T.A 01

271 18 9
                                    

Hai
Perkenalan dulu kali ya. Dari book sebelum-sebelumnya saya tidak pernah mempermasalahkan diri, jadi disini izinkan saya berkenalan.

Kalian bisa panggil saya Rii, sebenarnya gapapa sih kalian panggil 'kak' atau 'thor' tapi saya rasa kalau panggil saya Rii tuh ada kesan tersendiri gitu.

Book ini akan menemani kekosongan saya selama bulan Ramadhan. Kalau saya lama up berarti banyak kegiatan disekolah. Jadi saya usahan kalian bisa terhibur dan suka dengan karya saya.

Tolong juga tinggalkan jejak, seperti vote, komen atau follow, itu sangat membantu saya supaya rajin up nya. Jujur kalau vote an sedikit kurang semangat buat nulisnya hhehe.

Terimakasih atas perhatiannya semoga suka ya.

_____________

Happy reading
.
.
.

"DARI DULU SUDAH SAYA BILANG, BERHENTI MEMPERMALUKAN KELUARGA, SIALAN!! KAU TIDAK LEBIH HANYA SEKEDAR BEBAN YANG MASIH UNTUNG SAYA TAMPUNG DENGAN KEMEWAHAN YANG SAYA BERIKAN."

Ucap penuh amarah pria baya dengan setelan jas hitam mahalnya yang tertuju kepada sang putra tunggal. Mungkin jika bukan karena perusahaan nya yang membutuhkan penerus selanjutnya ia akan dengan mudah melepas seseorang yang ia teriaki sialan itu, yang sayangnya anaknya sendiri.

"Sekarang diam dan renungkan segalanya dikamar. Jangan keluar sebelum saya sendiri yang memerintah mu." Ucapnya lagi dengan nada yang direndahkan beberapa oktaf.

"Satu lagi, semua fasilitas mu saya sita untuk beberapa bulan kedepan." Seusai mengucapkan kalimat terakhirnya pria itu benar-benar pergi dari hadapan pemuda yang masih terdiam setelah mendapatkan hukuman atas kenakalan nya.

Jangan lupakan percikan-percikan darah yang bertebaran dimana-mana akibat aksi sang ayah yang memukulnya tanpa belas kasih. Seakan tidak bereaksi dengan luka-luka di sekujur tubuhnya, pemuda itu melangkah menuju kamar miliknya dan menutup rapat-rapat pintu kamar.

Tatapannya kosong, bibirnya rapat seakan tidak bisa dibuka, tangan penuh darah yang mulai pucat akibat terlalu banyak mengeluarkan darah, rambut lepek diakibatkan bercampur dengan keringat dan darah yang menetes dari kepalanya.

Cukup mengenaskan, namun masih bisa berdiri tegak seperti pohon yang kokoh tanpa tiupan angin. Detik selanjutnya membuktikan seberapa lemah dan lelahnya ia terhadap dunia.

Dia..menyerah...

Perlahan dirinya ambruk kelantai kamar yang dingin, serta kesadaran yang mulai menipis. Darah yang masih mengalir walaupun sedikit demi sedikit, akibat kekurangan darah dan luka-luka di sekujur tubuh yang cukup parah. Tubuhnya tidak bisa menopang berat badannya lagi.

Lalu mata itu perlahan tertutup rapat diiringi kelehan getir yang terdengar lirih dan amat begitu menyakitkan.

Dia pemuda malang, Arsagara Kailer mati mengenaskan dengan kehilangan cukup banyak darah dan luka-luka yang memenuhi tubuh atletisnya.

.
.
.

Perlahan mata tajam dengan manik hitam kelam itu terbuka, menyesuaikan pencahayaan yang masuk kedalam rentina matanya. Bergilir meneliti setiap sudut.

Ingatan-ingatan asing bermunculan, dengan sisa tenaga yang ia punya, pemuda itu membawa langkahnya menuju kamar mandi diruangan yang ia duga sebuah kamar.

TRANSMIGRASI ARSAGARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang