T.A 02

201 14 2
                                    

Happy reading

.
.
.

[T.A 02]

"Aku minta maaf.." Ucapan lirih yang samar terdengar oleh Alvin. Ia sendiri tengah terbengong sambil menikmati perjalanan yang macet.

Lalu memberanikan menoleh kearah sang kakak yang tengah menyetir. "Emm..a-apa ka-kakak mengatakan se-sesuatu..?" Tanya alvin memberanikan diri walaupun dengan suara yang terbata.

Arsa menoleh, ia terdiam dengan pikiran yang bercabang. "Apa dia ga denger?"

"A-ah mungkin aku yang salah denger ahahh.." Mencoba untuk mencair kan suana dengan tawa garingnya, namun selanjutnya ia merutuki dirinya sendiri atas tindakan bodoh yang memalukan diri sendiri itu.

"Alvin bodoh, tambah canggung kan ini!" Batin alvin cukup nelangsa.

Arsa hanya diam, sibuk dengan pikiran yang kemana-mana. "Susah banget ni mulut ketimbang ngomong maaf, sialan!" Terlalu sibuk dengan urusan membatin nya arsa sampai tidak menyadari bahwa ia sudah sampai dihalaman sekolah.

Tidak tahu bagaimana bisa sampai dengan selamat padahal ia terbengong. Tersadar karena suara alvin yang berpamitan kepadanya.

"Ka, udah sampe, alvin duluan ya, makasih tumpangannya." Pamitnya. Bukannya ingin buru-buru, tapi ia merasa Susananya membuat ia tersiksa. Sungguh.

Saat akan membuka pintu mobil, pintu itu tidak bisa dibuka disusul dengan suara sang kakak yang membuatnya membeku ditempat.

"Siapa yang nyuruh lo buat duluan." Ucap Arsa dengan tatapan tajamnya yang terarah kepada sang adik.

Lantas alvin menghadap arsa dengan tundukan dalamnya. Ia merasa takut ditatap seperti itu oleh kakaknya, walaupun sudah terbiasa namun tidak dipungkiri rasa takut lebih mendominasi.

"M-maaf" Cicit alvin merasa dirinya salah, dengan masih menunduk.

Tangan kekar berurat serta terdapat tato milik sang kakak menyentuh permukaan kulit dagu halusnya membuat bulu kuduk alvin tiba-tiba berdiri.

"Kalo bicara itu tatap orangnya," Ucap arsa sembari melepas pegangannya pada dagu sang adik. "Ngerti?"

Alvin mengangguk spontan. Melihat tatapan takut dan waspada adiknya, arsa menjadi marah pada arsa sebelumnya, lihatlah itu, bulu mata lentik, mata kucing yang memiliki binar namun redup bila bersama keluarganya, kulit putih halus dan rambut kecoklatan yang berayun sesuai si pemilik bergerak menambah kesan lucu pada pemuda yang merupakan adiknya kini.

Arsa mencoba berbicara sesantai dan selembut mungkin, namun masih terkesan menakutkan dimata alvin. Alvin Mencoba memberanikan diri untuk bersuara.

"Emm..k-kakak mau bareng sama alvin?" Katanya yang tidak sadar sambil memiringkan kepalanya yang mana membuat kelucuan nya bertambah membuat arsa tidak bisa menahan diri untuk tidak mengusak kepala alvin sampai rambutnya berantakan.

Alvin merenggut secara tidak sadar. Lalu ucapan arsa selanjutnya membuat alvin kembali ceria dengan binaran dimatanya.

"Nanti istirahat tunggu dikantin pesen aja," ucapan lalu mengeluarkan uang berwarna merah sebanyak dua lembar. "Nih buat jajan, sekalian pesenin kakak nanti. Dah yo, kakak gabisa anter sampai kelas, gapapa?" Ucap Arsa panjang lebar yang ditanggapi senyuman merekah dari adiknya.

"Gapapa, tapi ini beneran..?" Ucap ragu alvin sembari menyodorkan uang yang barusan diberikan kakaknya itu.

"Iya, ayo." Mereka pun keluar dari mobil disambut beberapa tatapan dari siswa-siswi. Bukan beberapa, namun semua mata tertuju pada mereka.

TRANSMIGRASI ARSAGARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang