5.

161 10 0
                                    

Mark Lee as Mahen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mark Lee as Mahen

Haechan Lee as Hesa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Haechan Lee as Hesa

↫↫ Happy reading ↬↬



Sinar matahari yang menembus kaca berhasil membangunkan Mahen yang tengah berpelukan mesra di atas ranjang bersama kasihnya.

Ia mulai meregangkan tubuhnya lalu menoleh kesamping melihat kesayangannya masih tertidur pulas. Dengan hati-hati Mahen membubuhkan kecupan di bibir Hesa seraya mengusap lembut pipinya menggunakan ibu jari.

"Selamat pagi, adek." ucapnya kemudian setelah membubuhkan satu kecupan.

Ia beringsut ke perut milik Hesa, berniat menyapa calon sang buah hati. Menyibak selimut yang ada, "Selamat pagi juga, sayang." Tuturnya sambil memberi beberapa kecupan di atas perutnya. Tak lupa sentuhan hangat yang diberi Mahen.

Langsung saja ia beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya dan gosok gigi supaya lebih segar tentunya.


Kini Mahen sedang menonton siaran langsung di depan TV sendirian.
Lantaran suami kecilnya masih tertidur pulas, mungkin karena ia terlalu lelah jadi Mahen terlalu tak tega untuk membangunkannya.

Cklek!


Pintu terbuka lebar, menampilkan raut wajah mengantuk Hesa layaknya seorang yang baru bangun tidur.

"Udah bangun sayangnya mas, sini."

Ucapnya sambil menyuruh Hesa mendekat kepadanya.

Hesa yang mengernyit sambil menggosok-gosok matanya pun jalan perlahan menuju Mahen yang merentangkan tangannya, lalu Hesa menelusup ke dalam pelukan Mahen dengan menyandarkan kepalanya pada dada bidang Mahen.

"Mas kok enggak bangunin adek? Udah jam sembilan loh ini." Protesnya sambil memajukan bibirnya.

Mahen terkekeh sebentar, "Mas kasihan lihat kamu sayang, keliatan capek banget wajahnya tadi."

"Enggak laper? Maaf ya mas jadi skipp sarapan gara-gara adek bangun kesiangan."

"Enggak apa-apa, kita bisa masak bareng nanti. Adek bayi rewel enggak tidurnya?" Tanya Mahen sambil mengusap halus permukaan perut Hesa.

Hesa menggeleng lucu, "Adek bayi pintar ayah, enggak nendang-nendang." Ujarnya sambil menirukan suara layaknya bayi.

Menghasilkan kekehan gemas dari Mahen, "Lucunya." Ucap Mahen sambil memeluk erat Hesa yang menimbulkan pukulan pelan pada bahu Mahen.

"Jangan kenceng-kenceng! Enggak bisa napas adek Mas!"

"Iya—iya, maaf." Dan mulai melepaskan pelukannya.

"Masak aja yuk, udah laper aku." Ucap Hesa sambil beranjak dari sofa.

Baru saja ia melangkahkan kakinya tiba-tiba Mahen melingkarkan tangannya pada perut berisi Hesa, "Ibu mau masak apa?" Tanya Mahen sambil mengusap perut Hesa.

Hesa yang mendapatkan afeksi mendadak menyamankan dirinya dengan bersandar pada tubuh Mahen yang ada di belakangnya. "Gimana kalau nasi goreng."

"Hm, pasti enak. Biar gini dulu ya, aku masih pengen pelukan." Yang dibalas anggukan oleh Hesa.

Melihat itu Mahen semakin gemas dibuatnya, diciumnya seluruh permukaan wajah Hesa. "Kamu gemes banget sih!" Sorak Mahen mendekap erat tubuh kesayangannya sambil menempelkan pipinya pada pipi milik Hesa.

"Udah ah mas, kamu dari tadi peluk adek sama bayi kenceng-kenceng terus! Bisa gepeng kita." Ucap Hesa sambil menepiskan tangan Mahen dan berjalan acuh menuju dapur.

Disusul nya Hesa yang tengah di dapur, tentu saja Mahen hanya membantu melihat dan merecoki saja. Sebab tak ingin kejadian lalu terulang lagi di mana Mahen yang tangannya terluka akibat memotong bawang saja. Dengan begitu Hesa langsung saja melarangnya untuk turun tangan langsung dalam hal memasak.

Entah mengapa tapi proporsi tubuh Hesa saat ini sangat menggugah selera untuk dipeluk. Tanpa menunggu lama Mahen langsung saja memeluk tubuh Hesa dari belakang.

"Mas duduk di meja makan aja deh, jangan ganggu adek masak!" Tukasnya sambil menoleh dengan menautkan kedua alisnya.

Cup!

Menghiraukan omelannya dan justru mengecup sekilas pipi Hesa. "Badanmu enak banget buat dipeluk pagi-pagi." Ucapnya sambil menenggelamkan wajahnya di perpotongan leher Hesa.

"Mas! Adek lagi marah loh ini!"

Terkekeh geli, "Love you too."

"Mas!"

Langsung saja Mahen melarikan diri, menghindar dari omelan yang akan dilontarkan oleh suami kecilnya yang tengah berbadan dua ini.

Dan kini mereka berdua tengah menikmati makanan di meja makan yang telah dibuat oleh Hesa.

"Makasih, ya dek, makanannya." Ucap Mahen sambil mengusap surai halus Hesa.

"Sama-sama, mas!" Balas Hesa dengan senyuman manisnya.

Tidak tau saja Mahen yang melihat itu sedang menahan gemas dengan menggigit pipi bagian dalamnya.

"Adek bayi makan yang banyak ya." Diusapnya perut milik Hesa dan memberi satu buah kecupan.

"Iya, ayah." Balas Hesa seolah-olah itu adalah balasan dari sang anak.

Spontan saja mereka tertawa geli lantaran obrolan yang mereka lemparkan sedari tadi.



End.
















Jangan lupa vote komennya, biar aku semangat update! See you in the next chapter.

Oneshoot [Markhyuck]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang