Prolog

18 2 0
                                    

Aroma kopi susu yang selalu Kalea pesan di kedai kopi langganannya tidak pernah terasa membosankan. Bahkan setiap kali ia menyesap sedotan pertama, rasanya kopi itu semakin nikmat.

"Gue iri liat lo masih bisa ngopi gitu." Celetuk Zeta dari seberang meja. Wanita itu ikut-ikutan menyedot ice matcha latte pesanannya.

Kalea terkekeh. "Makanya jangan berlebihan," pasalnya beberapa minggu lalu, Zeta masuk rumah sakit dan harus di opname karena gerd yang ia derita semakin parah.

Zeta mendengus. "Ini yang kakak siapa sih sebenernya? Kenapa lo selalu lebih galak dari gue?"

Kali ini Kalea tertawa. "Ya, maap. Udah bawaan orok."

Bukan. Kalea dan Zeta bukan saudara kandung. Mereka tidak sengaja dipertemukan keadaan di tengah hiruk pikuk dunia, dan berakhir menjadi teman—layaknya saudara.

"Makasih ya, Kak," ucap Kalea tiba-tiba ditengah hening yang tercipta. "Gue kehilangan seseorang yang udah gue anggep kakak sendiri, terus lo dateng gantiin sosok dia. Walaupun dengan cara yang beda."

Zeta termenung. Ia dan Kalea sudah kenal sekitar enam bulan, dan Kalea belum pernah menyinggung tentang yang satu ini.

"Siapa?" Dahi Zeta berkerut tanda penasaran.

"Kak Ayyu."

"Ayyu?"

Kalea mengalihkan pandangan tepat pada kedua netra milik Zeta.

"Dia mantan Bang Yogi. Udah punya cowok baru," senyum pahit terpatri di wajah dinginnya.

Kadang Zeta keheranan, Kalea bisa menjadi perempuan paling ceria dengan segala tingkah randomnya. Kadang ia juga bisa menjadi perempuan paling mengerikan ketika sedang marah dengan tindakan seseorang yang tidak ia suka. Dan sekarang, ia terlihat dingin dan misterius, persis seperti kakak laki-lakinya.

"Lo sayang banget sama dia?" Tanya Zeta hati-hati. Takut kasus yang satu ini sensitif dan menyakiti hati temannya.

Kalea mengangguk pelan. Tapi buru-buru memasang senyum palsu andalannya ketika tidak ingin membahas hal tertentu. "Udah, lah. Udah lewat."

"Yaudah," sahut Zeta pasrah. Tidak ingin memaksa. "If someday you wanna talk about it, I'm all ears."

Kalea menatap sosok yang ada di hadapannya; perempuan dengan paras cantik, bertubuh tinggi, berkulit putih bersih, serta mata sayu dengan tatapan teduh. Sejenak ia terpaku, bisakah Zeta menjadi sosok kakak perempuan—seperti Ayyu—yang selama ini ia dambakan?

"Kal?" Tiba-tiba Zeta membuyarkan pikiran Kalea yang sedang berkelana. "Lo udah jomblo berapa lama?"

Kalea agak terusik dengan pertanyaan Zeta, namun memutuskan tetap menjawab, "Dua tahun."

"Gue kenalin sama temen gue, ya?"

Seketika dua netra Kalea membola sempurna. "APA-APAAN?!"

Beberapa kepala yang sedang menunggu orderan kopi mereka menoleh ke arah suara berisik yang diciptakan Kalea.

"Santai aja dong, nyet." Tukas Zeta kesal. "Dia asik orangnya, percaya sama gue."

"Jangan aneh-aneh, ah!"

"Nanti gue suruh DM lo, ya?"

"KAK ZETAAAA!"

How's Life?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang