberapa kali ditempat yang sama,mengarahkan Maji ditengah tempat gelap tanpa akhir.

Matanya membulat sempurna seketika setelah dirinya melihat seorang anak perempuan dengan senyum manis terukir diwajahnya,melihatnya dari kejauhan.Tangan kanannya melambai lambai kekanan dan kekiri.

Dirinya pun mendekati anak itu,tatapan dari mata ke abu abuannya,terasa benar benar kosong untuk seorang anak anak seusianya.Kegelapan tanpa akhir diikuti dengan halusinasinya mendengar suara suara membuat hawa ditempat ini semua terasa lebih mencekam.

Ujung dari syal yang digunakan anak itu terlihat seperti pernah terbakar,diikuti dengan antingnya yang berbentuk sebuah simbol...?

Hening,anak itu hanya tersenyum kecil kearah orang didepannya,lalu berjalan dengan Maji yang mengikutinya dari belakang hingga terhentilah mereka berdua didepan sebuah pintu kayu,ditengah kegelapan yang menyelimuti.

Tangan kecilnya kemudian meraih gagang pintu kayu lalu membukannya,sebelum dirinya kembali melirik kearah Maji,"Kakak pasti sudah menunggumu!"

Dengan tatapan kosongnya dirinya masih melihat kearah Maji,tapi kengerian itu ditutupi begitu saja dengan senyum manis diwajahnya.

Sementara itu,dibalik pintu kayu itu,terlihat bangunan bangunan yang tidak terlalu besar hingga membentuk seperti sebuah istana.

Kakinya kemudian melangkah melewati pintu itu,seketika memindahkannya ketempat yang dipenuhi oleh darah kering berceceran dimana mana,pohon pohon kering dan tanah yang gersang.

Menjijikkan,hanya itu yang terlintas dipikiran Maji.Jika saja dirinya tidak terbiasa melihat hal hal seperti ini setiap hari diduniaku,mungkin saja aku bisa muntah secara langsung ditempat ini.

Dirinya kemudian membalikkan badannya,untuk mengetahui bahwa pintu yang dilewatinya menghilang entah kemana tanpa jejak,bersamaan dengan anak kecil yang menuntunnya,meninggalkan dirinya benar benar sendirian kali ini.

Atau mungkin tidak...

Matanya seketika terfokus kepada seseorang benar mirip dengannya,hanya saja dengan pakaian hitan bergaris merah duduk disebuah singgasana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

We Meet Again [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang