Bab 1-Selamat Tinggal Kota Bandung

77 25 25
                                    


Happy Reading!!✨

Naya menyaksikan hujan dari jendela kamarnya. Sepertinya, alam sedang merayakan kesedihannya. Mengingat tentang hujan, bukankah katanya pelangi akan datang setelah hujan? Lantas kapan badainya akan reda? Kapan pelanginya akan datang?

"Seandainya mama sama papa disini, aku ga akan di bully. Julukan anak yatim piatu itu juga ga akan aku dapatkan," ucap Naya-bermonolog.

Benar! Seandainya orang tuanya tidak meninggalkannya sendirian di Bandung. Seandainya Naya tidak bersekolah di SMA PANCASILA yang membuatnya bertemu dengan Siska. Seandainya saja tidak ada bullying di dunia ini. Dan seandainya semua kata "andai" itu terwujud, seberapa damai hidup Naya sekarang?

Sayangnya berangan saja tidaklah cukup. Sekarang bukan waktunya berkhayal untuk mendapatkan kasih sayang dari orang tua atau sekedar mengharap validasi dari teman-temannya akan keberadaan orang tuanya. Naya hanya perlu berusaha.

Tapi usaha yang seperti apa lagi Tuhan? Semua usaha sudah Naya upayakan. Dan tak satupun menghadirkan keberhasilan.

"Naya,"

Panggil seorang wanita yang sangat dirindukan oleh Naya. Naya menoleh ke arah pintu kamarnya. Benarkah apa yang dilihatnya saat ini?

"Ma-ma?"

***

Naya meletakkan secangkir kopi dihadapan Agam-papanya, lalu secangkir untuk Hana-mamanya. Gurat senyum sama sekali tidak luntur dari rupa ayu gadis itu semenjak kedatangan orang tuanya. Tuhan, seandainya ini mimpi buat Naya tidur lebih lama--

"Kelihatannya bahagia banget? Ga capek senyum-senyum terus?" goda Hana.

"Ga akan capek, ma! Segala hal dari mama dan papa itu selalu buat Naya bahagia. Dan Naya ga akan bosen bahagia karena kalian," jawab gadis itu dengan senyum yang masih terpatri di wajahnya.

"Bagus, kalau begitu kamu harus bahagia dengan dua kabar ini!"

"Apa pa?"

"Saya akan pindahkan kamu ke Jakarta"

"SERIUS PA?"

"Dan saya akan menjodohkan kamu!"

--Tuhan, Naya ingin membatalkan permintaanya. Jika ini mimpi, jangan buat Naya tidur lebih lama. Segera bangunkan saja Tuhan.

"Pah...?"

"Saya tidak mau dibantah, Naya!"

"Bahkan di bully di sekolah mungkin lebih baik dari ini, pa!"

"Bukankah tadi kamu bilang akan bahagia karena saya? Dan apa kamu bilang? Lebih baik di bully? Jangan kira saya tidak tau kehidupan kamu di sekolah, Naya. Segala perlakuan buruk yang kamu terima, saya tau itu,"

"Papa tau? Kenapa papa diam? Bahkan sekali menampilkan diri saat pengambilan rapor saja sudah cukup membuat semua orang percaya, KALAU NAYA BUKAN ANAK YATIM PIATU!"

"Atau kalian lebih suka dianggap mati sama orang-orang?"

Plakk!

"ANAK PEMBANGKANG!"

"Naya," Naya beralih menatap Hana yang tengah menatapnya tajam. Mata tajam itu, tatapan yang sungguh mematikan bagi Naya. Mana mungkin, Naya berani menolak.

"Fine. Gapapa, kalau ternyata ini mau kalian,"

Hari ini. Tepat disaat hujan tengah turun dengan deras membasahi kota Bandung. Naya harus pergi berpamit dari kota yang indah ini. Tidak ada kata perpisahan, karena memang Naya selalu sendiri bukan?? Bahkan berpamit pun perginya juga harus sendirian.

Terimakasih untuk Bandung dan kenangannya. Walau hanya kenangan  buruk yang aku punya. Selamat tinggal kota Bandung tercinta.

Haiii!!
Terimakasih sudah membaca
Jangan lupa vote and komen ya!!

Story of NayanikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang