6.

138 8 0
                                    


Happy reading ↬↬



Dini hari sangatlah dingin. Di mana rinai hujan yang turun tak henti, di sandingkan dengan hembusan angin malam yang ikut serta melengkapi. Hawa yang sangat cocok bukan? Untuk menghangatkan diri di dalam rumah, menyalurkan sentuhan sentuhan hangat kepada dambanya.

Berbeda dengan dua insan yang ada di dalam kamar. Sang dominan, Mark, yang sedang sibuk pada layar pipih yang ia pegang. Sudah dipastikan sedang membuat laporan tentang pekerjaan tentunya. Berbeda jauh dengan suami kecilnya-Haechan, pria yang sedang berbadan dua itu tengah tertidur pulas.

Mark memandang wajah terlelap Haechan sambil tersenyum yang menurutnya amatlah cantik, dan terpaku pada siapa saja yang memandangnya.

Cup!

Dikecupnya dahi suami kecilnya, dan juga belaian hangat pada surai coklat Haechan. Sayup matanya yang teduh mampu membuat Mark tenang saat memandangnya. Ditatapnya lamat-lamat insan yang sudah menemaninya beberapa tahun belakangan ini dengan syahdu.

"Cantik."

Merupakan satu kata yang keluar dari mulut Mark sedari tadi.

"Shhh ..."

"Kenapa sayang?" tanya Mark dengan nada khawatir.

"Bayinya gerak terus, sakit ..." keluh Haechan dengan suara khas orang bangun tidur.

Dengan sigap Mark menggeletakkan handphone di atas meja. Dan mendekati Haechan.

Memberi usapan penuh kasih sayang pada permukaan perut yang dilapisi piyama.

"Adek, mommy biar istirahat dulu ya. Jangan nendang terus kamu di dalam, mohon kerja samanya ya, sayang." Ucapan sang dominan sambil mengecup hangat pada perut Haechan.

Di kecupnya perut Haechan sebagai tanda kasih kepada calon anaknya. Haechan yang melihatnya sedari tadi tersenyum hangat sambil menahan kantuk di matanya yang amat berat.

"Adek masih nendang?"

"Udah enggak." jawab Haechan.

Ia beranjak mencium kening Haechan-sang empu yang mendapat afeksi tersebut memejamkan mata menikmati ciuman sekejap Mark.

"Lanjut tidur ya." Ujarnya sambil tersenyum hangat. Yang dibalas dengan anggukan.

"Sini, ku peluk." Ucap Mark dengan merentangkan kedua tangannya.

Langsung saja Haechan masuk ke dekapan hangat sang suami dan mulai menyamankan posisinya. Mark mulai mengusap baby bumb dan kecupan hangat pada kening Haechan.

"Pinggang aku sakit, kakiku sekarang juga udah mulai bengkak. Enggak suka ..." Keluh Haechan dengan raut cemberutnya.

"Aku pijitin sini," Dan diberi anggukan oleh sang empu. "Ini bentuk perjuangan kamu dalam mengandung baby, kita berjuang sama-sama ya. Aku pijitin kamu kalau kamu capek, jangan sungkan-sungkan buat bilang. Terima kasih udah mau berjuang." Ucapnya panjang

"Besok aku udah cuti, kita jalan-jalan pagi, mau?"

"Tumben cuti." jawab Haechan dengan nada bingung

"Sengaja aku ambil cuti, suami kecilku udah hamil besar, masa iya aku tetep fokus sama kerjaan." Jawab Mark dengan tangan yang terus mengusap punggung Haechan.

Yang diajak bicara hanya terkekeh geli, "Makasih udah luangin waktu kamu buat aku."

Jauh di lubuk hatinya ia sangat bersyukur kepada Tuhan karena sudah memberikan sosok suami yang amat pengertian. Menemaninya di saat susah, perhatian-perhatian kecil yang Mark berikan, sungguh membuat Haechan bahagia. Ia tatap lamat-lamat manik legam milik Mark sambil tersenyum.

Mark yang sadar sedang ditatap oleh kasihnya balik tersenyum, ia kemudian mengambil satu kecupan pada bibir berisi milik Haechan.

Bukan ciuman yang melibatkan nafsu, melainkan ciuman yang menyalurkan rasa cinta dan syukur karena sudah memiliki satu sama lain tentunya.

"Kenapa liatin aku terus?" Tanya Mark jahil.

Haechan yang mendapat perilaku seperti tadi langsung tersipu malu, pipinya mulai merona merah merekah.
Lucu. Batin Mark.

"Enggak apa-apa." Balasnya sambil menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Mark.

"Lucunyaa." Ucap Mark sambil mendekap tubuh berisi milik Haechan.

"Mark! Stop buat aku salah tingkah!" Tegurnya dengan memukul punggung Mark.

Mark tertawa nyaring, "Iya-iya, udah."

"Udah malem, tidur yuk. Enggak baik ibu hamil tidur larut larut." Ajak Mark sambil menarik selimut untuk mereka berdua.
Yang dibalas anggukan oleh Haechan.

"I love you, mommy."

"I love you too, daddy!"

Tertawa geli karena pernyataan cinta yang baru saja mereka lontarkan. Panggilan baru yang belum terbiasa mereka dengar mampu membuat mereka tertawa bahagia.

Sampai sini perbincangan mereka di malam itu, dengan Mark yang mengecup sayang dahi milik Haechan sebagai penutupan.



End.


















Terima kasih yang sudah vote. Jangan lupa tinggalkan jejak, biar aku semangat update nya! See you in the next chapter.





Oneshoot [Markhyuck]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang