Pambuka

1.1K 170 17
                                    

"Jangan mendekati Sungai Mewek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan mendekati Sungai Mewek."

"Jangan bermain di pinggir Sungai Mewek."

Sejak aku bisa berbicara dan mengerti arti ucapan manusia, kakek, nenek, ayah, ibu, bahkan budhe dan bulik selalu mewanti-wantiku demikian. Kutanyakan berkali-kali kepada alam bawah sadarku, apa sebenarnya yang begitu ditakutkan dari Sungai Mewek sampai-sampai orang tua di keluargaku kompak memberikan larangan sedemikian rupa.

Kutengok ke arah sungai tersebut di suatu pagi, selepas pulang jalan santai dengan kakek. Sunyi memang, tapi tak sesunyi itu. Terdengar gesekan daun bambu, air yang mengalir, dan suara khas jangkrik, juga hewan-hewan penghuni sungai. Tidak ada yang aneh. Di seberang tempatku berpijak ini, di sisi timur sungai, di balik barongan pun terdapat sebuah lapangan golf tempat orang-orang kaya biasa menghabiskan waktu di akhir pekan.

"Kek, kenapa sejak dulu aku dilarang bermain-main di daerah sini? Padahal rumah kita 'kan jaraknya hanya seratus meter dari Sungai Mewek. Di mana lagi aku bisa bermain, jika bukan di sini?" tanyaku saat itu dengan alis yang saling bertautan. Kutatap kakek sekilas, lalu kembali termenung mengikuti aliran air yang bergerak lembut menyusuri sungai.

"Kamu percaya hantu, Nduk?" Kakek balik bertanya.

Aku tak menjawab, hanya memberinya tatapan keheranan.

"Kamu tahu di ujung perumahan kita ini terdapat sebuah makam bukan? Sebuah makam kuno. Jari-jemarimu seringkali mengeras seperti terkena alergi tiba-tiba jika berlama-lama nyekar di makam buyutmu di sana."

"Apa hubungannya hal itu dengan Sungai Mewek?"

"Kan makam itu terletak tepat di pinggir Sungai Mewek."

"Oh, ya-ya. Lalu?"

"Hmm... sebelum kemari tadi, kita sempat berjalan-jalan ke utara. Ingat patung raksasa yang berdiri megah di pinggir jalan raya itu, Nduk?"

"Patung seorang ratu yang gak pakai baju itu, ya?"

Kakek tertawa lantang mendengar pertanyaan konyol itu.

"Ada-ada saja kamu ini."

"Memang benar patungnya gak pakai baju!" selorohku tidak terima.

"Iya, tapi kamu masih ingat patung tersebut, 'kan?"

"Wong baru dilihat, mana mungkin lupa."

"Nah, sebenarnya Kakek tidak melarangmu bermain-main di daerah sini."

"Terus?"

"Yang melarang itu lho buyutmu."

Aku semakin kebingungan dengan arah pembicaraan Kakek yang ngalor-ngidul. "Maksudnya?"

"Sungai Mewek ini sungai kuno, Nduk. Buyutmu yang melarang supaya anak-keturunannya tidak dekat-dekat dengan sungai ini." Kakek mendekatkan mulutnya ke telingaku, kemudian berbisik setelah memastikan tidak ada orang yang berpotensi menguping, "larangannya berhubungan dengan hantu, dan sosok ratu yang dipatungkan di pinggir jalan raya itu."

Mataku terbelalak lebar. "Hah, kok bisa?"

Suasana tiba-tiba menjadi sunyi senyap. Matahari hilang dari angkasa, seolah-olah tengah diculik oleh sesosok penjahat bermuka buto. Bayang-bayang makhluk halus yang menjadi penghuni sepanjang aliran sungai kuno itu lantas menyergapku yang sontak menjadi paranoid.

Kakek mengembangkan senyuman misterius yang tampak sedikit menakutkan bagiku.

"Jadi, begini ceritanya...."

Keterangan:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keterangan:

1. Sungai Mewek: sungai di daerah utara Kota Malang
2. Budhe: ibu gedhe
3. Bulik: ibu cilik
4. Barongan: kawasan rimbun pepohonan bambu
5. Nyekar: ziarah kubur
6. Patung "Prajnaparamita" yang terletak di dekat perbatasan sebelah utara Kota Malang
7. Ngalor-ngidul: tidak tentu arah pembicaraannya

 Ngalor-ngidul: tidak tentu arah pembicaraannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haloooo, jumpa lagi dengan Roserian Blue. Kali ini aku membawa cerita rakyat dari utara Malang, semoga teman-teman suka, ya! Dan aku mau memberitahu kalau cerita ini tidak punya jadwal update karena aku nulisnya tergantung mood karena jujur guys, aku masih belum kepikiran bagaimana cara mengakhiri cerita ini haha.

Sampai jumpa di chapter berikutnya.

19 April 2024 oleh Roserian Blue

Putri PanawijenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang