Obrolan kecil

32 2 0
                                    

Maaf kalau gk pernah up, soalnya ada ujian², semoga kalian suka sama cerita ini dan terima kasih yang sudah mau nunggu up dari cerita ini.
Enjoy my novel.

Setelah perdebatan kecil di antara mereka, Wulan merasa tertarik dengan bakat Farhan dalam bermain piano.

"Wah, bagaimana kalau suatu hari kamu mengajariku bermain piano?" tanya Wulan dengan penuh semangat.

Farhan berfikir dengan ragu ragu, Dia kebingungan mau mengiyakannya atau tidak.

"Kumohon, Farhan bolehkan?" Tanya Wulan dengan memasang wajah memohon.

Melihat ekspresi Wulan yang sangat memohon untuk diajarkan membuat Farhan kebingungan.

Farhan menjawab dengan malu-malu. "Mungkin saja," jawabnya dengan nada rendah.

Wulan melihat bahwa Farhan adalah sosok yang misterius. Dia merasa tertarik untuk menggali lebih dalam tentang pribadi Farhan.

"Mungkin suatu hari nanti kita bisa berbicara lebih banyak," kata Wulan dengan senyum ramah.

Farhan mengangguk mengerti, namun dia masih terlihat agak tertutup. Wulan bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang lebih dalam di balik sikap pendiam Farhan.

Sementara itu, suasana di sekolah mulai sepi karena sudah lebih dari waktu pulang. Wulan dan Farhan pun meninggalkan ruang musik dan berpisah di koridor sekolah.

Ketika Wulan tiba di luar sekolah, dia menyadari bahwa hari ini adalah hari yang istimewa. Dia telah mengetahui hal baru tentang Farhan, yang selama ini terlihat begitu misterius baginya.

Dengan langkah yang ringan, Wulan meninggalkan sekolah dengan senyum di wajahnya.

Sesampainya dirumahnya, Wulan disambut oleh pelayan rumahnya. "Selamat datang nona, Bagaimana sekolah anda?" Tanya pelayannya.

"Seperti biasa bi tidak ada yang istimewah, ngomong ngomong dimana ayah?" Tanya Wulan sambil melihat sekelilingnya.

"Oh tuan, Dia sedang ada urusan jadi malam ini tuan tidak bisa pulang," Jawab pelayan tersebut.

Mendengar itu Wulan merasa kecewa, Sudah 5 tahun lamanya ayahnya selalu begitu, semenjak ibunya meninggal dia dan ayahnya hampir berkumpul bersama lagi.

"Oh, terima kasih bi, aku masuk ke kamar dulu," ucap Wulan sambil berjalan ke lantai 2.

Peleyan itu tampak sedih. "Sepertinya nona kecewa lagi, Andai masih ada nyonya disini nona tidak akan kecewa seperti itu," ucap pelayan itu sembari pergi kedapur.

Dikamar Wulan yang baru selesai membersihkan diri, Dia melihat kearah foto bersama keluarganya. "Aku dan ayah sudah tidak pernah bertemu lagi, ketemu saja tidak apalagi mengobrol, Mungkin ayah sudah tidak sayang lagi padaku" ucap Wulan yang tertawa sedih melihat keadaan keluarganya.

"Aku pengen kayak dulu lagi bisa berkumpul dan tertawa bersama lagi, Ibu aku rindu," ucap Wulan yang meneteskan air mata.

Wulan teringat pada masa-masa bahagia bersama keluarganya, terutama saat ibunya masih ada. Dia merasa kesepian tanpa kehadiran ayahnya, yang tampaknya sibuk dengan urusan bisnisnya.

Dalam keheningan kamarnya, Wulan merenung tentang hubungan yang terputus antara dirinya dan ayahnya. Dia merindukan waktu-waktu ketika mereka bisa bersama-sama dan tertawa.

Setelah beberapa menit merenung, Wulan keluar dari kamarnya dan turun kebawah, pelayan yang melihat Wulan menghampirinya.

"Nona, anda mau kemana?" Tanya pelayan itu. "Aku ingin keluar sebentar bi," jawab Wulan.

Kisah Cinta Si PendiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang