Bab 60

89 3 0
                                    

60. Tersadar.

"Saya pamit."

"Masuk atau saya hancurkan keluarga Mikha." Titah Ravikansyah dengan suara pelan, hingga hanya Davendra yang bisa mendengar nya.

Davendra sontak saja menghentikan gerakan dan langkah nya. Dia menoleh pada Ravikansyah dengan tatapan dingin nya. Tidak Ravikansyah sendiri sadari, bahwa Davendra kini sudah sangat emosi.

Hingga tiba-tiba lelaki itu terkekeh pelan. Entah apa yang membuat nya tertawa, mungkin untuk mengurangi emosi nya?

"Ancaman itu lagi .. selama ini anda memandang saya begitu bodoh?"

Ravikansyah menatap anak sulung nya itu dengan guratan bingung diwajah nya. Apa yang sedang dibicarakan Davendra?Tidakkah dia menyadari disini ada pihak lain yang mendengar secara terang-terangan?

"What are you talking about, Davendra? Masuk saja sekarang."

Bughh.

Pekikan melengking tante Davendra terdengar begitu kepalan tangan lelaki itu dengan lancang meninju wajah papa nya sendiri.

Ravikansyah dan kakak ipar nya tentu terkejut, namun berbeda dengan kakek nya yang sedaritadi tidak mengeluarkan raut apapun selain datar. Bahkan ketika menantu nya itu ingin mendekat ke arah Davendra dan papa nya, Kakek nya malah mengintrupsi untuk menyuruh menantu nya diam di tempat nya.

"Saya tidak akan minta maaf untuk ini. I was too stupid to let Mikha do it all by herself .. disaat Mikha selalu ada buat saya, saya yang malah menyerah untuk dia."

Davendra menatap langit-langit yang penuh bintang. Ia mengusap wajah nya kasar untuk mengalihkan rasa sedih nya.

"Bangsat." Desis nya pelan.

"I go. Don't wait for me to come back, I'm sick of being around you all the time." Setelah itu Davendra berbalik, bergegas pergi dari situ, mengabaikan raut papa nya yang masih terlihat sangat terkejut. Tak percaya yang barusan saja meninju nya adalah Davendraー anak nya sendiri.

"Ah yes one more thing, jangan berani-berani sentuh Mikha. Saya tidak akan diam saja jika anda melewati batas." Ujar Davendra tanpa takut jika tante maupun kakek nya akan mendengar hal itu.

"Davendra Gerald Alaskar?"

Sontak langkah nya terhenti mendengar suara yang lebih berat dari Ravikansyah. Ia berbalik dan melihat tatapan datar dari kakek nya yang baru saja memanggil nya. Untuk pertama kalinya menyebut nama nya.

".. ya Kek?" Tanya nya dengan suara pelan.

"Hati-hati dijalan, kita bisa bicara lain kali kan?" Tanpa diduga. Itu adalah kalimat yang sama sekali tidak diduga nya akan keluar dari mulut Kakek nya sendiri. Sungguh? Kakek nya tidak marah? Bahkan paruh baya itu tersenyum kecil.

"Bisa Kek, makasih." Dengan cepat dia berlalu dari depan gedung besar itu.

"Loh papa kok ga marahin dia?" Ketus menantu nya itu. Namun lagi-lagi, paruh baya itu tidak merespon. Ia malah menatap datar anak lelaki nya yang baru saja ditinju oleh anak pria itu sendiri.

"Ravi, ikut papa." Setelah itu dia menatap menantu nya. "Kamu balik ke dalam ya?"

***

".. Papa, dulu menikah dengan mama mu bukan karena papa mencintai nya."

Ravikansyah melihat ke arah papa nya yang memandang tenang ke arah pemandangan kota dari sebuah jendela. Mereka kini tengah berada di sisi lain gedung, berdiri bersama sembari mendengar cerita dari kakek Davendra.

Rumit.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang