Jarum-jarum Dalam Betis

191 29 200
                                    

Menjadi kurus merupakan obsesi Inong saat ini. Namun, semakin berkurang angka timbangannya, semakin ngilu betisnya. Membuat Inong memeriksakan dirinya ke dokter.

Saat menerima hasil pemeriksaan, mata wanita itu membelalak melihat hasil rontgen betisnya. Tampak benda panjang serupa jarum dalam jumlah banyak disekitar tulang kakinya.

"I-ini apa, Dok?" tanya Inong terbata-bata.

Dokter mengatakan itu merupakan kasus yang jarang ia temui. Menurut dugaannya, jarum-jarum itu sudah ada sejak lama. Namun, baru memberikan dampak menyakitkan di saat kadar lemak di tubuh Inong berkurang.

Inong merasa penjelasan dokter masuk akal. Wanita itu mengatakan akan mempertimbangkan operasi sebagai solusi masalahnya. Namun, ia menolak memeriksakan diri ke poli jiwa karena ia merasa baik-baik saja.

"Orang waras mana yang bakal melukai dirinya sendiri?!" sanggahnya tegas menolak mentah-mentah dugaan self harm.

Sayangnya, betis Inong terasa makin ngilu saat berjalan, membuatnya terpaksa menggunakan kursi roda di rumah untuk sementara waktu.

"Mungkin, Nona Bos disantet orang," duga Dedes, pembantu Inong.

Pendapat Dedes terasa masuk akal, mengingat Inong merupakan anak dari pebisnis kuliner sukses yang banyak saingan, tetapi dugaan itu Inong simpan sampai ia ceritakan kepada orang tuanya.

"Jadi, menurut Papi sama Mami, apa yang harus Inong lakukan?" tanya wanita itu usai menceritakan hasil temuan dokter.

Ayah dan Ibu Inong saling bertatapan dengan khawatir. Dari mulut mereka meluncurlah kisah yang sulit Inong percayai.

"Dulu waktu kecil, Inong itu gemuk dan nggak bisa jalan, padahal Inong udah gede. Setelah periksa sana-sini tanpa membuahkan hasil, akhirnya Papi dan Mami membawa Inong ke Mbah Wiryo."

"Siapa Mbah Wiryo?" tanya Inong dengan dahi mengernyit.

Ibu Inong menarik napas, ia merasa berat untuk melanjutkan cerita, tetapi wanita itu merasa Inong perlu mengetahui kebenarannya. "Dia orang pinter, Sayang."

"Jadi Papi sama Mami bawa Inong ke dukun? Terus Inong diapain? Kenapa kaki Inong bisa sampai berjarum-jarum kayak gini?" cerca Inong. Ia baru menyadari kekayaan tidak menjamin orang tuanya dapat berpikiran maju. Buktinya mereka mengobati anaknya dengan memeriksakan Inong ke dukun.

"Ya, mungkin kamu nyebutnya dukun, tapi sebenarnya Mbah Wiryo masih nenek jauh kamu. Menurut mitos yang Mbah Wiryo percayai, anak yang kakinya ditusuk jarum bakal bisa jalan," jelas ibu Inong dengan hati-hati.

"Ini penyiksaan! Teganya Mami-Papi ngelakuin ini ke aku!"

"Inong, kamu boleh anggap kami kejam, tetapi nyatanya pengobatan Mbah Wiryo manjur dan kamu bisa jalan sampai sekarang." Kali ini ayah Inong yang berbicara.

"Iya, apalagi Inong sama sekali nggak nangis waktu kakinya dimasukin jarum. Malah ketawa-tawa, ya, Pah?" timpal ibu Inong.

Wajah Inong berubah merah padam, "Papi-Mami nggak khawatir sama aku? Inong sekarang tersiksa!"

"Yang kami lakukan bukan penyiksaan namanya, karena waktu itu kamu nggak keberatan. Selain itu, Mami duga kakimu sakit gara-gara kamu diet ketat. Dulu sewaktu badan kamu berisi nggak kenapa-kenapa, malah sehat-sehat aja," tuduh ibu Inong.

Meski jawaban Ibu terkesan menyalahkan Inong, samar-samar sebuah ingatan masa kecil muncul di benak Inong. Wanita itu ingat pernah ada seorang nenek-nenek ramah memberinya beberapa jarum. Salah satu jarum wanita tua itu tusukkan ke betis gemuk Inong, tak ubahnya menyelipkan barang ke kantung.

Dark Pink FantasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang