2.

230 11 0
                                    


↫↫ Happy reading ↬↬



Hampir 2 jam Mark berkutik di depan layar komputer. Karena punggung nya yang lelah, ia pun meregangkan lengannya.


Dilirik nya Haechan yang tengah bermain ponsel nya itu, dan si empu yang merasa ada yang memperhatikan, balik melihatnya.

"Kak, kamu enggak istirahat dulu? Wajah mu udah kelihatan lelah banget itu."

Mark tersenyum, dan membalikkan kursi nya itu, "Iya. Tinggal dikit lagi ini."

Haechan yang sudah muak hanya bisa mendengus sebal dan melanjutkan acara bermain handphone nya. Mengabaikan Mark yang sedari tadi menatapnya.

Kekasihnya ini memang keras kepala, jika sudah sakit ia juga yang harus merawat Mark. Mengingat Mark jika sakit sifat manja nya akan keluar berlebihan.

"Haechan." Panggil yang lebih tua.

"Hm?" Balasnya dengan ekspresi bertanya.

"Kesini sebentar." Perintah Mark sambil melambaikan tangannya.

Yang di panggil pun hanya bisa pasrah dan menurut, entah apa yang akan dilakukan nantinya ia tak peduli.

"Kenapa, kak?" Tanya nya saat sampai di hadapan Mark.

Mark tak segera menjawab, ia hanya menarik Haechan untuk ikut duduk di kursi kerja nya itu.

Menyandarkan kepalanya di bahu sempit milik Haechan, dan tangannya yang melingkar di pinggang ramping miliknya. Menghela nafas panjang sambil menyamankan kepalanya di ceruk leher yang lebih muda.

"Kamu butuh sesuatu, kak?" tanya nya bingung, pasalnya dari tadi Jevon hanya terdiam.

"Aku butuh kamu." Jawabnya dengan mengeratkan pelukannya di pinggang sembari menghirup aroma tubuh Haechan yang tenang.

Haechan hanya diam. Ia tau, kekasihnya ini sedang kelelahan maka dari itu dia butuh perhatian lebih seperti ini. Diusapnya surai halus milik Mark agar lelah yang dirasa cepat hilang.

"Aku capek, tugasnya enggak selesai-selesai." keluhnya pada yang lebih muda.

"Kamu kalau ngerjain tugas juga harus inget waktu, kak. Nanti kalo kecapekan, terus sakit gimana? Aku nya khawatir. Dari tadi kamu juga sibuk sama komputer dari pada aku." Protes nya dengan bibir yang sedikit dimajukan dan jarinya yang memainkan rambut Mark.

Ternyata ada yang sedang cemburu karena tak diperhatikan, Mark terkekeh sebentar.

Mengangkat kepala nya, "Maaf, sayang. Ini tugas dadakan banget, besok udah harus dikumpulin. Tugasnya tinggal dikit lagi, sabar ya. Bayi nya jadi keanggur gini." Jelasnya sambil tersenyum dan memainkan pipi Haechan yang menggembung itu.

Diusapnya perlahan, "Aku habis meluk kamu jadi ngerasa mendingan, capeknya berkurang." Jelasnya sambil menyandarkan kepala dengan posisi miring.

Mencuri satu kecupan pada pipi putih milik Haechan, "Kenapa dari tadi diem. Hm?"

Yang ditanya hanya menggeleng. Mark tau, kekasihnya ini tengah merajuk karena terlalu lama dianggurkan.

"Tunggu tugasku selesai ya, sayang. Habis itu atensi aku ke kamu sepenuhnya." Jawab Mark sambil mengusap pipi Haechan perlahan.

"Sampai kapan, kak? Aku kangen kamu."
Tanya Haechan dengan menyingkirkan tangan Mark dan memilih untuk memeluk leher yang lebih tua.

Mendengus geli. "Kamu tetep dipangkuan ku, ya. Jangan kemana-mana, temenin aku sampai selesai."

Haechan hanya mengangguk dan mengeratkan pelukannya.

10 menit berlalu.

Haechan sudah bosan tentunya. "Kak Mark, kapan selesainya? Aku bisa tidur di pangkuan mu kalau enggak ngapa-ngapain gini."

"Tidur aja, udah larut malem pun." Ucapnya sambil mengelus punggung sempit Haechan.

Diliriknya sang kekasih, yang ternyata sudah tertidur sambil menyenderkan kepalanya pada dada bidang Mark.

Mendengus geli, "Kasihan bayi di anggurin dari tadi." Diusapnya surai halus dan punggung sempit miliknya secara perlahan agar semakin nyenyak tidur Haechan.

Meregangkan otot-otot yang kaku, dan mematikan komputer milik Mark. Tangan Haechan yang semula melingkar pada pinggang Mark dipindahkan ke leher agar memudahkan Mark untuk menggendongnya.


Dilakukan nya secara perlahan, tapi tetap saja yang lebih muda merasa terganggu tidurnya.

"Mmh, kak Mark ..." ricau Haechan karena tidurnya yang terusik dengan mata yang setengah tertutup.

"Sst ... iya aku disini." Ucapnya perlahan sembari memeluk pelan, bermaksud menenangkan.

Membiarkannya sementara, dan mulai mengangkat tubuh mungil milik Haechan. Membawanya ke kamar mereka berdua dengan kaki Haechan yang melingkar sempurna di pinggang Mark, dan mulutnya yang bergumam tak jelas di bahu lebar yang lebih tua.

'Menggemaskan sekali.' Batinnya.

End.













Jangan lupa vote komennya, biar aku semangat update! See u in the next chapter.

Oneshoot [Markhyuck]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang