Sejak mendaratkan pantat kurang dari pukul sembilan pagi, dahi Kalea sudah berkerut di depan layar komputernya menandakan ia sedang serius dan enggan diganggu. Kalea sedang menyusun program perencanaan dan harus selesai secepat mungkin, sebab hari ini—Kamis, 9 Maret 2023—adalah hari ulang tahun Yogi, kakak tercintanya. Jadi sebisa mungkin ia akan menyelesaikan pekerjaannya supaya bisa pulang tepat waktu dan menjalankan kegiatan rutinnya bersama sang kakak serta dua sahabatnya.
Tadi malam, ketika jam tepat menunjukkan pergantian hari, Kalea masuk ke kamar Yogi tanpa mengetuk terlebih dahulu sambil membawa kue berbentuk kucing yang sudah ia pesan dari jauh hari bersama Gissa.
Kenapa bentuk kucing? Karena ia dan sang kakak sangat menyukai hewan satu itu. Dulu, ketika mereka masih SD, Mama dan Papa rutin membelikan pakan kucing untuk mereka sebar di jalanan yang ada kucing liarnya. Namun sayangnya mereka tidak diperbolehkan memelihara dan membawa kucing-kucing itu ke rumah.
Kalea menyalakan lampu kamar Yogi, lalu menyanyikan lagu happy birthday dengan senyum lebar hingga menyentuh telinga.
Tiga puluh. Yogi berulang tahun yang ketiga puluh, tahun ini. Angka kepala tiga pertama dalam hidupnya.
Dengan mata segaris, Yogi mencoba duduk dengan sisa-sisa kantuk yang masih menguasai. Ia tersenyum melihat adik semata wayangnya berdiri tepat di samping kasur, bergerak kekanan dan kekiri sambil bernyanyi lalu menyodorkan kue yang ia bawa agar Yogi meniup lilin yang berada diatasnya.
Yogi memejamkan mata.
Semoga Kalea selalu bahagia. Semoga saya bisa menjaga Kalea sampai ia sendiri yang meminta saya berhenti. Semoga saya selalu bisa ia andalkan. Semoga Kalea selalu di kelilingi orang-orang yang berniat membahagiakan. Kalea adalah hidup saya, satu-satunya alasan saya bertahan ditengah kekacauan dunia.
Lalu Yogi membuka mata, meniup lilin yang masih menyala hingga hanya tersisa asap. Matanya sedikit basah. Ia bahagia, selama Kalea masih bisa mempertahankan senyumnya.
"Udah kepala tiga ya, Bang?" Kalea mengambil duduk di tepi kasur. "Makasih udah hidup selama tiga puluh tahun. Lanjut terus sampai seribu dua ratus tahun lagi, ya?"
Yogi tergelak.
"Vampir kah gue?"
"Hehehehe..." Kalea terkekeh rendah. "Gue males, nih, kalo ngomong serius gini."
"Yaudah gak usah serius. Dasar cengeng—"
Kalea tiba-tiba merebahkan tubuhnya dan menyembunyikan kepalanya ke dalam selimut. Hal yang sudah Yogi tebak, adiknya pasti menangis.
"Sebenernya yang lo tangisin tiap gue ulang tahun tuh apa, sih?" Tanya Yogi yang sebetulnya juga menahan diri untuk tidak terdistraksi energi cengeng sang adik.
"GATAUUUU..." Kalea masih terisak dengan posisi yang sama.
Yogi tertawa agak nyaring sebab lucu, adiknya itu memang begitu lucu.
"Adek..."
"JANGAN PANGGIL ADEKKK!" Isakan Kalea makin kencang. "Jangan nambah-nambahin ah, Bang,"
"Lah? Gue cuma manggil,"
Kalea mulai menarik tubuhnya untuk duduk dan menghadap sang kakak.
Yogi menghapus pelan air mata sang adik yang masih tersisa, lalu mengusap puncak kepalanya hingga Kalea menelan isakan terakhirnya.
"Makasih sudah hidup selama tiga puluh tahun ini ya, Bang. Makasih sudah terlahir jadi abang gue. Hidup seorang Kalea gak akan setenang ini kalo yang jadi abang gue bukan lo, bukan Yogi Ezra Adnan, jadi... makasih, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
How's Life?
RomanceIf you're trying to forget someone who was once a beautiful part of your life, the answer is-you don't. You don't try to sanitize your experience, you don't try to cut the pain from the bone. Letting go of someone you thought would be in your life f...