Killer Lady

66 0 0
                                    

Pada sebuah pesta kantor, seorang wanita terlihat tak bisa berdiri dengan benar, tubuhnya oleng ke sana-ke mari setiap kali melangkah. Tampak benar alkohol sudah mengacaukan kestabilan tubuhnya.

"Udah, Ayu. Kamu mabuk. Ayo, saya antar pulang," tawar pak Noto, atasan tempat Ayu bekerja.

"Nggak! Saya nggak mabuk!" elak wanita cantik itu menampik tangan atasannya. "Hik!" Cegukan yang lolos dari mulutnya mengkhianati pernyataannya tadi.

"Udah tahu gampang mabuk, malah masih nyoba," sindir rekan kerja Ayu yang lain.

Sepasang suami istri—rekan kerja Ayu menghampiri guna menawarkan bantuan. "Kalau begitu, biar kami antar pulang aja. Nggak pa-pa ngelewatin kembang api, anak-anak kami udah nunggu di rumah."

Melihat kebaikan hati pasutri itu, pak Noto justru panik. "Nggak! Nggak! Nggak usah! Biar saya aja yang anter. Kalian nikmati aja pesta kantor ini," tolak pria itu mengambil alih.

Segera, atasan tersebut memapah Ayu yang mulai meracau. "Nggak mau pulang! Aku mau lihat kembang api!" seru wanita itu, tetapi dia sama sekali tak melawan tatkala pak Noto dan seorang karyawati memapahnya ke tempat parkir.

Beberapa karyawati yang iri dan benci pada Ayu langsung menggosipinya begitu wanita itu meninggalkan ruangan.

"Bakal di-unboxing tuh, cewek."

"Kentara banget dia cuma pura-pura buat cari perhatian."

Sementara itu, pak Noto berterima kasih pada karyawati yang membantunya menempatkan Ayu di mobil. Begitu melihat wanita itu hendak duduk di mobil, pak Noto langsung menegurnya.

"Eh! Eh! Mau ngapain kamu?" tegur pak Noto.

"Mau ikut nganterin, Pak. Sekalian ikut pulang, rumah saya searah sama Ayu, Kok," jelas wanita itu.

Pak Noto baru menyadari wanita itu sudah membawa tas mungilnya, tanda wanita itu ingin pulang. Karyawati itu dikenal introvert, acara pesta selalu membuatnya tak betah. Namun, pak Noto sama sekali tak tertarik pada wanita tertutup itu. Ia hanya tertarik pada Ayu, wanita yang menghadiri pesta kantor dengan gaun merah ketat nan seksi.

Di mata pak Noto, Ayu yang dikenal alim, terkesan sengaja menggoda karena akhir-akhir ini wanita itu kerap mencari perhatiannya.

Tak peduli jika pak Noto dianggap mengkhayal. Dia akan memenuhi undangan yang menarik birahi itu. Tentunya tanpa si culun yang bisa merusak rencananya.

"Naik taksi aja kamu! Saya mau mampir-mampir dulu, nanti lama kamu sampe rumah," dusta pria hidung belang itu. Ia sumpalkan beberapa lembar kertas berwarna biru ke tangan wanita berkacamata itu, dan menariknya ke luar mobil.

"Tapi, Pak?" Sahabat Ayu itu enggan menerima uang tersebut, ia lebih mengkhawatirkan keamanan sahabatnya. Meski culun dan tertutup, ia sudah bisa mencium hal yang akan terjadi pada kawannya.

"Selamat Tahun Baru!" putus pak Noto dengan tegas dan melarikan mobilnya ke luar parkiran, meninggalkan gadis yang tak tegas itu dengan tatapan melongo.

Setelah berhasil lepas dari si perusak rencana, pak Noto bersiul-siul sambil sesekali melirik pada wanita seksi di sebelahnya. Pria yang dikenal genit itu tahu sebuah tempat sepi dan memarkirkan mobilnya di sana.

Tangannya meraba-raba paha wanita itu yang tersingkap, membuat pria itu menyeringai menanggapi situasi ini.

"Hehehe, rejeki nomplok," monolognya girang.

"Rejeki nomplok ya, Pak?" Rupanya Ayu sudah terjaga.

"Kamu udah bangun, Sayang? Tadi kamu mabuk, jadi saya bawa. Tapi sebelum ke rumahmu, gimana kalo kita mampir dulu ke tempat lain?"

Setiap kata yang meluncur dari pria itu membuat Ayu muak. Tanpa diduga, wanita itu meraih sesuatu ke dalam sakunya dan menodongkan benda tersebut pada atasannya.

"Nggak perlu, Pak. Saya nggak mabuk." Kini gantian Ayu menyeringai.

Jiwa pengecut pak Noto langsung muncul tatkala ditodong pistol, tapi sisi liciknya tak mau kalah.

"Jangan main-main, Sayang. Kalau itu pistol mainan, saya maafkan kamu."

Akan tetapi, jawaban Ayu justru membuat pak Noto makin enggan menurunkan tangan. Kata-kata wanita itu menyiratkan bahwa bujukannya tak mempan.

Dengan suara paling lembut dan merdu yang kontras dengan niat dalam tatapannya, wanita itu mengingatkan, "Bapak lupa ya? Ini malam tahun baru."

Suara memekakkan telinga menandai pargantian tahun. Bunyinya menyatu dengan butir-butir peluru yang bersarang merah di badan pak Noto. Pria itu sama sekali tak menyangka jika ajalnya justru berakhir di malam itu.

Dalam kondisi sekarat, ia hanya bisa melihat karyawatinya dengan tatapan bertanya-tanya. Apa motif wanita itu membunuhnya? Pria itu tak tahu hingga napas terakhirnya.

Ayu melangkah ringan ke luar mobil. Setelah memastikan jejaknya bersih dan wajahnya tak ada lagi cipratan darah. Wanita itu membuang pistol dan sapu tangannya ke dasar sungai.

Bibir wanita itu menyeringai melihat sebuah tas mungil di bangku belakang yang menarik perhatiannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bibir wanita itu menyeringai melihat sebuah tas mungil di bangku belakang yang menarik perhatiannya. Terlepas sahabat culunnya memiliki alibi atau tidak, tas mungil itu dapat mengalihkan fokus penyelidik jika diletakkan di bangku depan. Untuk motif, mereka tinggal menebak-nebak saja.

Lalu wanita bergaun merah itu berjalan pulang menuju rumah tanpa menoleh ke belakang.

TAMAT

80% Dark🖤: a killer lady
15% Pink💗: a pretty woman
5% Fantasy✨️: its just fiction

Cerpen ini merupakan naskah yang aku ikut sertakan ke event creepypasta grup Facebook Sajak Senja Cirebon Raya, tema tahun baru.

Cerpen ini merupakan naskah yang aku ikut sertakan ke event creepypasta grup Facebook Sajak Senja Cirebon Raya, tema tahun baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sayangnya naskah ini nggak menang, karena genre creepypasta itu tricky buat aku, tapi nggak masalah. Cerpen ini ku-upload ke wattpad dengan sedikit perbaikan dari naskah versi pertamanya. Judul versi event adalah 'Keberuntungan Pembunuh'.

Dark Pink FantasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang