Bab 4-Teman Lama?

34 13 17
                                    


Happy Reading!!✨✨

"Anak perempuan yang selalu melakukan apa-apa sendiri ini juga masih butuh disayang. Anak perempuan ini masih butuh peran orang tua. Apa hanya aku yang merasa kasih sayang orang tua itu mahal?"

-Nayanika Zeline Anagata

Nayanika berjalan menuruni tangga dan menuju ke arah meja makan. Langkahnya memelan, mendadak dadanya terasa sangat sakit, rasa bahagia dalam menyambut pagi yang cerah telah digantikan oleh rasa kecewa.

"Pa? Ma?" tanya Naya saat melihat pemandangan menyakitkan pagi ini. Mereka telah sarapan terlebih dahulu? Tanpa Naya? Padahal ini hari pertama ia bersekolah di Jakarta dan gadis itu berharap besar bisa menyantap sarapan bersama keluarganya. Suasana yang hangat bukan? Kenapa Naya tidak bisa merasakannya?

"Kenapa? Mau makan? Makan saja." ucap Hana sambil membereskan piring bekas makan yang ada dimeja.

"Ga perlu, ma. Ga usah sarapan."

"Ohh? Bagus."

Jawaban yang dilontarkan Hana membuat rasa kecewa Naya semakin terasa.

"Pa? Anterin Naya ke sekolah ya?"

"Biasanya juga sendiri kan?"

"Tapi kan sekarang ada papa."

"Apakah saya mendidik kamu untuk menjadi gadis manja? Saya mendidik kamu untuk menjadi gadis yang mandiri Nayanika!"

"Maaf pa. Naya berangkat sendiri aja."

"Pa... Ma..." Tegur Freya yang merasa kedua orang tuanya sudah keterlaluan.

"Naya bareng kakak aja ya?" ajak Freya yang membuat senyum terbit di bibir Naya. Setidaknya, masih ada yang peduli terhadapnya.

"Ga usah. Kampus kamu ga searah sama sekolah Naya, Freya." Sanggah Hana.

"Udahlah ma. Freya juga ga buru-buru kok."

Gadis itu menyalami orang tuanya, tanda telah siap untuk pergi.

"Yuk, Nay?"

Naya berpamitan kepada orang tuanya. Menyalami tangan mereka seperti yang dilakukan Freya sebelumnya.

"Puas kamu merepotkan anak saya?"

Nayanika tersenyum miris. Disini Naya anak mereka juga kan? Kenapa hal kecil seperti ini harus diperdebatkan?

"Assalamu'alaikum, mama, papa." Ucap gadis itu memberi salam.

****

"Kak? Bagaimana rasanya disayang oleh orang tua? Sehangat apa rasanya kak?"

"Anak perempuan yang selalu melakukan apa-apa sendiri ini juga masih butuh disayang. Anak perempuan ini masih butuh peran orang tua. Apa hanya aku yang merasa kasih sayang orang tua itu mahal?"

"Naya?"

"Maafin gue ya? Sampai detik ini, gue masih belum bisa menjadi kakak yang berguna buat lo."

"Kak? Jangan ngomong gitu!"

"Asal kak Freya tau? Kak Freya itu kakak terbaiknya Naya. Kakak yang paling Naya sayangi."

Freya tertawa mendengarnya. Sebuah tawa yang penuh kekhawatiran.

"Naya. Saat kebenaran terungkap nanti, tolong tetap sayangi gue ya?"

"Naya, Kalandra juga bersekolah di sekolah yang sama, satu angkatan sama kamu kelas 11. Ada Abian juga kakaknya Kalandra, kamu ingat kan?" tanya Freya dan dijawab anggukan oleh gadis itu.

"Tumben pakai aku-kamu? Ga biasanya aja?"

"Biar kamu nyaman. Kamu ga suka kan kalau kakak pakai gue-lo?"

Gadis itu kembali tertawa. Kakaknya ini memang yang paling perhatian dan peka. Mana mungkin Naya tidak menyayanginya?

"Satu hal lagi. Kata papa, teman lama kamu di SMA Pancasila, ada yang pindah juga. Tapi kakak ga tau namanya, nanti kamu juga ketemu sama anaknya."

"Teman?" Siapa temannya? Seingat Naya, dia tidak punya teman di Bandung. Ahh, dia harus mengingat lagi hal menyakitkan ini.

"Naya..." panggil Freya lirih saat melihat kalung gembok milik Naya terlihat dengan jelas di leher gadis itu.

"Kalungnya jangan dipakai sembarangan ya?" ucap gadis itu terlihat sangat khawatir.

"Kenapa?" tanya Naya heran. Bukankah semakin terlihat semakin baik? Masa lalunya akan semakin cepat terbongkar.

"Pokoknya jangan ya? Kakak mohon banget jangan dipakai." Naya kebingungan sendiri saat melihat kakaknya memohon seperti ini. Ia pun mengangguk dan menuruti.

****

SMA Bina Bangsa. Sebuah tempat menuntut ilmu yang saat ini menjadi tempat Naya berpijak. Harapannya masih sama, semoga disini tidak ada luka lagi.

Saat tengah berjalan sambil menikmati sekolah barunya, tanpa sengaja Naya menabrak seseorang.

"Maaf kak."

"Hmm."

"Kalandra?" ucap gadis itu terkejut. Si pemuda yang disebut namanya juga tak kalah terkejutnya. Nayanika kembali teringat misinya untuk membuka kalungnya dan memecahkan misteri masa lalunya.

"Wahhh, beruntung banget ketemu pacar pagi-pagi, jadi tambah semangat sekolahnya." Ucap Naya yang tentu saja menyita perhatian orang-orang di sekitar. Apa? Seorang Kalandra punya pacar?

Farez dan Deon yang berada di belakang pemuda itupun tertawa. Jadi ini perempuan yang dijodohkan dengan Kalandra?

"Mulut Lo bisa dijaga? Ga usah sembarangan kalau ngomong!"

"Aku ga sembarangan kok. Iya kan bang Abian?" tanya Naya yang dijawab anggukan oleh pemuda itu. Tentu saja anggukan dari pemuda itu membuat suasana semakin heboh. Jadi, mereka benar-benar berpacaran?

"GUE BILANG JAGA MULUT LO!"

"Mengemis ga akan membuat harga diri Lo naik. Lo pikir Lo keren kayak gini?" ucap pemuda itu dan pergi meninggalkan keramaian itu.

Abian berlari mengejar adiknya, sedangkan kedua sahabatnya berjalan kearah Nayanika.

"Maafin temen gue ya? Emang agak sengklek otaknya." Ucap Deon.

Naya tersenyum. "Gapapa. Walaupun otaknya sengklek, Naya tetep sayang kok."

Deon dan Farez mati-mati menahan tawa mendengarnya. Baiklah, gadis ini memang sungguhan mencintai Kalandra sepertinya.

Hiii!!
Terimakasih sudah membaca✨✨
Jangan lupa vote dan komen karena itu sangat berarti buat Zaza 💜💜
Salam hangat Zaza buat kalian💜💜
See you next chapter!!

Story of NayanikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang