Gio berulah

667 65 5
                                    

"Eeunghh," suara lenguh seseorang yang terbangun dan mengerjapkan kedua matanya dengan pelan.

Varo dengan pelan menghela nafas lelah, ia kembali lagi ke ruang kutuk ini dan lebih parahnya salah satu kakinya terikat rantai yang membuatnya kesal setengah mati.

Bagaimana ia bisa kabur kalau begini caranya, namun Varo tak pantang semangat, ia memiliki seribu cara untuk kabur.

Tanpa sengaja ia tersenyum miring memikirkan seribu cara untuk kabur dengan otak liciknya.

Tanpa menyadari jika ia sudah di kelilingi oleh 4 titan yang menatapnya dengan berbagai pandangan, terlebih lagi herman melihat Varo yang tersenyum.

"Apa yang kau pikirkan di otak kecil mu itu?" tanya Arya dengan menatap tajam Varo yang sedang terkejut.

"ANJ*R KEPALA BAPAK KAO!" latah Varo saat terkejut.

Varo tak menyangka jika ia sudah di kepung dengan para titan, Varo menjadi malu mengingat bagaimana mereka semua melihat tingkahnya.

Tiba-tiba mulutnya di sentil oleh Darren.

"Mulutmu mau abang sobek hah," ancam Darren setelah menyetil mulut Varo.

Varo seketika merasa takut, heyy bagaimana tidak takut, aura Darren terasa tidak main-main, terasa sangat mencekam dan menakutkan.

Varo dengan cepat menggelengkan kepalanya karena merasa takut dan hal itu sukses membuat mereka semua gemas dengan Varo.

"Kalau punya mulut tuh di jawab," sarkas Gio.

"Enggak enggak gw nggak mau," jawab Varo dengan raut takutnya.

"Bang keknya anak ini perlu di kasih pelajaran," usul Gio, sebenarnya ia ingin menjahili adeknya karena raut ketakutannya membuat mereka terhibur.

Menurut mereka Varo yang seperti ini membuat mereka gemas kepada Varo dan menjadi terhibur sendiri melihat wajah ketakutan Varo.

"Enggak gw nggak mau hiks," pecah sudah tangis yang ia tahan, Varo mengaku kalah jika ia di tatap seintens ini membuatnya ingin menangis.

Hey, bagaimana tidak, anak sekecil Varo harus melawan ke empat titan itu, jelas saja ia kalah.

Mereka yang melihat wajah yang penuh air mata itu menjadi semakin gemas, bagaimana tidak kedua bulu mata yang lentik, pipi bulat yang memerah dan bibir yang mengerucut itu.

Sangat sangat membuat mereka gemas dan ingin mengurung Varo untuk mereka sendiri.

"Sssttt... adek kecil jangan menangis ya ntar makin imut," ucap lembut Arshan dan makin membuat bibir Varo mengerucut.

"Gw ini ganteng bukan imut, no no imut," ujarnya yang menolak jika ia imut.

Gio yang tak bisa menahan kegemasan ini membuatnya menggigit pipi Varo dan alhasil makin membuat Varo nangis kenceng.

"Huwaaahh mamaaa.." teriak Varo dengan kuat, sungguh pipinya terasa sakit sekarang.

"Berhenti Gio," tegas Arya membuat Gio berhenti menggigit gemas pipi Varo.

Langsung saja Arya menarik telinga Gio dengan keras, ia sungguh tak menyangka jika anaknya akan melakukan hal ini.

"Aduh sakit dad," ringis Gio.

"Nakal," singkat Arya dengan muka datarnya.

"Hehe maafin Gio dad, habis pipi Varo sangat kawai," ujar Gio dengan cengiran khasnya.

Sedangkan yang lainnya hanya menggelengkan kepalanya merasa Gio sangat konyol sekali.

Sedangkan Varo bertambah tangis dan di tenangkan oleh Darren dan Arshan, pipi Varo di usap lembut oleh Darren dan Arshan yang mencoba menenangkan Varo.

"Sakit hiks," adu Varo kepada kedua abangnya, bahkan pipinya menjadi merah karena Gio.

"Udah jangan nangis lagi ntar sesek loh," ujar Arshan dan berhasil membuat Varo berhenti menangis walaupun hanya sesenggukan.

"Varo nggak mau tau pokoknya lepasin kaki Varo sekarang," titah Varo dan tak mau terbantah.

"Ini hukuman untuk mu karena sudah berani kabur dari kami," ucap Arya menatap tajam Varo.

"Nggak mau tau pokoknya lepasin, kaki Varo sakit," keukeuh Varo.

"Dad sepertinya lepasin saja rantainya, lagian kasihan juga Varo," ujar Arshan membuat Arya menimang keputusan.

"Ya dad kali ini kita lepasin saja rantainya ntar kalau Varo berulah kita rantai saja kedua kakinya," timpal Gio membuat Varo meneguk ludahnya secara kasar.

"Oke Daddy akan lepasin rantainya dengan syarat kamu tidak kabur lagi," putus Arya dan membuat Varo membulatkan kedua matanya.

"Mana bisa begitu pak tua jelek," marah Varo namun terlihat sangat kiyowo.

"Oke berarti rantainya tak usah di lepas," ancam Arya membuat Varo berpikir.

"Oke gw nggak akan kabur lagi yang penting lepasin rantainya," balas Varo membuat mereka tersenyum puas, akhirnya anak nakal ini luluh juga.

Arya pun melepaskan rantainya dan mengelus pelan kaki Varo yang terlihat memerah.

"Saat ini gw hanya bisa pasrah aja tapi gw akan memikirkan seribu cara buat kabur dari titan kek kalian." ucap Varo dalam hati.

Tbc

Hai semuanya, author kembali lagi dengan kegemasan Varo.

Semoga makin suka ya sama ceritanya dan maaf kalau partnya kurang banyak.

Untuk kalian jangan lupa
Vott and comen.

See you in the next chapter 🌻

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tranmigrasi AlvaroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang