Happy reading
.
.
.[T.A⁰³]
"SIALAN!!"
Mereka yang masih berada di kantin dan menyaksikan kejadian itu secara spontan meneguk saliva mendengar umpatan penuh amarah dari si iblis yang melihat adiknya terguyur oleh kuah panas.
Dengan cepat arsa menghampiri alvin yang tengah meringis akibat panas dibantu Loel membersihkan sisa makanan yang ikut tumpah pada baju seragam putih sahabatnya. Akan ia percayakan urusan jalang itu kepada kakak sahabatnya.
Penghuni kantin yang menyaksikan kemarahan arsa sontak membatin. 'mampus dah tuh si anya'
Siswi yang merupakan kakak tingkatnya alvin itu bergetar ketakutan. Niat awalnya ingin mencari perhatian dengan berpura-pura tersakiti padahal situnya sendiri antagonisnya.
Tidak terima juga kalau arsa mulai menunjukkan perhatiannya kepada alvin, orang yang ia benci. Sedangkan anya sudah lama mendekati arsa tapi yang ia terima hanya tatapan acuh dan menusuk lalu terusir oleh para sahabat arsa.
"Lo," tunjuk arsa tepat pada wajah nelangsa milik anya "tunggu balasan gua." Usai mengucapkan kalimat terakhirnya arsa menggendong alvin ala koala menuju UKS untuk mengobati luka bakar di punggung nyerempet tangan mulus alvin.
.
.
.Arsa menyuruh sahabat alvin untuk kekelas dan mengizinkan alvin tidak masuk. Loel tidak bisa menolak, ingat, ucapan arsa mutlak.
Kalau para sahabat arsa sendiri mereka telah kembali dari kantin setelah kantin gaduh akibat kejadian ini, lalu mereka menyusul arsa ke UKS namun mereka diusir oleh arsa dan mereka kembali ke kantin untuk melanjutkan acara makan yang tertunda. Biarlah mereka bolos.
Arsa membuka baju seragam putih milik adiknya dengan perlahan takut tambah sakit. Sebisa mungkin arsa mengobati luka itu dengan hati-hati, alvin sesekali meringis saat salep itu mengenai permukaan kulitnya yang terbakar.
Arsa melihat kulit putih bersih adiknya yang sudah terdapat noda ini membuatnya tidak terima. Adeknya yang mulus ini ia tidak terima pokoknya si anya-anya itu harus musnah tidak tahu mau dia.
"Udah, nih ganti pake yang ini." Ucap arsa sembari menyodorkan baju seragam putih baru yang ia beli dikopsis memerintah sahabatnya untuk membelinya sebelum mereka kembali ke kantin.
Alvin yang merasa kesusahan saat memakai seragamnya kembali pun si notice oleh kakaknya, arsa pun membantu alvin memakai seragam. Selesai. Arsa menggandeng tangan alvin menuju parkiran tempat mobil arsa berada.
Alvin heran, kok kakaknya malah bawa dia ke perkiraan bukannya kekelas. Lalu suara berat selanjutnya memecahkan kebingungannya.
"Pulang. Kamu harus istirahat. Tidak ada bantahan." Ucap mutlak arsa yang melihat alvin akan menolak namun tidak jadi lantaran mendengar perintah mutlak itu.
Mereka pun melenggang dari parkiran dengan alasan kepada satpam mengantar orang sakit. Tentu saja arsa tidak berbohong. Diperjalanan terjadi keheningan.
Sebenarnya arsa ingin memulai obrolan dengan sang adik bertujuan pendekatan, namun itu ia tidak tahu bagaimana caranya. Karena sedari dulu yang mencari obrolan pertama sahabatnya. Berhubung sekarang sahabatnya tidak ada disini, arsa tidak tahu apa-apa.
.
.
.Di mansion terdapat puluhan bodyguard yang berjaga, maid yang melihat tuan muda mereka langsung menyambutnya dengan sopan dan hormat. Berjajar sambil menunduk tidak berani menegakkan kepala mereka.
Arsa mengantarkan Alvin menuju kamarnya dilantai tiga menggunakan lift. Sebenarnya para maid dan bodyguard terheran mendapati kedua tuan mudanya yang akur. Namun tidak bisa dipungkiri mereka senang akhirnya tuan muda terakhir bisa merasakan kasih sayang.
Alvin sudah beres ia antarkan lalu Arsa menuju ruang kerja Daddy nya. Ini juga sudah hampir menuju jam pulang sekolah, pasti Argantara sudah berada dirumah.
Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu Arsagara menyelonong masuk dengan wajah datarnya sambil menatap dingin pria baya yang merupakan ayahnya sekarang.
Argantara merasakan keberadaan seseorang yang dengan beraninya tidak permisi terlebih dahulu memasuki ruangan kerjanya. Mendongak dari tatapan semula yang melihat berkas-berkas.
"Mana tatakrama mu sebagai De'Marvel Arsagara??! Sopan kau begitu?!" Marah Argantara terhadap putra pertamanya.
Arsagara tidak gentar, rupanya ia tidak memperdulikan ucapan sang ayah dan malah bertanya dengan suara berat nya.
"To thep poin." Katanya dengan raut tidak terbaca.
Argantara ingin marah, namun ini bukan saatnya. Ada hal yang lebih penting daripada kemarahan nya saat ini. Lalu suasana diruangan bernuansa gelap itu semakin mencekam diakibatkan oleh ayah dan anak yang bertatapan seolah tahu arti tatapan satu sama lain.
"Ada tugas untukmu. Kau harus menyelesaikannya dalam jangka tiga hari ini, dimulai nanti malam. Saya tidak menerima kekalahan, ingat." Dengan suara berat dan nada serius Argantara berucap.
Mata itu, mata yang diwariskan sama dengannya menatap dirinya dengan bibir yang berkedut menampakkan seringai iblis yang kerap membuat orang-orang bergetar takut.
Tidak salah lagi, Arsagara memang murni keturunan De'Marvel. Sikap dan sifatnya persis seperti keturunan-keturunan De'Marvel terdahulu.
"Dalam kamus De'Marvel tidak ada kata kalah jika memang kalah, maka mati adalah hukumannya." Ucap Arsa dengan seringai yang masih tampak.
"Senjata-senjata akan saya cek nanti sore, dan kau akan ikut denganku. Setelah semuanya siap, maka berangkatlah bawa kemenangan untuk De'Marvel seperti sebelum-sebelumnya. Ingat, jeli, jangan bodoh." Peringat Argantara yang mana mendapati roll eyes dari Arsagara.
"Kau bisa pergi." Arsa pergi tanpa pamit dan tanpa memperdulikan ayahnya ia melenggang menuju kamar untuk bersantai mengumpulkan energi untuk berperang nanti.
"Aku suka ini, pesta darah yang membuat candu. Ahh.. tidak sabar untuk menyesap nya.."
.
.
.Alvin sedang termenung setelah tadi diantarkan oleh kakaknya. Memikirkan segala yang terjadi hari ini membuat kepalanya seakan ingin meledak. Dilain hati ia senang karena kakaknya memberikan perhatian kepadanya. Walaupun terkesan kaku, tapi semua perhatian itu belum ia dapatkan dari keluarganya, dan sekarang ia bisa merasakan itu untuk pertama kalinya.
Tapi alvin juga takut, jika ini semua hanya bersifat sementara. Ia ingin egois, ingin kasih sayang itu melekat abadi. Tapi melihat situasi, apakah bisa? Alvin lagi dan lagi tertampar oleh kenyataan.
"Bodoh Alvin. Kau bodoh menginginkan keabadian didunia yang bersifat sementara ini. Tapi aku juga ingin egois." Alvin terus meracau memikirkan segala kemungkinan yang ada.
"Kalaupun perlakuan ini hanya sementara, tak apa, setidaknya aku pernah merasakan apa itu kasih sayang dan sebuah elusan yang sangat lembut dari tangan kakak." Alvin sudah berdiri dan mengganti bajunya dengan baju santai. Terduduk dibalkon menikmati angin sepoi-sepoi dengan pikiran yang bercabang dimana-mana.
TBC
Votenya dong biar semangat up.
Yang sudah vote terimakasih.Sekian.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANSMIGRASI ARSAGARA
Short Story[Mohon maaf apabila ada kesamaan latarbelakang, nama tokoh, lainnya. Cerita ini hanya untuk mengisi waktu luang saya dibulan ramadhan. Selama bulan ramadhan saya akan up disini.] . . . Arsagara adalah pria berhati dingin yang tidak mengenal apa itu...